NovelToon NovelToon
Elden Hyper Badboy

Elden Hyper Badboy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Teen School/College / Romantis / Dijodohkan Orang Tua / Chicklit
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Felina Qwix

”Elden, jangan cium!” bentak Moza.
”Suruh sapa bantah aku, Sayang, mm?” sahut Elden dingin.
"ELDENNN!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felina Qwix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Faktanya

Tangan Moza gemetar ketika menerima iPad ditangannya. Setelahnya Jia menepuk pundaknya Moza.

Moza pun pergi ke kelas. Entah kenapa setiap kali Elden meledak marah, Moza selalu tak bisa berpikir dengan tenang. Nilai ulangan sudah diumumkan. Moza lagi-lagi kalah telak dengan Elden.

Dia hanya mendapatkan nilai 97 untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, tapi Elden mendapatkan nilai terbaik seantero sekolah, dia mendapatkan nilai 98, meski hanya jarak satu angka, tetap saja Moza lebih rendah dari Elden. Ini sudah hari kedua dalam menghadapi ujian sekolah, besok adalah hari terakhir sebab sisanya adalah ujian khusus jurusan yang ditekuni.

Moza melemas, bisa bisanya dia yang dijuluki si kutu buku, si murid paling pandai sekarang prestasinya kalah jauh di bawah Elden—suaminya sendiri.

Selanjutnya adalah pelajaran Budi pekerti, Moza segera ke kelas untuk kembali mengikuti ujian, meski sebenarnya hatinya campur aduk karena iPad yang Zon berikan, dia tau pasti ada sesuatu di sana, tapi tetap saja dia harus kembali berusaha fokus.

Jia yang ada di belakangnya segera menghampirinya.

"Elden marah ya sama lo?" tanya Jia. Moza mengedikkan bahunya. "Gue gak tau."

"Semalam Devano itu ngeselin, dia ngamuk karena dianggap Elden sok berkuasa, mamanya dia dikatain wanita kurang laku, sambil ludahin motor dia."

Deg.

Penjelasan Jia semakin menganggu konsentrasi Moza. Dirinya semakin merasa bersalah, tapi juga gengsi untuk mengaku itu salah. Entahlah...

***

Dorr.

Dorrr.

Sudah jam 4 sore, Elden masih berlatih menembak di area khusus milik keluarganya bersama Jagur. Meski keadaan tangannya terluka, bahkan masih ada lebam di dekat lehernya, Elden tatap berlatih menembak. Sementara Jagur, menemaninya.

"Tuan, Redo sudah saya kasih makan."

Dorr!

Tembakan ke tiga juga tepat sasaran di titik harboard yang disediakan.

"Tuan, Mirna hari ini sudah saya laporkan sebagai murid bermasalah ke seluruh sekolah, sepertinya dia juga tak akan punya tempat kecuali home schooling, Tuan Muda."

Dorr!

Lagi, tembakan ke-empat, tak pernah luput dari sasaran. Elden memang ahli melakukan hal ini, apalagi ketika marah. "Pulanglah, Jagur. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun. Satu lagi, bilang ke mama, aku gak bisa jemput. Moodku gak baik."

"Baik, Tuan."

Jagur lantas meninggalkan Elden sendirian di tempat pelatihan. Sementara Jagur kembali ke rumahnya Moza, dan berniat memberikan makanan kesukaan Moza, Elden yang menyuruh membelikan nasi rames kesukaan Moza. Sekali lagi nasi rames tanpa sambal yang pedas.

Di waktu yang bersamaan, Moza melihat rekaman video yang diberikan oleh Zon lewat iPad besar itu. Moza sempat shock karena keadaan Elden saat menghajar Devano semalam bukan dalam keadaan yang baik-baik saja, lututnya sobek, tangannya masih tanpa perban, bahkan kaosnya sobek.

Moza semakin merasa bersalah, kala layar itu menampilkan sosok Devano yang nyaris tiba-tiba saja keluar.

"Elden! Lo bajingan! Ngapain lo hajar Redo? Lo cemburu karena skill Redo gak ada apa-apanya dibandingkan sama lo?" Remeh Devano, sembari menggandeng tangannya Mirna.

Elden yang dalam keadaan terluka tak banyak bicara, dia hanya memicing tak suka ke arah Devano.

Cuih.

Devano meludah ke arah motornya Elden.

"Apapun barang punya lo, semuanya gak bisa dibanggakan, nyokap lo aja gak laku-laku sampe maksa nikahi bokap lo demi duit, apalagi Moza yang mungkin udah dipake Redo sebelum kenal lo pas dia SMP, hahaha!" remeh Devano, seolah semakin menambah suasana yang tegang.

Elden tak lagi mendengar apa pun selain dengus napasnya sendiri.

Kalimat terakhir Devano itu seperti pemantik bensin ke api yang sudah membara sejak tadi.

Bugh!

Tinju Elden melayang tanpa aba-aba, menghantam rahang Devano sampai tubuh pria itu terpelanting ke aspal. Mirna menjerit, refleks melepas pegangan tangannya.

“Elden! Jangan—!”

Bugh!

Belum sempat Devano bangkit, sepatu Elden sudah lebih dulu mendarat di perutnya. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Tanpa ragu, tanpa sisa emosi yang ditahan sedikitpun.

Redo yang sejak tadi terkapar mencoba merangkak menjauh, tapi Elden bahkan tak meliriknya.

“Kalo mulut lo gak bisa dijaga,” suara Elden rendah, serak, hampir seperti berbisik, “gue yang buat mulut lo lenyap sekalian!"

Bugh!

Devano memuntahkan darah, batuknya pecah-pecah. Tangannya terangkat refleks, mencoba melindungi wajahnya.

Mirna menangis histeris. “Tolong, Elden! Gue mohon! Dia salah, tapi jangan begini!”

Elden akhirnya berhenti. Hero dan anggota Genk Moppo yang lain ketakutan dan menjauh. Mereka semua hanya pengecut, tak satupun pernah menang melawan sosok Elden jika dalam keadaan marah seperti ini.

Kali ini Elden berhenti bukan karena iba—melainkan karena Devano sudah tak lagi melawannya. Tubuhnya tergeletak miring, napasnya berat, matanya setengah terbuka.

Elden berdiri di atasnya, napasnya tersengal dan naik turun. Darah dari lututnya menetes ke aspal, bercampur dengan darah milik Devano. Kaosnya sobek, tangannya gemetar bukan karena takut, tapi karena amarah yang belum sepenuhnya reda.

“Denger baik-baik,” ucap Elden dingin, menunduk sedikit. “Nama Moza gak akan gue izinkan buat pernah jadi bahan bercandaan siapa pun. Sekali lagi lo sebut, gue pastiin lo gak bakal punya mulut buat ngomong.”

Elden melangkah pergi, meninggalkan Mirna yang berlutut memeluk Devano sambil menangis.

Moza menutup mulutnya sendiri saat video itu berakhir.

Tangannya gemetar hebat, iPad itu nyaris hampir terlepas dari genggamannya. Dadanya sesak—bukan karena takut pada Elden, tapi karena sadar… semua itu terjadi karena satu kalimat yang menyangkut dirinya.

Air matanya jatuh tanpa permisi.

“Bodoh,” bisiknya lirih pada dirinya sendiri. “Gue bener-bener bodoh.”

Di layar terakhir, masih ada potongan kecil—Elden duduk sendirian di pinggir lintasan balap, kepalanya tertunduk, bahunya naik turun seolah menahan sesuatu yang jauh lebih berat dari luka fisik.

Moza memejamkan matanya.

Untuk pertama kalinya, ia benar-benar paham,

kemarahan Elden bukan sekadar amarah—itu adalah caranya melindungi. Dan tanpa sadar, Moza telah menjadi pusat dari itu semua.

Dengan gugup, Moza mencoba menghubungi Elden, tapi nomornya tidak aktif. Gadis itu semakin bingung dan merasa bersalah, bersamaan dengan itu, Jagur datang. Rupanya pria itu masih berbincang di depan dengan Susi mamanya Moza.

Sekali lagi, Moza tak pernah berbicara kepada mamanya soal perkaranya dengan Elden, dia tak mau hubungannya dengan Elden dianggap kurang baik. Karena sejujurnya itu hanya masalah pribadi. Saat Jagur masuk ke kamarnya, Moza tak lagi mengindahkan ucapan Jagur.

"Nona ini nasi ra-"

"Jagur, antarkan aku ketemu Elden, kamu bisa?" tanya Moza, sedikit memohon. Jagur jadi merasa tak enak. "Tapi, Nona. Tuan Muda sedang tidak ingin diganggu, bahkan Nyonya Anera dan Tuan Jonathan yang baru datang dari Taiwan hari ini saja, Tuan tak mau ikut menjemputnya."

"Jagur, aku mohon. Kamu tega lihat aku gak konsentrasi belajar? Elden nomornya gak aktif. Kenapa sih dia selalu begitu?" ucap Moza. Jagur pun akhirnya setuju, pria itu mengantarkan Moza ke tempat dimana Elden berada.

Sekitar 15 menit lamanya, Moza akhirnya tiba di tempat Elden berada. Pria itu sedang bermain bowling sendirian di ruangan khusus keluarganya yang berkumpul di area tembak tadi.

"Elden, maafin aku." Mohon Moza tiba-tiba. Elden pun menoleh. Keringatnya penuh membasahi wajahnya, bahkan seluruh kaos yang ia kenakan tampak basah.

Pria itu hanya menatap dingin ke arah Moza tanpa berbicara. "Aku udah tau kejadian semalam, aku tau aku salah, aku harusnya tadi-" sambung Moza, berusaha memohon.

Akhirnya, Elden pun mendekat perlahan ke arah gadisnya. Jagur sontak pergi dari sana tak mau mengganggu keduanya.

"Harusnya kenapa?" tanya Elden, memancing Moza untuk mengulang perkataannya.

"Aku harusnya tadi-"

"Lanjutkan ciuman yang tadi." Bisik Elden, yang tanpa basa-basi membawa Moza di gendongannya ala karung beras.

1
Reen-chan 🐈‍⬛ Ciprut 🐱
makanya jangan macam2 sama elden
Felina Qwix: Mau dikasih satu Elden gak kak😍🤣
total 1 replies
Niana Blue
suka banget sama male lead yang gini. andai aja itu Taehyung🤪
Felina Qwix: 😍 Bebas kak mau itu siapa. makasih dah mampir
total 1 replies
Niana Blue
kak enak enak itu apa, coba tanya sama Elden😆😆😆
Felina Qwix: Soto ayam akk🤣
total 1 replies
Niana Blue
anjay ceweknya 🤣🤭🤭🤭 polos banget
Felina Qwix: sama kek aku kak🤭
total 1 replies
Niana Blue
gong pas bilang "realitanya kamu menantu keluarga Pitch 😍"
Niana Blue
kak tolong aku mau satu suami begini🤭🤭🤭
Niana Blue
intinya harus Elden yang keluar. titik 🤣
Niana Blue
ya ampun namanya susah Nimbuzzzz👀
Niana Blue
tolong suaminya posesif 🤭
Niana Blue
🤣🤣🤣 mau dong jadi Moza🤭
Niana Blue
kasih Elden satu aja di dunia nyata😍
Niana Blue
aku ke sini gegara kangen akak😍
Niana Blue
woah ngambek
Felina Qwix: marahi balik gak nih kak😄
total 1 replies
Alderian Alderian
Ya ampun ngakak skuuyyy
Alderian Alderian
🤣🤣🤣🤣🤣 Elden sumpah
Alderian Alderian
bapeeer gue🤣🤣🤣
Felina Qwix: maap ketua
total 1 replies
Alderian Alderian
pasti teh pucuk😄
Felina Qwix: bukan kak 🤭 teh dandang
total 1 replies
Reen-chan 🐈‍⬛ Ciprut 🐱
asal jangan sama kasurnya 😸
Reen-chan 🐈‍⬛ Ciprut 🐱: kasur gadu nia /NosePick/
total 4 replies
Reen-chan 🐈‍⬛ Ciprut 🐱
ucapan terima kasih yg bukan sekedar ucapan /Shy//Facepalm/
Felina Qwix: 🤣🤣🤣 tapi dollar🤭
total 1 replies
Reen-chan 🐈‍⬛ Ciprut 🐱
dasar remaja tanggung eh/Hammer/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!