Rebecca Alveansa adalah seorang model cantik yang lagi naik daun. Karir yang bagus harus terhenti sejenak karena kejadian yang tak terduga.
Ia terjebak cinta satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya, sehingga membuatnya hamil dan melahirkan dua bayi kembar yang terpaksa ia rahasiakan keberadaannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah pria itu? Apakah sang bayi dapat bertemu dengan sang Ayah? Baca kisahnya hanya di sini ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRSM 34
Pagi itu semua orang tengah sarapan bersama. Excel yang sepiring berdua dengan Ayahnya membuat Excel merasa kesal sekali. Sejak kehadiran Reigner, perhatian Evelyn telah teralihkan.
"Sayang, kok kamu tidak memakan makanan mu?" ucap Rebecca pada putranya.
"Excel malas makan Mom," jawabnya malas.
"Nanti jam 10.00 kamu boleh pulang, jadi sarapan dulu ya. Nanti minum obat," sahut Rebecca membujuk Excel. Kemudian, Excel memakan makanannya dengan pandangan mata lurus ke arah Evelyn.
Gadis kecil itu sedang sarapan sembari bergurau dengan sang Ayah. Evelyn tertawa senang dengan candaan kecil yang dibuat Reigner. Lalu, Evelyn melihat sang Kakak yang tengah menatapnya, kemudian munculah ide dalam pikirannya.
"Kak Excel stop menatapku. Bukankah adikmu ini sangat jelek sekali! Kenapa sejak tadi Kakak terus memandangi ku tanpa berkedip?" seru Evelyn dengan suara cemprengnya.
"Siapa juga yang memandang gadis kecil seperti kamu. Sudah jelek, gendut, tukang makan," sahut Excel kesal.
Evelyn semakin gemas dengan sikap Kakaknya. Dia menghirup nafas dalam dan mencoba menenangkan diri. Evelyn sedang memikirkan cara untuk membalas ucapan sang Kakak.
Rebecca yang tidak mengerti hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa berbuat apapun ketika kedua anak kembarnya itu berdebat.
Evelyn pun segera menyelesaikan sarapannya. Setelah habis, gadis kecil itu membisikkan sesuatu ke Ayahnya."Daddy tahu kenapa Kak Excel sangat kesal?"
"No," jawab Reigner sembari menggelengkan kepalanya.
"Daddy, Kak Excel itu pasti iri denganku karena sangat dekat Daddy. Makanya, Kakak selalu mengajakku ribut," ucap Evelyn pelan.
Excel yang mendengar pun langsung menjawab. "Siapa juga yang iri denganmu, Evelyn? Kakak hanya tidak suka saja dengan seseorang yang suka memeluk wanita sembarangan. Apalagi wanita itu sikapnya sangat buruk."
Rebecca dan Teresa terkejut dengan ucapan Excel. Mereka segera menoleh ke arah Reigner yang tidak tahu apa-apa.
Evelyn langsung memandang wajah sang Ayah dengan intens. "Daddy sudah melakukan apa? Apa ada yang Daddy sembunyikan dari aku dan Kakak?" tanya Evelyn, sehingga membuat Reigner semakin bingung.
"Daddy? Lalu maksudmu menyembunyikan apa?" sahut Reigner dengan berpikir keras.
"Kamu melakukan kesalahan apa Rei?" tanya Teresa.
Reigner mencoba mencerna perkataan Excel. Lalu, dia mengingat tentang variety show kemarin. Reigner langsung menepuk jidatnya, karena Excel pasti sudah melihatnya.
"What, Daddy?"
Reigner pun menjelaskan pada kedua anak kembarnya. "Begini, mungkin kamu sudah salah paham dengan Daddy, Boy! Daddy kemarin ada variety show, Daddy melakukan itu hanya sebatas pekerjaan, Sayang. Tidak lebih, maaf jika itu membuatmu kesal."
Excel menoleh dan berkata. "Meski itu hanya pekerjaan, tetap saja aku tidak suka. Apalagi wanita itu adalah orang yang sudah menghina Mommy ku."
Evelyn langsung tahu siapa wanita yang dimaksud Kakaknya. "Jadi Daddy memeluk Bibi galak? Daddy, bukankah waktu itu aku sudah meminta untuk memecatnya! Terus, kenapa Daddy belum mengusirnya pergi."
Reigner tidak bisa menjawab pertanyaan kedua anaknya. Lalu pertanyaan itu dijawab oleh Rebecca."Sayang, asal kamu tahu! Pekerjaan seorang model adalah mengikuti arahan kamera. Jadi mereka berpose untuk menjadi objek para fotografer, dan hal itu termasuk profesionalitas dalam pekerjaan, Sayang!"
"Jadi, apakah Mommy juga sering seperti itu? Berpelukan dengan sembarang orang?" tanya Excel ingin tahu.
"Emm, ada tapi tidak semuanya Sayang. Tergantung tema dalam pekerjaan yang Mommy jalankan," jelas Rebecca dengan sangat hati-hati. Dia tidak ingin salah bicara karena Excel bersifat kritis.
"Baiklah, mulai saat ini Daddy berjanji pada kalian tidak akan membuat ulah lagi. Daddy juga akan menjaga sikap dan berjaga jarak dengan lawan jenis. Kalau Daddy melanggar, maka kalian boleh menghukum Daddy, "ucap Reigner meyakinkan kedua anaknya.
"Sudah ya, jangan mengacuhkan Daddy. Biarkan Daddy menunjukkan kasih dan sayang untuk kalian. Izinkan Daddy untuk memenuhi waktu kalian yang hilang dulu," ucap Reigner dengan sepenuh hati. Excel pun terdiam, dia sedikit mengerti dengan penjelasan sang Ayah.
"Sudah-sudah, tidak usah berdebat lagi!Excel kamu tidak usah khawatir, Grandma juga akan ikut mengawasi Daddy mu jika dia berani berbuat macam-macam, karena Grandma hanya akan menerima Mommy mu sebagai calon menantu, " ucap Teresa ikut meyakinkan Excel.
Evelyn kembali mendekati Ayahnya. Tetap saja dengan raut wajah yang cemberut. Setelah itu mereka bersiap untuk kepulangan Excel dari rumah sakit.
Di Tempat Lain
Mario sedang memimpin rapat di sebuah ruangan. Dia membubarkan rapat itu setelah semua orang menyepakati aturan yang ditetapkannya.
"Semuanya boleh keluar, jangan lupa yang kita bahas tadi. Aku tidak mau kalian mengecewakan aku lagi," ucap Pria itu dengan tegas.
"Baik Tuan," jawab semua orang. Setelah itu mereka semua keluar dari ruang rapat.
Mario beranjak keluar menuju ke ruangannya. Dia baru saja datang dari luar negeri. "Panggilkan Rebecca, suruh dia ke ruangan ku," perintah Mario pada asistennya.
"Maaf Tuan, Nona Rebecca sedang menjalani kontrak kerja dengan R&M group dari Italia," jawab asisten itu.
Mario menghentikan langkah lalu membalikkan badannya. "Apa maksud dari perkataan mu?"
"Iya Tuan, Nona Rebecca pergi ke Italia untuk menjalani kontrak dengan R&M group."
Mario mengepalkan kedua tangannya, raut wajahnya berubah seram. "Panggilkan orang yang bertanggungjawab atas kontrak tersebut, suruh dia ke ruangan ku sekarang."
"Ba-baik Tuan."
Mario pergi dari tempat itu dengan perasaan kesal. "Beraninya kamu pergi tanpa seizinku, Baby! Apa kamu tidak takut dengan konsekuensinya?" ucap Mario dalam hati. Mario masuk ke dalam ruang kerjanya dan menunggu penanggung jawab kontrak yang dijalani Rebecca.
Tak lama kemudian, masuklah seorang pria paruh baya ke dalam ruangan Mario.
"Maaf Tuan, ada perlu apa memanggil saya kemari?" tanya pria tersebut dengan menundukkan kepalanya.
"Apa kamu yang menyetujui kontrak kerja Rebecca dengan perusahaan dari Italia itu?"
"Iya Tuan, saya yang menerima kerjasama tersebut."
"Cepat batalkan kontrak kerja itu, dan tarik Rebecca kembali ke California. Sekarang!" ucap Mario dengan sorot mata tajam.
"Tapi Tuan, kerjasama itu sangat menguntungkan. Mereka berinvestasi banyak dalam kerjasama ini. Kalau kantor kita membatalkan maka harus membayar denda karena bersifat sepihak."
Mario menggebrak meja dengan keras. Hingga membuat pria itu kaget. "Batalkan atau kamu ku pecat! Bayar denda itu dan segera akhiri kontra tersebut. Aku ingin Rebecca kembali ke kantor ini."
"Ba-baik Tuan, akan segera saya proses dan kerjakan. Kalau begitu saya permisi dulu." Pria itu keluar dari ruangan Mario.
"Rebecca, kamu pikir bisa melarikan diri dariku? Jangan bermimpi, karena sampai kapanpun tidak akan pernah aku melepaskan dirimu. Kamu harus menjadi milikku apapun yang terjadi."
Mario meremas kertas yang ada di depannya lalu membuangnya ke lantai. Dia sangat marah karena Rebecca lari dari genggamannya.