Inara, My Baby Sugar

Kini Inara dan Sandra sedang duduk berhadapan di dalam sebuah restoran dekat rumah sakit. Mereka tidak sengaja bertemu disana. Alergi Alex anak Sandra tiba-tiba saja kambuh. Keduanya saling diam menatap satu sama lain dengan pikiran masing-masing. Setelah sekian lama saling diam Inara menghela nafas kemudian menghembuskannya. Rasa kesal yang menyeruak di dalam dada membuatnya sedikit sesak. Saat tiba-tiba wanita ini hadir dengan membawa seorang anak kecil yang dia akui sebagai anak dari suaminya.

“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” tanya Inara sambil meminum minuman yang baru saja diantar oleh pelayan.

“Jauhi Sean!!” ucap Sandra dengan penuh ketegasan.

“Apa?” seolah Inara tidak mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh wanita dihadapannya.

“Apa kau tidak dengar, aku bilang jauhi Sean.”

“Kenapa aku harus menjauhi suamiku sendiri.” Inara menekankan kata suami supaya wanita itu sadar siapa yang harus menjauhi siapa.

“Su-suami.” Ulang Sandra dengan nada terbata.

“Tidak mungkin kau pasti berbohong.”kini nada bicara Sandra terdengar seperti sebuah ejekan.

“Untuk apa aku berbohong. Ini adalah bukti kami sudah menikah.” Inara memperlihatkan cincin yang sebelumnya melingkar di jari manisnya. Di dalam cincin itu bertuliskan nama mereka Sean love Inara.

Sandra masih berusaha menyangkal dengan bukti yang Inara perlihatkan. Bisa saja cincin itu hanya pemberian sebagai hadiah atau apapun.

“Itu tidak cukup dijadikan bukti dalam sebuah pernikahan.”

“Oh masih kurang.” Inara mengambil ponsel yang sebelumnya dia simpan di dalam tas dengan nada silent. Matanya membelalak saat melihat begitu banyak panggilan masuk dan pesan yang lebih dari 50 dari suaminya. Sandra yang melihat ekspresi Inara tersenyum sinis.

“Kenapa dengan ekspresimu apakah buktinya tidak ada?” ejek Sandra.

Inara menanggapi ucapan Sandra dengan senyum yang terlihat tenang. Sementara dia akan mengabaikan Sean. Dia harus menangani pelakor ini terlebih dahulu. Membasmi parasit yang mulai tumbuh di sekitar hubungan dirinya dengan Sean. Parasit yang lama kelamaan akan menghancurkan hubungan mereka jika terlalu lama dibiarkan untuk tumbuh dan berkembang.

“Lihatlah.” Inara memperlihatkan sebuah video saat dimana Sean dan dirinya mengikat janji suci pernikahan.

Sandra menajamkan penglihatan dan pendengarannya saat melihat video yang berdurasi beberapa menit. Video yang mampu membuat harapannya sirna. Bagaimana mungkin Sean yang dulu begitu memujanya bisa melupakan dirinya dan menikah dengan gadis ini.

“Tidak mungkin, bagaimana mungkin?” ucapnya lirih namun masih terdengar di gendang telinga Inara.

“Kenapa tidak mungkin, aku dan Sean saling mencintai dan kami akan segera memiliki anak.” bohongnya agar Sandra sadar diri untuk segera pergi dari kehidupan Sean.

Sandra tersenyum sinis saat mengingat bagaimana milik Sean tidak bisa bangkit menkipun dirinya sudah berusaha untuk menggodanya.

“Tidak mungkin. Mustahil itu terjadi.” Ucap Sandra dengan tegas.

“Pasti itu anak dari lelaki lain.” Sambungnya.

“Apa maksud ucapan mu?” tanya Inara dengan mimik wajah yang terlihat kesal. Tidak terima dengan ucapan Sandra yang menuduh Inara bermain dengan lelaki lain.

Sandra terdiam sesaat kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Pikirannya mengembara jauh ke belakang saat dimana dirinya masih bersama dengan Sean. Bagaimana Sean begitu agresif menyentuh dirinya. Menjelajah seluruh tubuhnya membuat gai*rah dalam dirinya memuncak. Namun sayang milik Sean tidak dapat bangkit membuat Sandra frustasi dan meninggalkan lelaki itu begitu saja.

“Bagaimana bisa mempunyai anak jika dia impotent.” Inara tersenyum penuh kemenangan saat secara tidak langsung dia sudah memberi tahu dirinya bahwa Alex bukanlah anak Sean.

“Terima kasih atas kejujuranmu.”

“Untuk apa kau berterima kasih. Dasar gadis aneh.”

“Apa kau tahu secara tidak langsung kau sudah berkata bahwa putramu bukanlah anak dari Sean. Benar apa yang kau ucapkan seorang impotent tidak akan bisa memiliki anak. Lalu siapa ayah kandung dari putramu itu?”

“Sial.” umpat Sandra dalam hati.

“Mommy.” teriak Alex berlari ke arah dimana Inara dan mommynya duduk. Nafas Alex memburu keringat menetes dari dahinya membasahi hampir seluruh wajahnya.

“Kenapa sayang apa yang terjadi?” tanya Sandra yang terlihat panik. Apa mungkin mantan suaminya tahu jika dia berada di Indonesia.

“Mom, ada orang yang mau membawa Alex pergi. Alex takut mom. Om berpakaian hitam itu menarik Alex secara paksa untung Alex menggigit tangan om itu dan berhasil kabur kesini.” ucap anak itu setelah berhasil mengatur nafasnya yang tadi sempat terengah-engah.

“Bagaimana ini?” Sandra memeluk anaknya dengan begitu erat. Ketakutan mulai menguasai dirinya. Matanya terus mengawasi sekeliling restoran berharap orang itu tidak masuk dan menemukan Alex. Inara yang melihat kecemasan dan ketakutan Sandra pun menyentuh pundak wanita itu dengan lembut. Namun kelembutan itu mampu membuat Sandra terlonjak kaget karena rasa khawatir yang berlebih.

“Inara, tolonglah kami.” pinta Sandra dengan pandangan yang tidak fokus. Matanya terus melihat sekeliling dan tangannya mendekap Alex dengan begitu erat.

“Kenapa kau terlihat panik dan ketakutan?” tanya Inara yang penasaran dengn apa yang terjadi dengan mereka.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan yang terpenting sekarang bawalah Alex bersamamu. Berapa nomor ponselmu ?” Sandra memberikan ponselnya pada Inara untuk menyimpankan nomer dirinya di dalam ponselnya.

“Ini.” Inara menyerahkan Kembali ponsel milik Sandra.

“Alex dengarkan mommy baik-baik. Pergilah dengan aunty Inara nanti mommy akan menjemputmu, mengerti.” Alex yang sudah sering mengalami situasi seperti ini pun mengangguk karena sudah paham dan Ia hanya bisa menurut dengan apa yang mommynya katakan.

Sandra membuka sweater yang dipakai oleh Alex dan menggantinya dengan syal yang biasa dia simpan di dalam tas tidak lupa memakaikan masker dan kacamata lengkap dengan topi untuk mengalihkan perhatian mantan suaminya.

“Pergilah.”

“Inara titip Alex sebentar tolong jaga dia.”

“Kau berhutang penjelasan padaku.” ucap Inara.

“Aku akan menjelaskan nanti sekarang pergilah lewat pintu samping.” perintah Sandra kemudian mereka pergi berlawanan arah.

Sandra keluar bersamaan dengan satu keluarga yang memiliki anak dengan postur tubuh yang mirip dengan Alex. Sedangkan Inara sudah berada di dalam taksi bersama dengan Alex menuju apartemen.

Sementara Sean merasa frustasi dia menjambak kepalanya beberapa kali untuk menghilangkan rasa cemas yang melanda sedari Inara pergi. Dan sampai detik ini dia belum menemukan titik terang dimana keberadaan Inara.

Sean sudah menanyakan keberadaan Inara kepada Sora maupun Mila. Tetapi tidak ada satu pun diantara mereka yang tahu dimana keberadaan istri kecilnya itu berada.

“Inara, kau dimana baby?” rasanya Sean sudah merasa lelah. Diapun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dan mengistirahatkan tubuhnya sebentar sebelum melanjutkan mencari istrinya kembali.

Dengan langkah gontai Sean masuk ke dalam apartemen. Meletakkan kunci mobil di atas nakas. Tubuhnya mendarat diatas Kasur dengan kaki menjuntai ke lantai. Menatap langit-langit kamar yang terlihat sepi.

Sean menarik tubuhnya kembali dari atas kasur saat samar-samar mendengar suara berisik di dalam apartemennya. Seseorang yang dia cari sedari tadi kini berada di dalam apartemennya. Menikmati segelas air minum yang baru saja dia tuang dari lemari pendingin.

Tatapan Sean kini dipenuhi dengan kebahagiaan saat mendapati istrinya pulang. Sean memeluk Inara dari belakang melingkarkan tangannya pada pinggang Inara dan meletakkan kepala di bahu gadis itu. Mencium aroma parfum yang sangat dia rindukan.

“Kau dari mana?” tanyanya dengan suara parau.

“Dad, lepaskan aku.” Inara mencoba melepaskan tangan Sean yang melingkar di tubuhnya. Namun tidak berhasil karena Sean terlalu kuat memeluk dirinya.

“Daddy.”

“Kau?”