CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Debat Semangka Dan Duren
Bagas pulang ke apartemen ketika malam telah menyambangi bumi Jakarta. Seharian ini ia jadi keki. Setiap orang yang menyapanya tak ia hiraukan, ketika sedang berada di club malam ia melihat semua perempuan berubah wajahnya, menjadi berkacamata dan mirip Betty Lapea semua.
Bagas jadi kesal sendiri, niat ingin menghibur diri malah terjebak dalam liarnya imajinasi. Ingin rasanya ia mencium semua Betty Lapea yang ada di dalam club malam tadi. Tapi sebelum itu terjadi, ia ingat Betty Lapea yang asli ada di apartemennya sendiri.
Saat pulang, suasana sudah nampang remang-remang, Tuhan menguji Bagas dengan gerimis yang tiba-tiba turun, membuat hasratnya jadi tambah meradang. Bagas membanting diri di sofa ruang tengah. Lalu pertahanannya kembali diuji, saat Si Betty Lapea lewat hendak ke dapur hanya memakai dress mini.
"Ya Tuhan, Woi Betty! ngapain elo make baju begitu?" maki Bagas sambil menghampiri Dara yang sedang membuka pintu kulkas.
Dara hanya menatap bingung dirinya sendiri. Merasa tak bersalah karena ia tak sedang melanggar sesuatu. Ia memakai baju, kembang-kembang berwarna biru.
"Kenapa sih Mas Bagas? apa yang salah. Lihat lucu begini kok bajunya." dengus Dara lalu menegak air minum. Sialnya air itu ada yang lolos dari bibir seksi milik Dara, membasahi sedikit leher jenjangnya. Bagas jadi menelan saliva.
Bagas ingin menenggelamkan kepalanya sendiri ke bak mandi saat ini. Kenapa menaklukkan perempuan jenis Dara ini begitu sulit baginya? apa karena ia masih perawan ting ting jadi si "Jeki" kehilangan pesonanya.
"Lucu apaan? lo tau gak gue keki sama lo dari siang tadi." pekik Bagas putus asa.
"Gak tau tuh, Mas Bagas gak bilang sih." sahut Dara santai. Lalu Dara menarik ikat rambutnya, menjadi terurai indah. Bagai adegan slow motion Bagas dibuat terpanah.
"Jangan begitu, lo mau gue mati kejang di sini?" Melihat adegan slow motion itu jadi membuat Bagas tambah gak jelas. Dara hanya menatap lelaki itu kesal.
"Aneh banget. Kamu kesambet apaan sih?" Dara mendekat mencoba meletakkan telapak tangannya di kening suami gondrong yang lagi marah-marah gak jelas.
"Stop! sekali lo sentuh gue, gue bikin hamil kembar sepuluh lo entar!" Bagas menahan langkah Dara yang segera menarik tangannya.
"Ya udah, cerita dong kamu kenapa. Kan aku sekretaris kamu. Kamu lagi berantem sama pacar kamu?" Dara masih mencoba untuk menenangkan suaminya itu.
"Ampun dah lo gak peka banget. Ngapain juga bahas Angel."
"Jadi dia masih pacar kamu nih?" goda Dara, padahal semalam ia mendengar sendiri lelaki itu sudah memutuskan Angelica.
"Udah putus! Ngapain lo bahas. Bahas yang lain kek." Bagas berharap.
"Tapi tadi kamu sebut namanya, padahal aku bilang pacar, bukan Angel." sahut Bagas lagi.
"Gue bilang udah putus ya udah putus, Pea!" kesal Bagas pada Dara yang masih tidak peka juga.
"Terus kenapa uring-uringan?" tanya Dara sambil bersidekap, membuat sesuatu dibalik bajunya memadat indah.
"Gue pengen makan semangka." desis Bagas tanpa sadar.
"Oh, kamu mau semangka? bilang dong. Besok aku beliin."
"Bukan semangka yang itu!" Bagas memeluk tembok demi mendengar kepolosan istrinya itu.
"Kamu gak jelas, aku bingung. Udah ah aku mau tidur!" Dara jadi kesal juga akhirnya.
"Ra, bisa gak itu gak usah pake bantal guling segala!" ujar Bagas sambil menunjuk bantal guling yang sudah berjajar memanjang di tengah ranjang.
"Gak bisa! kan udah sepakat harus ada garis pemisahnya." tolak Dara cepat.
Heran, kalau yang ini dia peka banget. Batin Bagas.
Bagas menggaruk-garuk kepalanya, antara kesal dan gemas. Ingin rasanya Bagas merobek dress yang sedang Dara kenakan itu saat ini juga. Tapi demi harga diri si Jeki di depan perawan ting ting itu, ia harus menunggu saat yang tepat yang ia sendiri tidak tahu kapan akan tepatnya.
"Mas Bagas udah makan? kalo belum aku masakin." tawar Dara.
"Gue gak pengen makan."
"Oh, ya udah." Dara kembali tenggelam dalam keasyikannya berchatting ria.
"Segitu doang? tanyain kek gue pengennya apa." Bagas menghampiri Dara lalu menendang kaki gadis itu pelan.
"Ih, ganggu aja. Apa sih? mau apa emangnya? aku tanyain dari tadi gak ada yang bener!" Dara bangkit dengan kesal.
"Lagian lo chatting siapa malem-malem gini?!" tanya Bagas sama kesalnya.
"Sama temen lah, sama siapa lagi. Lagian, Mas pasti baru pulang mabuk-mabukan lagi! bau alkohol begini!" Dara mencubit kesal perut sixpack Bagas membuat lelaki itu memekik.
"Jangan sentuh, udah gue bilang kalo lo sentuh gue, lo bisa hamil kembar sepuluh."
"Di sentuh aja gak mungkin hamil, Mas. Ya udahlah, aku masakin kamu makanan ya? kayaknya kamu laper jadi uring-uringan begini."
Dara segera bergegas menuju dapur, meninggalkan Bagas yang sudah membenturkan kepalanya ke tembok dekat ranjang.
"Kenapa gue dapet bini polosnya keterlaluan begini sih?" gumam Bagas sambil menjatuhkan dirinya di ranjang.
Di dapur, Dara sendiri sedang sibuk akan memasak ayam goreng tepung untuk suaminya itu. Bagas penasaran apa yang sedang dikerjakan istrinya jadi ia juga memutuskan untuk ke dapur. Dengan telah melepas baju kaus menyisakan celana saja.
Bagas duduk di mini Bar, memperhatikan Dara yang sedang sibuk. Ia baru sadar, istrinya itu punya bentuk tubuh yang sangat indah. Dara seolah sengaja menutupi keindahannya dengan tampilan baju kebesaran saat sedang di luar.
"Ra, lo udah makan?" tanya Bagas.
Dara yang tidak menyadari kehadiran Bagas yang telah berada di sana jadi sedikit terkejut.
"Aku gak makan malem, Mas." sahut Dara ringan.
"Kenapa?"
"Gak papa sih. Susah tidur kalo perut kekenyangan."
"Bilang aja lo diet. Ngapain diet sih? badan lo tetep gitu juga." sewot Bagas.
"Suka-suka aku dong. Bawel banget, Buaya." balas Dara sebal.
"Lo gak pengen makan sesuatu gitu, malem ini?"
"Ih udah dibilangin aku gak makan malem."
"Tapi gue pengen makan!"
"Ya ini lagi aku masakin, Mas."
"Bukan makan itu Dara." sahut Bagas kesal.
"Terus mau makan apa sih? jangan cerewet dong Mas, ini udah malem. Gal ada warung yang buka."
"Gue pengen makan SEMANGKA! SEMANGKA DARA SEMANGKA!". Bagas memekik sambil mengguncang-guncang bahu Dara sangking kesalnya.
Dara memandang Bagas lama tampak seperti memikirkan sesuatu, membuat Bagas jadi menarik bibirnya, nampaknya ia punya harapan. Apalagi setelah itu Dara memegang kedua pundak Bagas juga.
" Mas Bagas, sumpah, toko buah udah tutup." ujar Dara dengan pandangan berusaha meyakinkan suaminya itu.
Bagas terjatuh lemas. Perkosa istri sendiri dosa gak sih? Batin Bagas dalam hati.
"Aku cariin ke bawah deh, kali aja pak satpam bisa bantuin cariin." Dara segera bergegas meraih jaket Bagas lalu memakainya.
Bagas langsung menahan langkah Dara.
"Dara, gue gak mau makan semangka yang itu!" Ia mencoba meyakinkan Dara lagi.
"Kamu ini kayak orang ngidam. Pengen ini pengen itu. Aku jadi pusing! udah aku ke bawah dulu. Mudah-mudahan masih ada yang jual semangka malem-malem gini." Dara kembali melajukan kakinya menuju pintu apartemen.
" DARA! GUE PENGEN BELAH DUREN!" Bagas berteriak sekencang mungkin membuat Dara segera menoleh.
"Mas, semangka aja susah nyarinya apalagi duren. Mana lagi gak musim!"
Dara berjalan kesal meninggalkan Bagas di dalam apartemen yang tertegun dengan segala kekekian yang disebabkan oleh istrinya itu.
Tidak berapa lama, Dara kembali dengan dua potong semangka yang kebetulan ada di pos security. Ia memintanya tadi dengan malu-malu pada kedua satpam yang sedang berjaga.
"Mas Bagas, ini semangkanya udah ada. Tapi durennya beneran gak ada Mas."
Bagas menatap Dara dan semangka juga duren yang tertutup dibalik dress itu bergantian. Ia yakin sebentar lagi ia bisa gila.
"Mas mau kemana?" tanya Dara ketika melihat Bagas sudah meraih handuk.
"Lo jangan gangguin gue, gue mau ritual dulu." sahut Bagas lalu mengambil satu potong semangka dan melahapnya tanpa ampun.
"Mas mau ngapain mandi malem-malem begini?"
"Gue mau tenggelam bareng busa." sahut Bagas lagi tanpa menoleh kemudian berjalan lurus masuk ke kamar mandi dan menghidupkan shower.
Dara memandang kamar mandi yang tertutup itu dengan pandangan bingung, lalu kembali berbaring. Ia jadi tak tenang. Bagaimana jika Bagas bunuh diri karena ia tidak menemukan duren yang diinginkan suaminya itu. Dara menepuk jidatnya, ia harus menyelamatkan Bagas segera!
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.