Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Brakkk!
Pintu terbuka dengan kasar membuat mereka yang berada didalamnya terkejut menoleh ke arah pintu.
"Siapa kalian! " Teriak pria gendut itu
Pria yang berada di sebelah pria gendut itu menatap ke arah bos nya. "Dia dari klan mafia flowers tuan. Lihat lah dari pakaian yang dikenakan oleh anak buahnya. " Bisikan pria itu kepada si pria gendut
Pria gendut itu membolakan matanya. 'Sialan! Kenapa aku harus berurusan dengan mereka' batin nya sedikit ketar ketir
"Apa tujuan dari kalian, kenapa kalian datang kewilayah ku. " Tanya pria gendut itu
"Apa lagi jika bukan menyelamatkan ketua kami! Kau tentu tidak bodoh bukan, menculik salah satu dari bagian kami itu sama saja dengan menyerahkan nyawa kalian! " Kata Gavin dingin
"Patut diacungi jempol juga keberanian kalian. " Lanjutnya kembali dengan nada datar
Deg!
"A-apaa! " Ucap pria gendut itu tercekat
'Sialan! Ternyata gadis ini adalah ketua mereka. Jika tahu akan seperti ini aku tidak akan mau menerima tawaran dari pria bodoh itu. Kalau sudah seperti ini, aku tidak bisa berbuat banyak selain melawan, meskipun nanti nyawaku sebagai gantinya.' batin pria gendut itu kesal
Ia tidak tahu jika tawanan nya ini adalah bagian dari mafia Flowers. Pasalnya orang yang membayarnya tidak mengatakan apapun. Pantas saja dirinya dibayar dengan bayaran yang tinggi untuk melenyapkan gadis itu.
"Seraang!! " Teriak pria gendut itu sudah kepalang tanggung
Mendengar titah dari tuan mereka, membuat mereka semua menyerang Flowers. Toh menyerang ataupun tidak tetap saja mereka juga akan mati setelah nya.
Karena baik dari mafia atau pun preman biasa seperti mereka sudah memiliki aturan nya masing masing. Karena sudah terlanjur basah ya apa boleh buat,
Mereka menyerang dengan kemampuan mereka masing masing. Gavin dan yang lainnya bertempur saling melawan satu sama lainnya. Sedangkan Litha tengah berusaha membebaskan Emma yang tengah diikat di salah satu kursi meski sesekali ia harus melawan para preman yang hendak menghajar nya.
Posisi Emma saat ini tidak bisa dikatakan baik baik saja. Kondisi tubuhnya yang semula memang sedang tidak fit, ditambah dengan tadi berkelahi membuat fisiknya semakin lemah.
"Emma bertahan lah, " Kata Litha yang menangis melihat darah yang terus mengalir dari kepala nya.
Ia sekuat tenaga membuka ikatan yang ada pada tubuh Emma, setelah berhasil ia membopong tubuh Emma hendak menuju pintu. Tapi lagi lagi aksinya dicegah membuat Litha mengurung kan niatnya.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Suara perkelahian semakin nyaring terdengar melawan. preman kelas kakap seperti mereka bukan lah hal yang sulit untuk ditaklukan, hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja mereka semua telah mati ditangan di para bawahan Flowers.
"Bersihkan mereka semua yang sudah tidak bernyawa, dan pria gendut itu biarkan tetap hidup. Lalu bawa dirinya ke ruang tahanan, " Titah Gavin yang di angguki mengerti oleh mereka
"Kita harus kerumah sakit. Kondisi Emma nggak bisa dikatakan baik baik aja bang, " Kata Litha kepada mereka yang sudah mendekat
"Baiklah, ayoo. " Jawab Gavin dan menggendong tubuh Emma
Kali ini Bryan yang mengendarai mobil dan bergegas menuju rumah sakit.
***
"Bagaimana boy, apa kau sudah melakukan tugas mu? " Kata Pria tua itu
Vion mengangguk. "Aku sudah melakukan apa yang daddy perintahkan. Kenapa daddy ingin menculik Emma? Bukankah rencana awal bukan seperti ini? Bukan kah dady bilang aku harus mendekati Emma dan menjadikannya kekasih ku untuk satu tujuan yang bahkan aku sendiri nggak tahu apa itu. Tapi kenapa daddy tiba tiba merubah rencana awal dan menculik nya? "Kata Vion panjang lebar kepada dady nya Marcell
Marcell tersenyum kecil. " Setelah dipikir pikir percuma saja menyuruh mu untuk menjadikan nya kekasih mu, bukankah selama kau bersekolah disana kau sama sekali tidak bisa mendekati gadis itu? Kau hanya mampu berencana dan berencana, tapi nyatanya tak satupun ada tindakan yang kau lakukan. "Sindir Marcell
Vion membolakan matanya. " Daddy tahu? Daddy memata matai ku. "Kata Vion tak Terima
Marcell hanya memutar bola matanya dengan malas. " Sudahlah, lagian daddy juga tahu jika kau mendekati gadis itu hanya untuk mempermainkan nya dan memanasi musuh kau itu. Yang terpenting sekarang gadis itu sudah berhasil diculik. Dan daddy akan segera kesana. "Katanya beranjak dari duduknya
" Daddy mau kemana? Aku ikut. "Ucapnya Penasaran. Sungguh benar benar penasaran sama semua yang sudah terjadi saat ini.
Ingin bertanya pun, tak mungkin juga daddy nya mau menjawabnya. Jadi lebih baik ia diam dan akan mengamati apa yang sudah terjadi semua nya.
Vion dibuat penasaran kenapa dengan daddy yang tiba tiba menculik Emma. Terlebih ia disuruh memata matai semua kegiatan Emma yang pada akhirnya vion pun tahu dimana apart dimana Emma tinggal.
Ya, orang yang sengaja menabrak Emma, dan mengaku tidak sengaja itu adalah Vion. Ia sengaja melakukan itu atas perintah dari daddy nya.
"Hmm, " Dehem sang daddy
***
Rumah sakit mahardika
"kenapa dokter nya lama sekali! Tidak bisakah bergerak cepat! " Kata Litha dengan kesal
Mereka sudah tiba sejak 30 menit yang lalu, tapi dokter yang menangani Emma belum juga keluar dari ruangan nya. Gavin dan yang lainnya yang melihat Litha merepet hanya bisa menghela nafas dengan pelan.
Aidan berdiri, kemudian menarik perlahan tangan Litha menuntun nya menuju kursi. "Duduk dulu, jangan mondar mandir kaya setrikaan begitu, bentar lagi juga kelar kok. " Ucap Aidan kepada Litha
Litha menatap tajam Aidan, "gimana nggak mondar mandir. Gue takut terjadi sesuatu sama Emma, bang! Gue takut, takut kalau, " Litha tak sanggup lagi melanjutkan kalimatnya
Ia benar benar trauma dengan kejadian yang sebelumnya. Gavin dan yang lainnya paham akan perasaan cemas Litha. Bryan yang berada di sebelah Litha memeluk Litha membawanya kedalam dekapan hangat nya.
"Sstt! Tenanglah Litha. Percayakan semua kepada Tuhan, okee. Emma kita akan baik baik saja, jangan berpikiran buruk seperti itu, " Ucap Bryan menenangkan Litha dengan mengecup pelan puncak Kepala nya
Litha mengangguk dan sesekali sesenggukan dibalik pelukan Bryan.
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka terlihatlah seorang dokter dengan ciri khas gayanya keluar. "Keluarga pasien? " Tanya nya kepada sekumpulan anak muda disana
Gavin berdiri terlebih dahulu dan disusul oleh yang lainnya. "Iya dok, kita semua keluarga nya. Bagaimana kondisi adik kita? " Tanya Gavin harap harap
Dokter itu tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Kondisinya baik, luka yang ada di kepala nya tidak begitu parah, jadi jahitan yang ia dapatkan tidaklah begitu banyak. Karena kondisi tubuhnya yang sebelumnya tidak fit jadi adik kalian harus benar benar istirahat total. Dan kami akan segera memindahkan adik kalian keruangan lain agar kalian semua bisa melihatnya. "Jelas dokter yang ber name tag sarah itu panjang lebar
Mereka yang mendengar penjelasan panjang sang dokter akhirnya bernafas lega, terutama Litha yang sumringah setelah mendengar penjelasan dokter. Ternyata apa yang ia takut kan tidak terjadi kepada Emma.
Bryan menunduk dan menatap Litha yang tengah tersenyum kepadanya. "Baik dokter, Terima kasih. " Kata Gavin yang dibalas senyuman dari dokter itu
"Sama sama, sudah menjadi tugas saya. "Sahutnya ramah kemudian berlalu pergi dari sana meninggalkan sekumpulan para remaja itu.
Meninggalkan mereka yang sudah bernafas lega, kini beralih kepada Marcell yang sudah marah bahkan mengobrak abrik tempat itu. Ia kesal dan marah melihat tempat yang dimana Emma disekap justru kosong tanpa berpenghuni.
Hanya meninggalkan jejak darah saja yang berserakan dimana mana.
Braakk!
"Apa apaan ini! Kenapa bisa seperti ini! "Teriaknya marah
Vion yang melihat daddy nya marah dan kesal seperti itu hanya mampu terdiam dan tak bisa berbuat apa apa.
"Kemana perginya dia! Percuma saja aku bayar mahal jika hasilnya tetap sama! " Ucap nya lagi
Vion mendekati daddy nya "tetap sama? Maksudnya daddy sudah pernah sebelumnya melakukan hal seperti ini? " Tanya Vion membuat Marcell berbalik dan menatap putra nya
Marcell terdiam kemudian bersuara. "Iyaa, dan hasilnya tetap sama. Bahkan daddy sudah membayar mafia lain untuk menangkap nya tapi tetap saja tidak berhasil. " Ucapnya yang membuat Vion melebar kan matanya
"Apaa! Jadi daddy sudah membayar mafia lain untuk melakukan hal ini, tapi kenapa dad? Bukankah daddy juga mafia? Kenapa daddy malah membayar mafia lain hanya untuk menangkap Emma? " Tanya Vion tak mengerti
Marcell menghela nafas dengan kasar. "Dia bukan lah gadis yang lemah seperti gadis yang lainnya. Dia itu bukan gadis sembarangan Vion. Dari yang asisten daddy katakan, Emma adalah ketua mafia flowers. " Jelas Marcell kepada Vion yang lagi lagi membuat Vion terkejut
"Apaaa!"