Frisha Natalia, kabur dari rumah ketika dipaksa menikah dengan pria beristri, sebagai penebus hutang ayahnya. Di jalan, Frisha mengalami kecelakaan hingga mengakibatkan gadis itu lumpuh.
Clyton Xavier Sebastian, pria yang tidak sengaja menabraknya, bersedia bertanggung jawab memberi kompensasi dan menjamin pengobatannya.
Akan tetapi, Frisha menolak. Dia menuntut tanggung jawab dalam bentuk lain, yakni menikahinya.
Apakah Xavier, seorang CEO perusahaan besar, mau menerima pernikahan dengan wanita asing begitu saja? Ikuti kisahnya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 : PENGGREBEKAN
“Iya! Untuk sementara, pendarahannya sudah berhenti. Dan untuk kondisi lebih jelasnya, harus dokter spesialis obgyn yang memeriksa. Kamu enggak nemuin identitasnya? Tas atau ponsel gitu di dekatnya?” tanya Rumi pada putranya.
Zico menggeleng, “Enggak, Ma. Enggak ada apa-apa di sekitarnya!”
Rumi menghela napas panjang, “Tadi ada telepon, Mama pagi-pagi sekali ada jadwal operasi. Mau enggak mau kita harus berangkat sekarang. Tidak mungkin kita tinggalkan dia di rumah sakit sini tanpa wali,” paparnya berpikir dengan keras.
“Kita bawa dulu saja ke Jawa sampai sadar, Ma. Kalau sudah bisa ditanyai tentang keluarganya, bisa diantar ke sini lagi,” saran Zico yang juga tidak bisa tetap tinggal di kota itu.
Rumi tampak berpikir keras, ia segera berkonsultasi dengan dokter obgyn di rumah sakit tempatnya praktik, untuk mengambil keputusan terbaik. Sebagai seorang dokter, satu nyawa manusia begitu berharga. Apa pun akan ia lakukan, demi bisa menyelamatkan seseorang.
“Baiklah, mama harus telepon ambulans di rumah sakit terdekat untuk nganter pasien ini,” seru Rumi menggulirkan layar benda pipihnya. “Ah, RS. Sebastian,” gumamnya melakukan panggilan darurat.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Tiger kembali memasuki kamarnya, aroma sabun dan sampo segera menguar di indra penciumannya. Seketika mampu membuat desiran darahnya mengalir lebih cepat. Menurutnya, hanya sang istrilah yang memiliki wangi yang khas ketika sabun dan shampo itu menyatu di kulit istrinya.
Senyum yang cukup lebar muncul dari bibir tipis Tiger, ia segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Kemudian berjalan mendekati sang istri yang masih sibuk mengeringkan rambut dengan hair drayer.
Jihan melempar tatapan tajam ketika melihat bayangan sang suami dari pantulan cermin meja riasnya. Bibirnya mengerut dengan tatapan malas, segera mematikan alat pengering rambut tersebut dan bergegas ke ranjang. Tak ingin melihat tatapan mesum suaminya, Jihan menaikkan selimut hingga lehernya, membelakangi sang suami lalu memejamkan mata.
Tiger mengerjap bingung, sempat tersentak namun segera ikut bergabung dengan sang istri di atas ranjang. Tubuhnya semakin mengikis jarak dengan Jihan, melingkarkan lengan kekarnya di perut ramping sang istri. Yah, walaupun sudah melahirkan dua anak yang bahkan sekarang sudah dewasa, tubuh wanita itu masih sexy dan begitu menggoda di mata Tiger.
“Sayang,” panggil Tiger menumpukan kepala pada ceruk leher istrinya, mulai mengendus kulit mulus dengan aroma yang memabukkan. Sungguh, hasratnya menanjak saat itu juga.
“Enggak usah deket-deket. Nanti kamu ketularan bodoh!” kesal Jihan mendorong kepala Tiger tanpa menoleh padanya. Walaupun ia tahu, suaminya memang tidak pernah peka sedari dulu, tapi dia benar-benar kesal saat ini.
Tiger terdiam sejenak, sadar telah menyinggung sang istri. Tubuhnya yang sempat menjauh kini mulai merapat kembali, “Maaf, Sayang. Aku keceplosan.”
Jihan bergeming, enggan menanggapi rengekan sang suami yang mulai merayunya. Apalagi dari gelagatnya, Jihan sudah hafal bahwa saat ini lelaki itu menginginkan tubuhnya. "Lepas! Tidur di sofa saja sana!" serunya masih dengan kekesalan yang menggumpal di dada.
“Enggak mau! Sayang, maaf!” gumam Tiger menyusuri leher dan bahu sang istri dengan bibirnya. Tentu saja langsung membuat tubuh Jihan merinding. Ia sampai menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara desaahan. Ingin memberi pelajaran pada belahan jiwanya itu.
Di tengah usaha Tiger yang merayu istrinya, tiba-tiba mendengar desing helikopter yang begitu dekat dengan rumahnya. Suara itu memekakkan telinga dan begitu mengganggu, membuat pasangan suami istri itu terperanjat dan saling pandang.
“Tiger! Suara apa? Kenapa sepertinya mengitari rumah ini?” tanya Jihan panik.
“Aku juga tidak tahu!” Tiger mengedikkan kedua bahunya.
Keduanya segera turun dari ranjang, ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi. Jihan yang tampak ketakutan mengikat rambutnya, mengenakan jubah untuk menutupi gaun tidurnya yang sexy.
Tiger menarik laci nakas di samping ranjang, menyelipkan desert deagle di balik jubah tidurnya. “Kamu di sini saja,” ucap Tiger pada sang istri.
Jihan membelit lengan Tiger, merapatkan tubuhnya sembari menggeleng, “Enggak mau. Aku takut ditinggal sendiri,” ucapnya semakin kuat memeluk lengan Tiger. Apalagi sekarang mulai terdengar gedoran yang begitu keras di pintu utama.
Bersambung~
con; ketika panik, terburu2, kan gak mungkin memakai kata melenggang.
Melenggang itu lbh ke arah berjalan santai...
sdh terburu2 mosok pakai kata melenggang..
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘