Yoga Permana, 22 tahun, pekerja biasa yang hidupnya terasa hampa setelah patah hati dan gagal move on dari cinta pertama. Pelariannya? Menulis webnovel… meski lebih sering buka Facebook daripada nulis.
Suatu malam, saat mencoba menulis prolog novel barunya Pe and Kob, laptopnya rusak, lalu menariknya masuk ke dalam dunia novel yang bahkan belum ia selesaikan.
Kini terjebak di dunia isekai hasil pikirannya sendiri, Yoga harus menjalani hidup sebagai karakter dalam cerita yang belum punya alur, belum punya nama kerajaan, bahkan belum punya ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Segalanya
Kecerobohan yang aku lakukan menjadi sebuah penyesalan terbesarku saat ini, bertindak tanpa arah yang pasti dan kekhawatiran yang tak mendasar membawa semua ini ke titik akhir bendera kematian.
“Namun tempat apa ini? Alam baka?” Aku kembali ke tubuh Yoga lagi ya...
Entah apa yang terjadi, kini aku berada di alam entah apa sebutannya, kosong, lantai dari genangan air seluas lautan, terlihat dalam namun aku berdiri di atasnya.
Alih-alih sebagai Lala, tubuhku ini tubuh yang terasa sangat familiar, tubuh lama saat dibumi, Yoga Permana.
Aku berdiri dalam waktu yang lama, menatap bayanganku sendiri dari pantulan air dibawah kakiku.
“Sudah cukup, aku lelah dengan yang tak bisa ku mengerti, akhiri saja.”
Isi kepala membanjiri keluhan apa yang terjadi sampai saat ini.
Tak lama waktu berselang, suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah belakang, isi kepala masih dipenuhi keluhan hingga membuatku enggan menoleh ke arah suara. Suara langkah kaki yang semakin mendekat serta tepukan tangan pada pundakku.
“Yo! Diriku.”
Sapa suara itu menepuk pundakku dari belakang, masih dalam kondisi hati bersedih aku sudah tak peduli lagi apa yang sedang terjadi.
Leherku menoleh perlahan, tepat dibelakangku.
“Ahh, apalagi ini...” Kenapa aku melihat diriku yang lain dihadapanku?
“Ya, maaf membuatmu terkejut.” jelasnya dengan senyum lembut diwajahnya.
“Tenanglah, kamu itu tidak mati, akan aku jelaskan segalanya tentang situasimu.”
“Agar lebih mudah, panggil aku Agoy, nama kita yang dibalik.”
Batinku hanya bergumam dengan situasi yang sangat ambigu saat ini.
Aku tidak mengerti, kenapa ada diriku dan dia berbicara padaku. Siapa dia?individu yang lain?
“Apa ada yang ingin kamu jelaskan?” nadaku melemas, tatapanku mulai sayu tak bernyawa.
Diriku, maksudku Agoy, ia menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
Dari kalimat pertama membuat siapapun akan terheran jika mendengarnya.
“Pararel.”
Dengan santainya ia mengucapkan sebelum melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.
“Aku adalah kamu dari dimensi yang lain di bumi.”
Agoy menjelaskan, terasa semakin membingungkan.
“Kamu tidak masuk dalam novelmu, namun novelku.”
Semakin membingungkan membuatku terduduk sangat lesu.
“Yahh sungguh kepalaku sangat sakit untuk memahami.”
Namun Agoy terus menjelaskan tanpa membuatku tenang terlebih dahulu.
Walaupun kumengerti hingga penjelasan terakhir, dunia ini adalah naskah yang ditulis Agoy, bukan naskah diriku, Lala Rosalia memang tokoh yang sudah dirancang oleh Agoy.
Dia adalah anonim diriku di dimensi yang lain.
Setiap manusia memiliki dimensi yang berbeda, diriku dari dimensi berbeda memiliki rutenya masing-masing.
Agoy menjelaskan, diri kami di dimensi lain juga bertransmigrasi ke dalam novel Pe and Kob, namun diriku adalah bentuk anomali pararel.
Hanya aku yang bertransmigrasi kedalam novel dari dimensi yang berbeda, semua diri kami dari dimensi berbeda juga sama, tidak pernah menyelesaikan prolog, namun Agoy juga bentuk anomali lain.
Agoy sudah menamatkan naskah dari sekian juta diri kami di dimensi lain, hanya dirinya yang berhasil menamatkan naskah.
“Alasan kamu bertransmigrasi ke dunia ini adalah Mulya, mantanmu itu bereinkarnasi ke dunia sebagai Dewi di ranah yang berbeda.”
lalu pria dengan wajah yang sama denganku menjelaskan semua apa yang terjadi, Agoy tak pernah menjalin asmara, sedangkan aku merasakannya. Kami timpang tindih. Dia rajin dan aku malas.
“Sebagai penulis novel ini, aku mengetahui segalanya, karena aku Author, anehnya aku tidak bertransmigrasi sebagai salah satu tokoh, tetapi aku dapat melihat semua yang terjadi di dunia novel. Bahkan para dewa dan dewi tidak tahu keberadaanku.”
Entah harus berkata apa, batinku hanya bergumam.
Yang benar saja.
Mataku kembali terpaku padanya. kembali mengingat apa yang pria itu ucapkan.
“Tadi kamu bilang aku gak mati?!” walau sudah terlambat aku merasa terkejut.
Agoy hanya mengangguk.
“Ya benar, kamu kembali ke outline prolog, setiap kamu menyelesaikan satu outline, itu adalah save point yang kamu simpan.”
Lagi-lagi membuatku semakin terkejut, kembali ke bab prolog sama saja mengulang enam tahun yang lalu.
Mengapa menuju bab satu begitu sulit.
Aku kembali menjadi Lala Rosalia berusia enam tahun, walau menyesakkan, aku harus menerima semua ini, karena aku harus hidup.
Menemukan cara kembali ke bumi adalah tujuan utama mulai saat ini.
Aku tidak tahu harus bertanya apa, namun Agoy tahu apa yang aku khawatirkan.
Benar-benar penulis omnipotence.
Terpukau pada Agoy yang maha tahu, bahkan melebihi dewa Pe and Kob itu sendiri.
Agoy kembali menjelaskan apa yang tak bisa diucapkan dalam benakku.
Litch yang membunuhku secara tragis adalah main villain Pe and Kob, seorang transmigrasi sama sepertiku, berasal dari dimensi Agoy berada.
Litch itu memiliki tujuan, menguasai dunia Pe and Kob, sebagai bentuk kekecewaan dirinya terhadap penulis.
“Apa kamu bisa membuatku menjadi lebih kuat?”
Semburku spontan, langsung pada penulis novel yang asli.
Sayangnya dia menggelengkan kepala.
“Aku hanya maha tahu, bukan maha memberi.”
Raut wajahku menjadi lebih sedih dari sebelumnya, dengan artian aku harus memulai semuanya kembali dari awal.
“Sistem bilang aku boss akhir? Tapi kamu bilang Litch itu main villain.”
Permasalahan yang membingungkan kembali muncul dalam benakku, satu terjawab, tanda tanya yang lain turut muncul.
“Butterfly effect, cerita ini sudah berubah, kamu harus bertahan hingga outline bab satu, karena outline lain akan diperbarui sebagai cerita baru.”
Batinku kembali bergumam.
Sialan, kenapa harus aku?!
Kesedihanku semakin tak terbendung, semakin dalam, dan semakin putus asa.
“Kenapa bukan kamu saja yang menjalani semua ini? Kenapa harus aku?”
Agoy hanya menunduk dengan iba kepadaku.
“Maaf, aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa bertransmigrasi, alam juga punya aturannya sendiri.”
Raut wajahnya begitu banyak kesedihan, berkecamuk dengan banyak beban yang tak bisa ia selesaikan, seperti ia membebankan semuanya pada diriku namun tanpa bisa berbuat apa-apa.
“Mungkin hanya satu yang kuberi, jiwaku... Ini pertemuan pertama dan terakhir kita. Aku akan memberikan segalanya padamu, sebagai penulis novel ini.”
Agoy menyentuh dadaku dengan telunjuknya.
Cahaya menyinari tubuh Agoy menuju kearah dadaku.
Terasa hangat...
Namun semakin kulihat tubuh Agoy memudar, dan semakin kulihat tatapanku semakin kabur, menggelap. Sepatah kata yang dirinya ucapkan padaku sebelum keberadaannya benar-benar menghilang.
“...Terimakasih.”
Hatiku terasa damai, tenang dan sangat tentram.
Jiwaku melayang, melesat ke langit membawaku entah kemana, namun kesadaranku semakin menipis.
Menjadi gelap.
Hah...
Aku tersadar dengan atap yang terlihat sangat familiar, refleks tanganku memegang leher yang pernah putus.
“Utuh.”
Dan kusadari, sentuhan tanganku begitu mungil, kecil dan gemulai. Kemudian aku menatap tajam tanganku sendiri.
“Ahh jadi aku benar-benar kembali ke masa lalu.”
Setelah kuamati sekitar, aku melihat boneka kelinci pemberian Dave saat aku berusia empat tahun, meletakannya diatas meja, kupahami aku kembali ke latar waktu tahun 666 bulan 6 tanggal 8. Dua hari setelah aku bertemu dengan para protagonis kecil.
“Boneka itu diberi Dave dua hari setelah pertemuan dengan para protagonis kecil... Aku selalu mengingatnya.”
Kesempatan kedua, namun satu hal yang berbeda. Aku mengetahui segalanya tentang dunia ini, seperti letak tepatnya reruntuhan kuno Menara Babel.
“Mungkin karena diriku yang lain?”
Tak hanya itu, aku mengetahui segala konsep kekuatan dunia ini bekerja.
“Astra Sewu, teknik ini akan sempurna jika aku berusaha lebih keras dari sekarang, mungkin tanpa bantuan jamu daun sirih perawan”
Kehidupan kedua ini dimulai enam tahun dari sekarang, Aku mengingat semua para tokoh seperti Larasati, Silvanna, Dave dan Liria, serta para protagonis kecil.
“Akan kujalani semua ini tanpa kegagalan lagi!”
Tekadku semakin kuat.
“Enam tahun dari sekarang, dan sepuluh tahun yang akan datang, aku akan menang.”
Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.