Linka tidak menyangka jika pernikahannya dengan kekasihnya Dilan yang awalnya sudah direncanakan matang harus berakhir dengan kepedihan. Ia terima harus terima nasibnya untuk menikah dengan pria tua karena menggantikan sepupunya Tiara yang menolak perjodohan itu.
Yang lebih menyakitkan lagi yaitu sepupunya memaksa ibunya untuk menikahinya dengan mempelai pengantin pria yang merupakan calon suaminya Linka.
"Aku tidak akan menikahi pria tua yang ayah jodohkan padaku," tolak Tiara.
"Tapi, pria itu adalah lelaki kaya yang akan membuat hidupmu bahagia. Lagipula ia tidak akan hidup lama dan kau hanya mengambil semua warisan yang ditinggalkannya," ucap nyonya Widia.
"Bagaimana kelanjutan cerita ini. Apakah Linka harus menerima pengantin pria yang merupakan calon suami sepupunya ataukah ia harus kabur dari pernikahan itu?"
"Ikuti ceritanya sampai habis...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tak Sesuai Ekspetasi
Usai menuntaskan permainan panas mereka siang itu, Linka memilih untuk tidur karena tubuhnya seakan kehilangan tenaga setiap kali melayani suaminya yang selalu lepas kendali. Waktu merambah begitu cepat. Tanpa sadar sudah memasuki jam lima sore.
Berawal dari permainan lembut berubah menjadi liar dan kasar yang dilakukan oleh Edgar namun Linka justru merasa lebih hidup karena bagaimanapun juga sisi liar di dalam dirinya menginginkan hal yang sama pada suaminya itu.
Linka dibuat mabuk. Benar-benar mabuk bahkan Linka menjadi begitu takut Edgar berbagi cinta dengan yang lain. Linka merasa kalau imaginasi suami sempurna yang diidamkannya sudah ia temukan pada diri seorang Edgar.
Itulah sebabnya, dia rela tubuhnya hampir remuk kehabisan tenaga jika mereka saling memberikan kepuasan satu sama lain. Begitu pula Linka yang mulai bisa mengimbangi keganasan suaminya. Bahkan ia rela menjadi binal walaupun terselip rasa malu-malu tapi mau.
Edgar juga sempat terlelap sebentar sambil memeluk tubuh polos istrinya yang menjadikan dirinya sebagai kasur. Bahkan miliknya masih nyaman berada di dalam liang sempit itu walaupun sudah terkulai.
Getaran ponsel miliknya membuatnya harus tersentak dan meraih benda pipih itu buru-buru agar tidak menganggu tidur wanitanya. Namun sedetik kemudian, ia melihat nama orang kepercayaannya yang melakukan panggilan itu.
"Apakah ada masalah hingga dia nekat menghubungiku? Bukankah aku sudah melarangnya untuk tidak menggangguku ditengah bulan maduku?" geram Edgar mematikan ponselnya itu dan melihat beberapa pesan masuk yang belum terbaca olehnya.
"Bos. Barang berupa material bahan mentah untuk cetakan besi baja dihadang ditengah laut oleh musuh kita.
Mereka mengancam akan menenggelamkan kapal itu jika bos tidak memberikan apa yang mereka inginkan," tulis Clark di pesan chating tersebut.
"Kabulkan permintaan mereka hingga kapal pembawa bahan material itu tiba di pelabuhan. Setelah itu rebut kembali apa yang kita berikan. Kau harus berhasil atau kepalamu akan aku penggal...!" ancam Edgar sadis jika sudah berhubungan dengan bisnis bernilai jutaan dollar.
Linka mengerjapkan matanya karena pergerakan suaminya. Mata indahnya menatap sayu sang suami lalu bergeser ke samping dari tubuh gagah itu.
"Apakah ada masalah?" tanya Linka begitu melihat wajah Edgar yang menyimpan geram.
"Hanya masalah kecil. Sudah aku atasi. Mau ke kamar mandi?" tanya Edgar begitu melihat istrinya melangkah dengan tubuh polosnya melenggang anggun di depannya tanpa beban.
"Cihh....! Kenapa dia terus menggodaku? Kalau caranya begini, aku tidak bisa pergi jauh meninggalkannya. Atau aku bawa saja Linka bersamaku? Dengan begitu aku tetap menjaga kebutuhanku setiap waktu," batin Edgar yang sudah terikat pesona Linka.
Edgar turut masuk ke kamar mandi karena badannya juga lengket. Linka sudah berada dibawah shower. Mereka harus bersiap untuk menunaikan sholat magrib berjamaah.
Saat keduanya mandi bersama, pelayan harus segera merapikan kekacauan di dalam kamar itu secepatnya dengan mengganti seprei baru.
Dalam waktu sepuluh menit kamar itu sudah kembali dan wangi hingga tidak tercium aroma jejak percintaan keduanya.
Selesai berpakaian sambil menunggu azan magrib, Edgar menyampaikan keinginannya untuk membawa serta Linka dalam pekerjaannya yang mengundang banyak resiko untuk Linka nantinya.
Tapi meninggalkan Linka dalam waktu yang relatif lama, Edgar tidak sanggup karena kebutuhan biologisnya harus terpenuhi setiap saat.
"Sayang. Apakah kamu mau ikut aku ke suatu tempat? Maksudku tempat itu tidak romantis dan terkesan angker. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan kamu dalam waktu yang lama," pinta Edgar.
"Aku milikmu. Bawalah aku bersamamu ke manapun kamu mau...! Daripada aku disini menunggumu tidak pasti. Aku masih trauma jika ditinggal lama sama kamu," sahut Linka membuat Edgar semakin lega.
"Alhamdulillah. Terimakasih sayang. Aku akan tetap melindungi mu dari para musuhku," ucap Edgar memastikan keamanan untuk istrinya.
...----------------...
Karena urusan pencekalan kapal barang milik Edgar tidak kunjung menemukan titik temu, akhirnya Edgar berangkat bersama istrinya menuju tempat tersebut.
Mereka harus mencapai tempat itu dengan pesawat lalu naik lagi helikopter untuk mencapai kapal pesiar milik Edgar. Setelah itu baru bernegosiasi dengan kapal barang itu yang saat ini memilih bertahan ditengah laut.
Linka terlihat sangat senang ketika suaminya melibatkan dirinya dalam petualangannya itu. Tapi tidak berarti Linka juga di bawa menemui musuh. Dia tetap tinggal di dalam kapal pesiar milik Edgar. Kapal itu memang tidak disewakan pada siapapun.
"Pengantin baru itu biasanya melakukan bulan madu mereka di tempat romantis. Sekarang aku akan berada di tengah laut dalam waktu yang tak tentu. Sepertinya seru juga melihat langsung cara bisnis suamiku," batin Linka saat mereka berada di dalam helikopter yang sudah turun di landasan pacu di atas kapal mewah suaminya.
Dari kejauhan seorang penjahat yang berhasil mengintai pergerakan Edgar melaporkan kedatangan Edgar yang akan ke kapal pribadinya itu.
"Tuan. Dia tidak datang sendirian. Dia juga membawa serta istrinya bersamanya," ucap penjahat itu pada bos-nya.
"Sialan....! Ternyata otaknya yang lebih encer yang saya duga," maki seorang pria yang tidak bisa menjalankan misinya yang sebenarnya.
Linka mengenakan hijab dan masker serta kacamata agar para anak buah suaminya tidak menikmati kecantikan wanita muda itu. Namun gestur tubuh Linka walaupun terbalut mantel tebal tetap menunjukkan kelasnya bak selebriti terkenal.
"Selamat datang nyonya...!" sambut kapten kapal dan ABK kapal tersebut.
Linka hanya mengatupkan kedua tangannya untuk menyapa anak buahnya Edgar satu persatu sebagai salam perkenalan. Setelah itu Edgar mengajak istrinya ke kamar.
"Sayang. Ini kamar kita. Di dalam sini sudah ada kulkas dan ruang dapur kecil dengan bahan makanan yang ingin kamu masak.
Lakukan apapun yang kamu mau di dalam kamar ini dan jangan keluar dari kamar ini walau apapun yang terjadi. Kamu mengerti?" pinta Edgar setelah meletakkan koper mereka di kamar yang cukup luas itu. Seperti unit apartemen kecil.
"Apakah ada wanita lain pernah kamu dibawa ke sini?" tanya Linka.
"Wanita pertama dan terakhirku adalah kamu. Aku tidak mau membawa wanita bekas pakai secantik apapun dia. Kamu paham?" tegas Edgar agar Linka tidak memancingnya lagi dengan pertanyaan konyol yang akan membuat mereka bisa bertengkar nantinya.
"Maafkan aku, hubby. Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung. Apakah kamu mau pergi sekarang?" tanya Linka melihatnya suaminya sudah mempersiapkan beberapa senjata yang akan Edgar gunakan nantinya. Ada yang di kaki, di balik pinggang dan juga di samping tubuhnya.
"Iya sayang. Lebih cepat lebih bagus. Persiapkan dirimu dengan makanan yang enak. Aku akan membuka sendiri pintu kamar ini jika kamu tertidur atau sedang di dalam kamar mandi. Jaga dirimu...! Kapal musuh tidak jauh dari sini. Aku pergi dulu. Membenamkan bibirnya pada bibir merah merekah istrinya.
"Semoga Allah melindungi mu. Kembalilah kepadaku dalam keadaan selamat," ucap Linka melepaskan kepergian suaminya.
"Hmmm. Jika ada badai, masuk ke dalam kamarmu...! Aku sangat mencintaimu, Linka." Memeluk istrinya agak lama setelah itu keluar dengan cepat dari kamar itu.
Linka menyimpan airmata nya sedari tadi. Ia harus merelakan lagi kebahagiaannya demi pekerjaan suaminya yang berhubungan dengan maut.
Sementara seorang pria yang tidak bisa mendekati Linka lagi meraung keras di dalam kamarnya. Alih-alih ingin mendapatkan lagi perhatian Linka yang akan ditinggal pergi oleh Edgar justru Linka rela ikut dengan suaminya dalam bisnis tersebut.