Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Apaaa! "
"Jadi dia ketua mafia itu? Tapi bagaimana bisa dad? Bukankah berita yang pernah tersebar mengatakan jika ketua Flowers sudah mati ditangan kelompok mafia lain. " Ucap Vion terkejut dengan sebuah fakta yang baru diketahui.
Desas desus kematian Hanna si ketua Flowers itu menyebar luas disemua kalangan membuat para musuh yang selalau gencar mengincar posisi pertama saling berebut untuk menguasai nya. Segala cara mereka halalkan untuk berada diposisi itu, Tak heran jika Marcell mengetahui nya. Tapi tujuan Marcell bukanlah untuk merebut posisi itu, melainkan sebuah kalung yang memang sudah ia incar sejak lama.
Sementara Vion yang mendengar berita itu memilih tidak peduli, toh juga selama ini tidak ada yang tahu seperti apa wajah asli dari ketua mafia. Akan tetapi ia masih belum yakin dengan apa yang daddy nya katakan jika Emma adalah ketua dari Flowers
Melihat raut putranya nya yang tengah berpikir membuat Marcell berdecak pelan. "Lupakan! Sekarang bantu daddy untuk mencari tahu kemana gadis itu pergi. " Ucap nya yang membuat Vion tersadar dari lamunan nya.
Kembali alisnya bertaut. "Bukannya daddy punya asisten? Suruh saja dia bantu untuk mencari tahu dimana saat ini Emma berada. Lagian daddy itu seorang mafia, kenapa tidak turun tangan sendiri untuk mengatasi hal seperti ini. " Ucap vion yang merasa jengkel kepada daddy nya
'Nama doang mafia, tapi giliran menangkap satu gadis saja dia tidak becus. Tapi, apa benar kalau Emma ketua dari Flowers? Eh tapi kalau memang benar bagus sih, tapi gimana ya. Ahk! Pusing kepala gue mikirin nya. ' batin Vion lelah
Lalu tiba tiba ingatan nya muncul sesaat Emma pernah mematahkan tulang tangan nya waktu itu. 'Tapi waktu dia matahin tangan gue, patut gue acungi jempol sih. Seorang wanita bisa mematahkan tangan orang, belum lagi dia juga jago beladiri. Tapi tapi tapiii, kenapa dia justru bisa diculik oleh anak buah daddy, ya meskipun sekarang anak itu sudah kabur. ' Batin Vion dengan wajah yang berubah ubah ekpresi nya
"Apa yang kau pikirkan? " Tanya Marcell setelah tadi mengubungi asisten nya agar dengan segera melacak keberadaan Emma
"Tidak dad, masih belum yakin aja kalau Emma itu ketua flowers yang nomor satu itu. " Ucap Vion mencoba menyangkal
"Daddy tidak berbohong. Waktu itu setelah acara dari pelelangan. Emma mengambil sesuatu yang begitu rahasia. Awalnya daddy lah yang menginginkan benda itu tapi sudah keduluan gadis itu. Awalnya kami sempat beradu cekcok tapi setelahnya daddy mengerti kalau dia adalah pimpinan Flowers. "Sahut Marcell panjang lebar.
'Masa sih? Tapi apa memang benar apa yang daddy katakan, terlebih waktu dia matahin tangan gue, ' batin Vion terdiam
Marcell yang melihat putranya hanya bengong memilih abai, lalu pergi begitu saja dari sana mengingat jika Emma hilang tanpa kepastian.
Braak!
Mendengar suara pintu tertutup membuat Vion sadar dan menatap sekeliling jika daddy nya sudah tidak ada lagi. "Haiss! " Ucapnya kemudian ikut keluar menyusul sang daddy
***
Rumah Sakit Mahardika
"Kok Emma belum sadar sih bang. Udah lama lho ini, " Ucap Litha Mulai Rewel
"Sabar napa sih. Dari tadi mulut lo doang yang bunyi. Bentar lagi juga Emma sadar, itu pasti karena pengaruh obat bius nya tu. " Ucap Aidan mulai jengah terhadap Litha
"Napa sih lo. Sewot aja, " Jawab Litha ketus menatap tajam Aidan
Sementara Aidan sendiri hanya memutar mata dengan malas, lalu fokus pada ponsel genggam miliknya. Mereka saat ini sudah berada di ruangan Emma setelah Emma dipindahkan.
Melihat belum ada tanda tanda akan sadar dari tidurnya membuat para lelaki itu memilih untuk bermain game menghilangkan rasa suntuk mereka. Sementara itu Litha yang tidak mengerti dengan game memilih duduk disamping brangkar milik Emma, hingga rasa jenuh pun muncul
Double kill!
Tripell kill!
Savage!
"Bisa nggak sih kalau main itu jangan beban, " Cetus Agam kepada Aidan
"Ya gimana, gendong gue dong! " Balas Aidan membuat Agam mendelik kesal
Mereka berdua bermain game mobile legends, sementara Gavin dan Bryan memilih bermain game Pubg. Sedangkan Litha dan Emma biasanya lebih bermain ular ularan atau terkadang ludo karena mereka lebih menyukai permainan itu.
"Eungh! "Suara lenguhan terdengar dari bibir Emma membuat Litha yang berada disamping nya dengan sigap berdiri
"Bang, bang, bang. Emma melenguh" Kata Litha cepat menggerakkan tangannya keatas dan bawah agar semua abang nya itu mendekat
Perlahan mata Emma terbuka menyesuaikan cahaya yang menusuk matanya, indra penciuman nya terasa dengan sangat jelas mencium aroma obat obatan, tembok dinding yang bercat putih serta tangan yang tertusuk jarum infus membuat Emma sadar jika ia tengah berada di rumah sakit.
Matanya menatap ke sekitar, dan melihat semua abang dan Litha ada di dekatnya memasang wajah yang cemas. Emma tersenyum kecil "serius amat tu muka. " Katanya dengan suara pelan dan serak
Perlahan ia bangkit untuk mendudukkan dirinya. Litha yang melihat itu membantu menopang tubuh Emma. Sementara Bryan sedikit mengatur brangkar itu agar Emma lebih mudah untuk duduk.
"Lo nggak papa kan dek? Ada yang sakit? Pusing atau mual? " Ucap Gavin membuat Emma menggeleng
"Nggak ada yang sakit bang, gue cuma haus aja. "ucapnya yang membuat mereka bernafas dengan lega
"Nih minum, pelan pelan. " Ucap Litha memberikan sebotol air mineral dan pipet nya
Emma meminum nya dan kemudian memberikan kembali botol air itu kepada Litha, "makasih, Litha. "
"Sama sama, " Balas Litha tersenyum manis
"Gimana ceritanya sih, kok bisa dicegat terus diculik gitu? " Ucap Litha setelah ruangan itu hening beberapa saat
Emma menarik nafasnya lalu mengeluarkan nya secara perlahan. "Nggak tahu, pas udah hampir sampai tiba tiba aja mereka cegat gue. Tapi mereka bukan bagian dari mana mana kok. Cuma preman biasa aja, gue juga nggak bisa fokus karena emang kondisi tubuh gue kurang fit. Jadi waktu mereka keroyok gue, gue nya sedikit kualahan yang berujung gue kalah ditangan mereka. "Kata Emma panjang lebar menjelaskan
Mereka yang mendengar nya pun menghela nafas nya. " Kenapa nggak bilang kalau nggak enak badan, hmm. Kan bisa abang jemput, atau nggak kita aja yang main ke apart. "Ucap Gavin lembut kepada Emma dan disetujui anggukan kepala oleh yang lainnya.
" Nggak papa kok, toh sekarang udah agak mendingan, "sahut Emma santai
"Dari mana lo tahu kalau mereka cuma preman biasa? " Kata Litha
"Keliatan kali dari cara berantem nya. Mereka aja main keroyokan begitu. " Bukan Emma yang menjawab melainkan Aidan membuat Litha menatap nya dengan kesal
"Biasa aja kali, nggak usah nyolot. " Sahut ketus Litha memutar matanya dengan malas
"Udah udah, nggak usah pada ribut. Mending makan dulu, Emma pasti udah lapar tu. Ini juga udah hampir tengah malem kita semua juga belum ada yang makan, " Ucap Bryan menengahi mereka
Mereka semua pun menurut dan memakan makanan miliknya. Sementara Emma hanya dikasih makan bubur dan buah saja. Kebetulan sebelum Emma sadar Bryan sempat keluar dan membeli makanan untuk mengisi perut mereka.
"Setelah makan, obat nya harus diminum terus istirahat, okee. " Kata Litha yang dibalas anggukan kepala oleh Emma
"Iyaa bawell. " Ucap Emma mencubit pelan hidung mancung Litha, dengan tangan yang tidak terdapat infus tentu nya
"Mereka yang udah nyerang lo tadi, udah kita amankan. Cuma satu pria yang gendut itu kita bawa ke markas untuk eksekusi. Rencana besok baru kita introgasi biar kita tahu siapa yang udah nyuruh dia. Kalau cuma preman biasa kan nggak mungkin nargetin lo sampai segitu nya, pasti ada seseorang dibelakang mereka. "Kata Gavin kepada mereka semua
Emma terdiam kemudian bersuara " Tahu dari mana bang? "Tanya nya tak mengerti
" Semua terlihat jelas waktu tadi kita nemuin lo ditempat markas mereka. Pas gue bilang lo ketua kita, pria gendut itu justru terkejut. Kayanya dia emang nggak tahu lo siapa, atau bahkan orang yang nyuruh dia nggak ngasih tahu siapa lo yang sebenarnya, "ucap Gavin panjang lebar membuat Emma terdiam dan mencerna semua kalimat yang Gavin sampai kan