NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dendam Kesumat / Tumbal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Juniar Yasir

“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’


Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.

Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.

Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.



Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kematian Arum

Pagi sekali Della telah terbangun dari tidurnya. Melihat ke arah jam tampak pukul 6 kurang, jadinya memutuskan untuk ke bawah saja. Mau tidur lagi juga nanggung karena sebentar lagi akan siang. Wanita ini pergi ke dapur membuat minuman coklat panas dan makan Roti selai untuk sarapan. Biasanya akan makan nasi goreng, tapi karena orang rumah belum ada yang bangun jadi nya sarapan seadanya saja. Mau meminta di masakkan Ambar tentu gengsi sekali, Ambar memang bisa masak. Tapi karena hubungan mereka sedang renggang jadi tak mungkin mau di suruh.

"Eh udara kok segar sekali ya, baru ku tahu pagi begini di sini adem sakali bawaannya" Della membuka pintu belakang. Melihat gudang yang belum di bereskan sehingga kelihatan horor, Ambar kembali menutup pintu.

"Hm menyiram tanaman bagus kali ya, sekalian kasi makan ikan!?" gumamnya pelan.

Setelah menghabiskan coklat panasnya, Della beranjak mengambil makanan ikan lalu dirinya keluar rumah. Della mengambil selang air lalu membawa ke tanaman depan menyirami bunga di bagian teras dulu. Setelahnya baru mau menyiram bunga di teras samping, tapi mata nya tak sengaja melihat ke arah kolam samping. Tampak sesuatu yang besar mengambang.

Della berjalan pelan mendekati kolam tersebut. Semakin dekat jantungnya juga kian cepat memacu detaknya. Benda itu telungkup, tentu belum terlihat apa itu, dalam hati sudah mulai was-was karena seperti manusia, dan pakaian yang dikenakannya juga agak di kenali Della.

Della mengambil kayu, lalu berusaha kuat untuk membalikkan sesuatu yang mengambang tersebut. Saat sudah di balikan, kayu yang di pegang langsung terlepas. Della tersurut mundur.

"Aruuumm!!!!!" pekik Della.

"Arum yalah Adekkkk!!!!"Raungnya menjadi-jadi.

Wanita ini terduduk lemas melihat Arum mengambang kaku dikolam Ikan. Della jelas shock sekali sekarang, pagi-pagi keluar rumah berharap bisa menghirup udara segar tapi malah bertemu mayat, mana mayat adik sendiri pula. Maka sudah pasti terguncang jiwa nya. Mau kembali berteriak rasanya sudah kehabisan tenaga karena shock berat, lidah rasanya mendadak kelu.

Yuda dan Ferdi yang kebetulan lewat mau pergi ke kebun langsung mampir mendengar teriakan Della yang lantang. Mereka berlari takut terjadi sesuatu yang mengancam nyawa.

"Ada a.... Astaghfirullahal'aziim, innalilahi wa'inna ilaihi Raji'uun" Yuda tergagap sudah karena terkejut melihat mayat anak mengambang.

"Adik kamu ini kan?!" Tanya Ferdi.

Dalam keterkejutan Ferdi sempat bertanya tapi Della sama sekali tak menjawab. Wanita ini hanya fokus mantap arah adiknya yang sudah kaku dan pucat itu. Yuda sigap mengambil ponsel di saku lalu menghubungi Lurah dan RT RW setempat.

.

Ambar yang akan ke dapur mendengar keributan di luar langsung memeriksa. Wanita ini menuju ke arah suara tersebut. Ambar melihat Della yang menangis tak bersuara, lalu lalu menuju dekat kolam saat melihat ada yang mengambang. Wanita ini terpaku, meski sebagian wajah di tutupi lumut tapi Ambar cukup mengenal model rambut dan pakaiannya. Sore kemarin mereka masih bercanda dan tidur bersama, dan baju ini lah yang di kenakan Arum.

"Arum? ini Arum kah?" Ambar mendadak saja linglung jadinya.

"Arum ya Allah dek, sayang!!" Ambar tergugu melihat gadis kecil itu sudah tak bernyawa.

"Jangan di sentuh! Nanti sidik jarimu ada di sana" ucap Yuda ketika melihat Ambar yang akan memegang kepala Arum.

💀

Tampak mobil Darma memasuki halaman rumah. Kedua suami istri itu turun dan langsung menuju tempat di mana anaknya berada. Mereka sudah di beritahu melalui telepon, tapi tentu rasanya tidak percaya. Sekarang saat melihat secara langsung Ningrum histeris hingga pingsan.

"Anak ku! Ya Allah kenapa anakku kau ambil!" Darma meraung.

Tentu suami istri ini heran, tadi malam mendapat kabar jika bibik dari Ningrum sakit keras. Jadi mereka memutuskan untuk pergi ke desa tetangga, dan Arum juga ikut. Meski sudah tidur tapi Darma menggendong dan membawa ikut serta. Walaupun ada kakaknya di rumah, tetap saja Arum tak di biarkan tinggal. Sekarang malah di temui dirumah ini dalam keadaan tidak bernyawa pula.

Dimas juga disini shock berat, tapi harus bisa mengendalikan diri karena sedang menenangkan sang mama. Jika semua akan hancur dan terpuruk maka tidak akan ada yang mengurus semuanya. Sedangkan Della saat ini di tenangkan oleh Yuda, Denis ada Ambar yang menjaganya.

"Mbok iyam sama Pak Saimin tolong ya urus keperluan untuk almarhumah Arum dan keperluan lainnya" Ucap Ambar dengan suara bindengnya. Terdengar aneh, karena habis menangis.

"Iya non" Mbok Tukiyem langsung berjalan ke arah belakang, dia akan masuk dari dapur saja.

.

💀

.

Warga sudah mulai berdatangan, karena ada musibah ini mereka jadi menginjakkan lagi kaki dirumah Eyang Gayatri ini. Sudah lama sekali mereka tidak kesini karena pemilik atau Juragan perkebunan ini sudah meninggal dunia. Mereka disini biasanya akan menjual hasil kebun, menerima upah atau pun berhutang. Jadi karena Eyang sudah tak ada mereka pun tak ada datang kesini lagi.

Polisi sudah memasukkan jasad Arum ke kantong jenazah. Mereka akan membawa ke rumah sakit kota untuk di autopsi. Darma menyerahkan semua pada pihak berwajib, karena melihat kematian sang anak juga tidak wajar. Kolam ikan ini sangat dangkal sekali. Jika Arum berdiri hanya sepaha saja, tak mungkin juga gadis kecil itu tercebur apa lagi saat malam.

"Turut berdukacita pak. Kami akan berusaha memecahkan kasus ini. Selamat siang dan permisi!" ucap polisi itu pamit, Darma hanya mengangguk.

.

"Baru beberapa hari Kampung ini aman, malah ada korban lagi. Sekarang anak kecil pula yang meninggal dunia." celetuk Yuli yang memang nomer satu jika julid.

"Iya ih, jadi mulai nggak tenang lagi ini. Apa lagi orang tua yang punya anak kecil. Ini asli, semenjak anak Eyang Gayatri pulang ke sini, kampung ini mulai ditimpa kesialan." timpal Tina menambahi bumbu.

"Hust!!! Di jaga omongan kalian!" geram Inah yang juga ada disini.

"Jangan ikut campur kamu. Sana! Kamu kan teman akrabnya Si Ningrum itu" tari juga angkat bicara. Tari ini memang julid juga tapi tidak berani ngomong di depan, apalagi sekarang keluarga ini sedang ada musibah.

"Eh lihat itu Ilham mantannya Ningrum. Pasti mau memberi semangat pada sang mantan" Yati baru nimbrung. Bude Surti dan istri ustadz Mumtaz hanya geleng kepala mendengar ucapan perempuan nyinyir ini.

"Dasar ibu-ibu bermulut kompor kalian ini! Ayok Mbak, Buk ustadzah kita kesana saja!" Inah memang kesal sekali rasa hatinya.

"Sabar" ucap Ustadzah. Inah hanya mengelus dada berusaha menenangkan hati yang membara.

.

.

Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!