DENDAM LUSIANA

Di rumah Arion, Karin yang ada di pelukan suaminya itu mengingatkan Arion untuk hari ulang tahun putranya yang sebentar lagi genap tiga tahun.

"Kamu tau dia sangat mengagumimu, Mas."

"Ya, kita akan pergi makan malam bersama," jawab Arion dan Karin pun tersenyum, lalu, Karin yang ada di pelukan suaminya itu segera memejamkan mata dan Arion mengambil ponselnya yang ada di atas nakas, ponsel itu berkedip tanda ada pesan masuk.

"Arion." Isi pesan itu yang ternyata dari Melodi dan Arion tak membalasnya.

Melodi yang mengetahui kalau Arion membaca pesannya itu kembali mengirimkan pesan.

"Aku tidak bahagia," lanjut Melodi dan Arion menjawab dengan singkat, "Itu pilihanmu."

Dan setelah itu, Arion meletakkan ponselnya kembali, ia tidak mau terlalu menanggapi mantan istrinya.

Lalu, Melodi kembali mengirim pesan dengan menanyakan kabar Cila dan Arion tak segera membalas.

Tidak lama kemudian, Melodi mendapatkan telepon masuk dari Cila yang menghubungi menggunakan telepon rumah.

Cila mengadu kalau Karin menyita ponselnya dan Melodi mengatakan akan membantunya untuk mendapatkan ponselnya.

Setelah mendengar itu, Cila merasa sedikit senang dan Cila menunggu Melodi untuk menjemput tetapi, Melodi tak juga kunjung datang.

Tanpa Cila tau, kalau Melodi memang sengaja mengirimnya ke rumah Arion supaya dirinya tidak putus komunikasi, tetapi, sepertinya usahanya gagal karena Arion tak mudah ia dekati lagi.

****

Cila yang sedang kesal itu berdiri di depan kamar Karin dan Arion, ia merasa penasaran karena kamar itu selalu terkunci.

Dan keesokannya, Cila yang baru saja pulang sekolah itu melihat Karin keluar tanpa mengunci kamarnya.

Cila yang penasaran pun mulai mendekat dan baru saja Cila menegang gagang pintu itu Karin sudah datang, Karin menahan tangan Cila.

"Kita harus bersiap, sebentar lagi Dady akan pulang untuk menjemput kita," kata Karin seraya menatap Cila.

Setelah itu, Karin yang sedang menggendong Arka itu masuk ke kamar dan Cila harus pergi dari tempatnya berdiri.

"Ada apa di kamar mereka, kenapa aku tidak boleh masuk? Apa karena aku anak tiri?" tanya Cila pada dirinya sendiri.

"Ah, tidak seperti itu. Kalau karena aku anak tiri, lalu, Bibi juga tidak pernah masuk ke kamar itu, apa mereka menyimpan sesuatu yang penting?" lanjut Cila.

Lalu, Cila yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya itu menatap kamar Karin.

Setelah semua siap, sekarang, Arion sudah datang, ia membawakan kado ulang tahun untuk Arka.

Arion menghadiahkannya topi pilot dan Arka menyukainya, Arka memakai topi itu dan mulai duduk di mainan pesawatnya.

Tidak lama kemudian, Arka yang masih menggunakan topi itu dijunjung Arion.

Arion mengucapkan do'a juga selamat ulang tahunnya dan Cila yang sudah siap itu turun dari kamar dan mulai bergabung dengan yang lain.

Cila mengambil topi adiknya dan memakainya untuk meledek dan Arka pun menangis.

"Kakak, kamu suka sekali meledek adik!" protes Arion dan seperti itu lah keseharian Karin yang selalu melihat ulah Cila, tetapi, Karin tau kalau Cila menyayangi adiknya.

Setelah itu, Cila mengembalikan topi nya pada Arka, Cila juga mencium pipinya yang sedikit gembul.

"Selamat ulang tahun. Jadi adik yang baik, ya, kamu!" ucap Cila.

Setelah itu, Arion mengajak semua untuk berangkat dan meninggalkan rumah dengan keadaan sepi.

Karena itu, bibi yang sedang menyimpan pakaian Cila itu harus melewati kamar Karin dan bibi seolah mendapat bisikan untuk masuk ke kamar.

Ya, bisikkan itu dari Lusiana yang berhasil membuat bibi seolah terhipnotis dan karena pintu itu terkunci, bibi segera tersadar.

"Astaga, sedang apa aku di sini?" tanya bibi pada dirinya sendiri.

"Ibu sudah berkali-kali bilang, kalau tidak ada yang boleh masuk ke kamar dan hampir saja," kata bibi seraya berjalan ke arah kamar Cila.

Dan setelah itu, bibi harus kembali melewati kamar Karin dan bibi merasa merinding, ia merasa ada yang mengawasi dan bibi pun segera turun, ia masuk ke kamar untuk segera istirahat.

Keesokan harinya, bibi yang sedang ada di dapur bersama Karin untuk menyiapkan sarapan itu menceritakan apa yang dialaminya semalam.

Dan Karin tersenyum.

"Itu perasaan bibi saja, atau mungkin kamera pengawas yang mengawasi bibi?"

"Atuh, Ibu mah bisa saja. Bukan seperti itu, Bu. Tapi, saya juga merasa merinding setiap lewat depan kamar Ibu," ujar bibi dan Karin tersenyum.

"Mungkin ACnya yang terlalu dingin." Karin mencoba menenangkan bibi dan sepertinya itu sedikit berhasil.

Setelah siap, Karin pergi ke kamar untuk membangunkan suaminya.

"Mas, sarapan sudah siap, yuk, sarapan dulu," ajak Karin seraya mengusap lengan suaminya dan bukannya membuka mata, justru Arion membawa Karin ke pelukannya.

"Aku sarapan kamu aja, boleh?" tanya Arion yang masih memejamkan mata.

"Aku harus mengantar Cila, tidak boleh sampai terlambat, Mas," jawab Karin dengan berusaha melepaskan pelukan Arion yang semakin erat.

Lalu, Arion dan Karin melihat ke arah brangkas yang begitu berisik. Karin dan Arion saling menatap.

"Mas, sepertinya kita tidak dapat menyimpannya di sini," kata Karin seraya menatap Arion.

"Lalu, di mana?" tanya Arion yang juga menatap Karin.

"Dikubur," usul Karin dan Arion membenarkannya.

Lalu, Arion segera melepaskan Karin, pria yang tengah bertelanjang dada itu turun dari ranjang dan membuka lemari yang selalu berisik.

Arion menatap brangkasnya, lalu mengeluarkan kotak yang penuh dengan kekuatan jahatnya.

Arion menatap Karin dan Karin mengangguk.

"Kita kubur dia setelah mengantar Cila," kata Arion yang kemudian kembali menyimpannya.

Lusiana yang mendengar kalau dirinya akan dikubur itu semakin mengamuk dan Arion menatap kotak tersebut.

"Sudah, kamu itu arwah, jasad kamu saja sudah dikuburkan dan seharusnya kamu pun tenang di sana, di alam kamu!"

Setelah itu, Arion tak lupa mengunci, lalu, keluar untuk sarapan bersama.

Di meja makan, Arion dan Karin sudah ditunggu oleh anak-anaknya.

Dan Cila yang sudah selesai dengan makan itu meminta pada Arion untuk segera mengantar sebelum terlambat.

"Mami saja yang mengantar, Dady ada pekerjaan," kata Karin seraya menyuapi Arka dan Cila menolak.

"Tidak, Mami yang menyetir seperti keong, Cila bisa terlambat nanti," kata Cila dan Karin tersenyum.

"Baiklah, Dady akan mengantar," timpal Arion dan sekarang, semua ikut mengantar Cila.

Sesampainya di sekolah, Arion melihat Melodi sudah menunggu di depan gerbang.

Melodi dan Cila saling berpelukan.

Dari mobil, Arion membunyikan klakson dan Melodi melihat ke arahnya, Melodi tersenyum pada Arion, tetapi, tidak pada Karin yang ada di samping Arion.

Setelah itu, Arion segera pulang dan Arion mengambil kotak itu.

Dan Arion yang berjalan ke arah ruang kerjanya itu di perhatikan oleh suami bibi yang sedang berkunjung.

Suami bibi mengira kalau yang Arion bawa adalah kotak berisi uang dan perhiasan.

Apakah kotak itu akan berpindah tangan?

Jangan lupa like dan komen setelah membaca, ya. Dukung author juga dengan vote atau giftnya, dukungan kalian adalah semangatku.