Kisah ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Darman dan lebih di kenal dengan nama si rawing, dia adalah anak dari seorang jawara silat, tapi sayang bapaknya meninggal akibat serangan kelompok perampok yang datang ke desanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Panel Bola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pamer kekuatan
Obrolan si Bewok dan si Jali terhenti saat kedatangan lima orang yang telah di kalahkan oleh Si Rawing.
Melihat keadaan anak buahnya yang terlihat menahan rasa sakit, si Bewok mengerutkan keningnya, "ada apa ini, kenapa kalian terlihat kesakitan seperti itu.?"
"aduh, itu bah, di perbatasan tempat kita ada orang yang mengaku sebagai Si Rawing."
Salah satu dari mereka maju, lalu menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada si Bewok dan memberitahukan maksud kedatangannya Si Rawing ke tempat ini.
"jadi seperti itu bah."
Si Bewok terdiam sebentar, lalu berbicara dalam hatinya, "gila, Si Rawing benar-benar sudah gila, berani-beraninya dia datang kesini, kalau memang dia datang kesini itu berarti dia memiliki kepercayaan yang tinggi dengan kemampuannya, aku harus hati-hati."
Si Bewok menatap ke arah kelima orang yang datang, "haha, menghadapi kalian berlima, Si Rawing memang unggul, tapi dia tidak akan pernah bisa mengalahkan aku, meskipun itu hanya dalam mimpinya. aku akan menunggunya disini, kalau memang dia mempunyai keberanian untuk datang kesini."
"jadi sekarang kami harus bagaimana bah.?"
"kali istirahat dulu, setelah luka kalian sembuh, kalian semua pergi seperti yang lain untuk mencari keberadaannya si Kartika, kalau kalian gagal, kalian semua tidak perlu ada lagi di dunia ini."
Kelima anggota kelompok Macan Liar itu lalu pergi meninggalkan si Bewok dan si Jali.
Si Bewok mengambil goloknya yang panjang di sampingnya, golok itu di keluarkan dari serangkanya, terlihat warna hijau yang samar dari badan golok itu, menandakan kalau golok itu bukan golok biasa.
"hahaha, sudah lama si sambernyawa tidak memakan korban, dahulu si Wira karta yang menjadi korban golok ini, sekarang anaknya yang akan menjadi korban keganasan si sambernyawa, hahah."
Si Jali terkesima saat melihat si Bewok mengeluarkan golok si sambernyawa dari serangkanya.
"kamu kenapa Jali, dari tadi diam saja? Coba kamu bayangkan Jali, saat aku menggunakan golok si sambernyawa untuk melawan Si Rawing"
"Jali sudah bisa membayangkannya bah, Abah akan memutuskan kedua tangan dan kakinya Si Rawing, setelah itu baru memutus lehernya, saat itu terjadi, tidak akan ada lagi yang berani melawan Abah."
Mendengar perkataan si Jali, si Bewok tertawa puas, "hahaha, benar jali, apa yang kamu bilang itu memang benar, saat Si Rawing sampai disini, dia akan aku siksa."
Sedangkan Si Rawing yang sedang di tunggu kedatangannya oleh si Bewok, sedang tertidur pulas bersandar di pohon.
Ada tiga orang kelompok Macan Liar yang tadi sempat bertemu dengan kelima anggota yang telah di kalahkan oleh Si Rawing tadi, mereka kebetulan melewati tempat dimana Si Rawing sedang tertidur.
"Tidak salah lagi, orang yang lagi tidur itu pasti Si Rawing, lebih baik kita cari jalan lain saja, jangan mencari masalah."
"iya, lebih baik kita cari jalan lain saja, tadi lima orang saja tidak mampu untuk menghadapi dia, apalagi kita yang hanya tiga orang."
Ketiga orang itu tidak mempunyai keberanian untuk melawan Si Rawing, jadi mereka mencari jalan lain.
Saat sore hari, Si Rawing terbangun dari tidurnya karena merasa lapar, lalu dia mencari Ayam hutan, dia telah hidup bersama Ki Debleng, jadi dia tidak kesulitan untuk mencari sarang ayam hutan, setelah itu dia langsung membakarnya.
Setelah kenyang, Si Rawing lalu melatih jurus Ulin Karuhunan, dia tahu kalau si Bewok bukan orang sembarangan, jadi dia kembali memantapkan penguasaan jurus Ulin Karuhunan.
Tubuh si Rawing mengeluarkan keringat, dia telah selesai melatih jurus Ulin Karuhunan, Si Rawing mengatur napasnya, matanya menatap ke langit yang penuh dengan bintang.
"Sudah waktunya untuk aku membuat perhitungan dengan kamu Bewok, sudah waktunya kamu berhenti menyengsarakan rakyat kecil, hehe, bapak doakan Awing, agar Awing selamat dan bisa mengalahkan si Bewok."
Setelah itu Si Rawing melompat meninggalkan tempat itu, tubuhnya menghilang ditelan gelapnya malam.
Sedangkan si Bewok sepertinya telah memiliki pirasat kalau malam ini Si Rawing bakalan datang.
"Batin aku bisa merasakan Jali, kalau Si Rawing bakalan datang malam ini, sepertinya dia memang bosan hidup, baru punya ilmu silat Ulin Karuhunan sudah nekat untuk membalas dendam kepada aku."
"benar bah, sepertinya dia sudah tidak sabar untuk mati di tangan Abah, mungkin dia berpikir karena berhasil membuat si Gempar terluka jadi dia juga bisa melakukan hal itu kepada Abah, padahal pemikiran itu salah besar."
"haha benar Jali, tapi aku juga penasaran, aku ingin membuktikan seberapa hebat jurus Ulin Karuhunan yang dimiliki Si Rawing itu? Jadi kamu harus melihat saat nanti aku membunuh Si Rawing."
"Pasti bah, bakalan rugi sekali kalau Jali tidak melihatnya secara langsung bah, bapaknya saja sudah tidak sanggup melawan Abah, apalagi anaknya, dia pasti bakalan jadi korban keganasan golok si sambernyawa."
Dari pintu kamar si Gempar keluar, lalu duduk di samping si Jali, "hati-hati bah, Abah jangan menganggap remeh Si Rawing, ilmu silat yang dia gunakan itu sangat aneh."
"hahah, dengarkan gempar, ilmu silat yang aku miliki memang sudah di wariskan semuanya kepada kamu, tapi kamu belum menguasai sepenuhnya, selain itu, kamu juga terlalu bernafsu saat melawan Si Rawing hal itu membuat kamu jadi lengah lalu mengalami kekalahan. Tapi saat melawan aku, Si Rawing yang akan kewalahan, perhatikan saja nanti oleh kalian, bagaimana caranya membunuh Si Rawing."
Si Gempar baru saja akan kembali berbicara tapi di potong oleh si Bewok, "Jangan ada yang berbicara, langkah kaki Si Rawing hampir tidak bisa di dengar, benar-benar punya keberanian, dia sudah datang ketempat ini."
Omongan si Bewok tidak salah, saat ini Si Rawing sudah berada di halaman rumahnya si Bewok, si Rawing memperhatikan rumahnya si Bewok, dia juga tahu kalau pemilik rumah sudah menunggu kedatangannya.
Si Rawing mengambil batu sebesar apel, batu itu dia balut menggunakan tenaga dalam, selanjutnya batu itu dia lemparkan ke arah jendela yang terbuka.
"Wus."
Batu yang di lemparkan Si Rawing mengarah ke si Bewok, tapi si Bewok sudah siap, batu yang di lemparkan Si Rawing langsung di tangkap oleh tangan kanannya.
Waktu si Bewok membuka telapak tangannya dia sedikit terkejut, karena batu itu sudah terbelah menjadi beberapa bagian, menandakan kalau Si Rawing sedang memamerkan tenaga dalamnya.
Si Bewok mengepalkan tangannya lalu melemparkan kembali batu itu kepada Si Rawing.
"Wus."
Melihat batu yang di lemparkan oleh si Bewok, si Rawing langsung melompat menghindari.
Si Rawing masih penasaran, dia mengambil ranting pohon, saat dia akan melemparkannya, si Bewok keluar dari dalam rumah.
"cukup Rawing, kamu jangan pamer kekuatan di depan aku, itu semua tidak ada gunanya.
Setelah itu si Bewok langsung melompat lalu mendarat berhadapan dengan si Rawing.