Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 - Pemurnian Tulang
Malam harinya, Wang Wu Xie memutuskan untuk melakukan Tahap Pemurnian Tulang. Dia duduk bersila di atas ranjang kayu dan terlihat cahaya bulan menembus celah jendela.
Wang Wu Xie perlahan mengatur napas. Dia pun mengeluarkan deretan pil dari kantong spiritual pemberian Bai Yue. Satu demi satu pil itu melayang di udara, berputar perlahan seperti bintang kecil yang bercahaya redup.
Aroma obat yang pekat memenuhi ruangan, seakan menyucikan udara. Dengan gerakan tangannya, Wang Wu Xie menuntun mereka untuk melebur dan berubah menjadi aliran cahaya yang menembus kulit dan meresap masuk ke dalam tulangnya.
!!
Begitu aliran itu mencapai tulangnya, rasa sakit seketika menyeruak. Sendi-sendinya bergetar, tulang-tulangnya seperti diremas paksa dari dalam. Dahi Wang Wu Xie basah oleh keringat dan otot-ototnya tegang menahan guncangan. Suara retakan halus terdengar samar, seolah tulangnya benar-benar pecah sebelum mulai menyatu kembali.
Darah tipis merembes dari sela bibirnya. Napas Wang Wu Xie menjadi berat, sesekali terputus oleh rasa perih yang mengiris. Namun matanya tetap terpejam rapat dan tidak goyah sedikit pun. Dalam hatinya dipenuhi keyakinan bahwa untuk menjadi kuat, rasa sakit ini hanyalah awal dari jalan panjangnya.
Tahap Pemurnian Tulang membutuhkan waktu yang sangat panjang. Selama berjam-jam, Wang Wu Xie bertahan dalam rasa sakit yang seakan tidak ada habisnya, bahkan hingga napasnya nyaris terputus. Namun ketika fajar mulai menyingsing, rasa perih itu perlahan mereda, berganti dengan kelegaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Wang Wu Xie membuka mata. Tubuhnya terasa ringan, seolah setiap gerakannya menjadi lebih kokoh dan seimbang. Saat mengepalkan tangan, terdengar suara samar seperti logam yang beradu. Efek dari Tahap Pemurnian Tulang kini membuat tulang-tulangnya menjadi sekeras baja. Sekalipun hanya duduk diam, aura tenang namun tegas terpancar dari dirinya.
Wang Wu Xie menarik napas panjang. Ekspresi wajahnya tetap datar, tanpa senyuman sama sekali. Pikirannya seolah tertuju pada satu hal, yaitu bahwa jalannya sebagai kultivator telah melangkah ke tingkat yang lebih kuat.
*
*
Setelah selesai dengan Tahap Pemurnian Tulang, Wang Wu Xie pun bangkit perlahan. Tubuhnya masih terasa hangat, namun ringan seperti terbebas dari beban lama.
Wang Wu Xie merapikan diri, membersihkan sisa darah dan keringat, lalu berjalan keluar meninggalkan kediamannya dengan niat melanjutkan misi yang diberikan Sekte Awan Putih.
Hanya saja saat Wang Wu Xie tiba, langkah kakinya terhenti ketika melihat Wang Jian yang menaiki satu persatu anak tangga sambil memikul ember besar yang berisi air.
Wang Jian sendiri terlihat berwajah masam saat menuangkan air ke gentong raksasa di depannya. Dia pun kembali melangkah turun dan ekspresinya kian memburuk saat bertemu pandang dengan Wang Wu Xie.
Wang Jian mendengus kasar. "Hmph, jangan salah paham. Aku bukan ingin membantumu. Semua ini karena aku sedang malas saja dengan misiku,"
Wang Wu Xie memperhatikan subjek di depannya ini. Meskipun nada bicara Wang Jian tetap tajam, tapi ia bisa merasakan niat baik di balik kata-kata itu.
Tanpa ekspresi, Wang Wu Xie bertanya. "Kalau begitu katakan padaku, apa misimu?”
Alis Wang Jian berkerut, tatapannya menyipit dan suaranya ketus saat berkata. "Untuk apa kau mau mengetahuinya?"
"Aku tidak ingin berhutang padamu."
Ucapan itu membuat Wang Jian terdiam sejenak, sebelum akhirnya menghela napas dan menjawab dengan malas, "Tugas sialan ini--membersihkan perpustakaan kuno. Debu di sana menumpuk puluhan tahun, bahkan tikus pun enggan masuk."
Mendengar itu, mata Wang Wu Xie berkilat samar. Ada sesuatu di dalam hatinya yang langsung tergerak. Ia menatap Wang Jian lebih dalam lalu berkata tegas, "Kalau begitu aku akan membantumu."
"Hah, apa?" Wang Jian mendengus. "Kau pikir aku butuh bantuanmu? Jangan buat lelucon bodoh."
"Aku serius. Kau membantuku, aku tidak ingin berhutang. Lagi pula perpustakaan kuno bukan tempat biasa. Aku ingin melihatnya sendiri."
"Cih, memang apa yang bisa dilakukan di tempat yang tua itu." Wang Jian menggerutu tapi terdiam saat melihat ekspresi Wang Wu Xie yang tetap tenang tanpa goyah.
Dia pun mendengus keras. "Kau ini benar-benar merepotkan. Kalau kau pingsan karena sesak napas atau tersedak debu, jangan harap aku akan menggendongmu keluar."
Wang Wu Xie bergumam pendek, menandakan persetujuannya.
"Lalu bagaimana dengan misimu?" Wang Jian bertanya.
"Membersihkan perpustakaan lebih ringan," Wang Wu Xie menjawab datar. "Kita selesaikan misimu lebih dahulu. Setelah itu, baru kau bisa putuskan apakah ingin membantuku atau tidak."
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...