NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:442
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33 : Sang Lupin Terakhir

"Well, karena kau sudah sadar—bagaimana kalau memberiku sebuah informasi, sebelum kepalan tanganku mengenai rahangmu." Ucap Wang Yi.

"Apa yang harus aku katakan?" Tanya Will. Pria itu nampak tidak tertekan meski kedua tangannya di borgol ke belakang.

"Ya, seperti informasi mengenai siapa sang Lupin perempuan, dan apa tujuan kalian mencuri benda-benda itu? Untuk kekayaan, ketenaran, atau kalian memang menyukai aksi keren seperti itu."

Will terkekeh, seolah perkataan Wang Yi hanya omong kosong. "Kau bertanya padaku siapa si Lupin perempuan, padahal selama ini dia selalu berada di dekatmu. Harus kubilang kau sangat bodoh, detektif Wang."

"Apa maksudmu dia selama ini ada di dekatku?" Tanya Wang Yi penasaran.

"Aku pikir kau datang ke kota ini dengan sedikit kemajuan, setelah perselisihan kita di ibu kota. Tapi kau hanya membawa modal nekat saja."

Wang Yi kehilangan kesabaran, ia menerjang mencengkram kerah baju Will. "Jangan main-main denganku. Kau tahu apa yang bisa aku lakukan padamu sekarang?"

"Well, aku tidak perduli meskipun kau ingin membunuhku. Tapi hanya aku yang tahu siapa si Lupin perempuan. Dan, meskipun aku memberitahumu, semuanya sudah terlambat." Kata Will.

"Apa maksudmu terlambat?" Tanya Wang Yi.

"Kau seharusnya bisa menemukan ciri-cirinya. Dia selalu berada di dekatmu. Dia lahir di kota ini, tapi tidak pernah memandang tempat ini sebagai rumah. Melainkan, sebuah kita Dosa." Ucap Will. Wang Yi tersentak. Imajinasinya tiba-tiba tertuju pada seseorang.

"Malam dimana aku membuatmu pisang, seharusnya kau bisa menyadarinya ketika melihat seorang gadis yang pincang, kan?" Will menyeringai.

"Shit!" Sentaknya.

"Ada apa?" Tanya Frank.

"Masukan dia kedalam sel sekarang!" Ujar Wang Yi. Ia dengan tergesa-gesa berlari keluar dari ruangan interogasi.

"Sudah terlambat, dia sudah pergi." Langkah Wang Yi berhenti di depan sel Zhou Shiyu. Gadis itu menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Sejak awal kau tahu?" Tanya Wang Yi.

"Tidak. Dia yang mendatangiku setelah aku membakar gedung rumah sakit."

"Tapi kau bilang, kalau pria itu yang datang padamu." Kata Wang Yi.

Zhou Shiyu menggeleng, "Maaf, aku berbohong. Tapi aku sudah membalas budi padamu, dengan mengatakan salah satu dari sang Lupin. Jadi kita impas." Wang Yi dengan cepat berlari menuju jeep-nya. Ia harap masih belum terlambat.

Freya berdiri di luar Blind sambil memegang koper. Ia bermaksud masuk, mengucapkan selamat tinggal, tetapi gagasan melangkah melewati pintu itu, melakukan sesuatu yang sudah sangat sering dilakukannya, terasa mustahil. Dari balik jendela yang kotor, ia bisa melihat Shani sedang menuang bir. Sepertinya Shani tidak berencana mempekerjakan orang lain untuk menggantikan Freya, atau menunggu Zhou Shiyu keluar dari penjara beberapa tahun lagi. Walaupun Shani pasti harus segera mempekerjakan seseorang.

Tidak lama lagi, akan ada gadis-gadis baru yang bekerja di kedai minum itu bersama Shani, mungkin gadis-gadis remaja, dan segalanya akan terulang kembali. Freya berbalik di jalan setapak dan melangkah ke jalan utama. Ia tidak bisa masuk ke sana, tidak sekarang, dan semoga saja ia tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi.

Jalanan terasa panas, seolah-olah api terus membara di bawah sana. Whitechaple diselubungi asap yang membuat tenggorokan dan mata terasa perih. Mata semua orang yang berjalan melewatinya terlihat merah.

Kemarin Freya pergi mengunjungi Zhou Shiyu untuk mengucapkan selamat tinggal. Ia harap ini bukan sebuah perpisahan terakhir. Ia yakin Zhou Shiyu akan menyusulnya ke ibu kota dalam beberapa tahun.

Kini Freya menunggu di halte bus, dengan koper di antara lututnya. Ia memandang jalan dan melihat bagaimana udara panas membuat jalanannya berkilau seolah-olah basah. Ia sudah sering sekali bermimpi memiliki tiket untuk perjalanan ini, membayangkan betapa gembira perasaannya, betapa bangga dirinya.

Namun, ia tidak merasakan semua perasaan itu. Ia hanya bisa merasakan matahari yang menyinari punggungnya, keringatnya membuat singlet nya menempel ke kulit. Ia merasa seolah-olah ada yang merayapi lengannya. Ia mengangkat tangan untuk mengusap lengannya, tetapi gerakannya terhenti. Ternyata ada kepik yang merayapi lengannya dengan perlahan. Ia menempelkan jari telunjuk di depan si kepik, menunggunya merayap kejarinya, lalu memindahkannya ke sepetak rumput yang hangus. Ia mengamati serangga kecil itu merayap pergi, tepat ketika bus berhenti di depannya.

Ia menyerahkan kopernya kepada sopir untuk disimpan di bagian bawah bus, lalu menyodorkan tiketnya. Sopir itu mengangguk. Freya masuk ke bus dan memilih kursi di bagian belakang. Setelah duduk dan bersiap-siap menempuh perjalanan panjang, Freya menatap punggung-punggung kursi kosong di depannya. Ketika membayangkan dirinya berada di dalam bus ini, ia selalu berpikir betapa menyenangkannya melihat setiap bagian kota yang sudah dilihatnya jutaan kali sebelumnya, dan tahu bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya ia melihat kota itu. Beberapa penumpang lain masuk ke bus, tetapi Freya tidak mendongak. Badan bus bergetar ketika mesin dinyalakan. Lalu bus itu mulai melaju menjauhi halte.

Ia sudah meninggalkan sepucuk surat untuk ibunya. Di dalam surat itu, ia meminta maaf, jika seandainya ia telah menjadi benalu di dalam keluarga. Ia yakin ibunya tidak akan perduli dengan hal itu. Ibunya lebih suka membiarkannya pergi jauh daripada mengkhawatirkannya.

Di luar jendela, gedung pengadilan yang hangus melesat lewat. Perpustakaan, kantor polisi, dan kedai Blind. Mereka melaju di jalan utama dan melewati anak-anak yang berjalan pulang dari sekolah. Freya tidak melihat mereka. Ia tidak memandang ke luar jendela.

Freya membuka kopernya sedikit, bibirnya tersenyum miring. Di dalam kopernya terdapat sebuah benda berkilau melingkar serta beberapa benda yang nampaknya berharga. Ya, mahkota Atlantis. Freya, sang Lupin kedua, akhirnya pergi meninggalkan Whitechaple. Ia memejamkan mata, membiarkan bus itu membawanya menyongsong kehidupan yang lebih baik.

...END...

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!