Tidak pernah menyangka pernikahan ketiga Naya Aurelia (32th) mendapatkan ujian yang penuh dramatis.
Ia dihadapkan dengan pilihan yang sulit antara memilih suami atau anak kandungnya.
Berawal dari suaminya Juan Bagaskara (27th) yang tidak mau menerima Shaka sebagai anak sambungnya sehingga Naya dengan terpaksa harus berpisah dengan putri kesayangannya. Ia menitipkan Shaka pada bi Irah asisten rumah tangganya yang diberhentikan dari rumah tersebut.
Bertahun-tahun Naya tersiksa batinnya karena ulah suami yang usianya lebih muda darinya. Apalagi suaminya pun memiliki pekerjaan di luar dugaannya yang membuatnya sangat terpukul. Pekerjaan apa kira-kira?
Disisi lain ia sangat ingin kembali hidup bersama anaknya. "Nak, izinkan mama kembali meraih cintamu..." ucap Naya lirih.
Akankah kebahagiaan berpihak pada hidup Naya selanjutnya?
Ikuti kisahnya!💕
Follow author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 Anak Tuyul Siapa?
Amara terkejut bukan main manakala melihat sosok anak perempuan yang sedang menahan tangisnya. Wajahnya ditutup dengan kedua telapak tangannya.
"Ada apa Amara?" tanya Elana menoleh ke belakang.
"Ada anak tuyul kak!" ucap Amara ngasal ceplos.
Elana langsung keluar dari mobilnya untuk memastikan kejadian yang ada di jok belakang.
"Keluar kamu! Dasar anak tuyul, naik mobil ga permisi!" ujar Amara dengan suara garang membuat Shaka semakin ketakutan, seraya menekuk jok tengah agar dengan mudah mengeluarkan Shaka dari sana.
"Anak tuyul, siapa sih?" tanya Elana penasaran.
Elana keluar dari mobilnya, menghampiri Amara, ia menyembulkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.
"Dek ga boleh gitu. Lihat anak itu ketakutan!" Elana langsung menyuruh Shaka untuk turun.
"Habisnya dia tau-tau ada di dalam mobil aja. Kayak tuyul!"
"Husst. Kamu ini. Mendingan kamu keluarkan barang yang ada di bagasi mobil aja gih! Biar anak kecil ini kakak yang handel," titah Elana tidak ingin membiarkan Amara marah-marah tidak jelas pada anak tersebut.
"Sini Dek turun. Kami engga gigit kok!" ajak Elana lembut.
"Shaka takut gelap Bunda..." ujar Shaka masih menutup matanya karena ketakutan kalau berada di tempat yang gelap.
Kata "bunda" tersebut mengalir begitu saja dari bibir Shaka. Ia mengira wanita yang berhijab itu adalah bunda Yuna, gurunya saat masih sekolah di TK.
"Bunda? Buahahahaha..." Amara yang mendengar Shaka memanggil Bunda pada Elana jadi tertawa lepas.
Elana hanya tersenyum bingung, mengapa anak yang tidak dikenalnya tetiba memanggilnya Bunda. Tapi Elana tidak peduli, ia hanya ingin anak tersebut bisa turun dari mobilnya.
"Jangan takut Sayang, di sini ada kakak. Tidak ada Bundamu di sini..."
"Tidak kak. Kakak adalah Bundaku. Shaka mau peluk Bunda, Shaka takut gelap," Shaka kembali menangis saat ia membuka matanya sebentar dan melihat keadaan dalam mobil tersebut masih gelap.
"Baik Bunda Elana, ha...ha...ha..." ujar Amara tertawa mengejek.
Kakak semata wayangnya itu memang sudah pantas dipanggil Bunda. Diusianya yang 29 tahun, ia belum mendapatkan jodoh. Padahal adiknya sudah banyak yang melamar, namun ditolak lantaran kakaknya belum menikah.
"Ya Allah semoga dengan adanya anak ini, kakakku beneran dapat jodoh biar bisa langsung punya anak terus beneran bisa dipanggil Bunda, aamiin," doa Amara sambil berlalu dari tempatnya berdiri.
Elana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajah Elana sebenarnya cantik natural. Tanpa make up pun wajahnya sudah terlihat sangat cantik. Namun sampai saat ini ia belum juga menikah.
Bukan karena tidak ada lelaki yang mau berdekatan dengannya hanya saja Elana membatasi setiap lelaki yang ingin beinteraksi dengannya. Elana tidak ingin bermain-main dengan perasaan. Menurutnya jodoh itu tidak usah dicari, dia akan datang dengan sendirinya tanpa harus melalui hubungan percintaan seperti kebanyakan orang dengan cara berpacaran.
Elana lebih banyak menggunakan waktunya dengan menyalurkan potensi yang ia miliki saat ini. Ia lebih memilih mengunjungi restoran miliknya yang menyajikan masakan nusantara di kawasan Jakarta. Dia kerap membantu para koki dalam memasak sesuai pesanan para pelanggannya.
Berbeda dengan Amara. Amara yang berusia 24 tahun bekerja sebagai staf marketing perusahaan ternama di Jakarta. Traveling adalah hobinya. Ia sering menghabiskan waktunya saat liburan dengan jalan-jalan.
Shaka masih memeluk Elana dengan erat. Rasa takutnya masih terasa.
"Bukalah matamu, Dek! Ini sudah terang. Ada bulan, bintang dan lampu yang menerangi halaman rumah ini."
Perlahan Shaka membuka matanya. Ia memindai sekelilingnya. Saat ini ia berada di halaman rumah mewah berlantai 2.
Elana begitu takjub melihat wajah Shaka yang sangat cantik.
"Ya Allah cantik begini dibilang anak tuyul, sungguh terlalu kak Amara itu," Elana menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini rumah Bunda cantik?" tanya Shaka menatap wanita yang ada di hadapannya.
"Ssssttt...Berhentilah memanggil kakak Bunda. Nanti akan ada orang yang menertawaiku lagi. Kakak belum menikah Dek," protes Elana dengan suara rendah.
"Maafkan Shaka Bunda. Shaka pikir Bunda adalah Bunda Yuna, guru baik hati waktu Shaka sekolah TK," jelas Shaka jujur.
Amara yang mendengarnya lagi-lagi tertawa.
"Cie...cie...yang dipanggil Bunda lagi...uhuk...uhuk" goda Amara sambil tertawa lepas.
"Sudah jangan dengerin cewek rese model kakak itu. Mendingan kita masuk ke dalam rumah aja yuk! Perut kakak lapar, pasti kamu juga lapar, iya kan?" ajak Elana. Shaka mengangguk.
Sebelum menginterograsi anak tersebut, Elana mengajaknya ke dapur. Tujuannya agar Shaka tidak ketakutan lagi. Memberinya makan juga, namun nasi di magic comnya ternyata sudah habis.
"Yah habis," ujarnya kecewa, padahal ia sangat lapar.
"Kita ke luar aja yuk. Nunggu pedagang lewat, siapa tahu ada pedagang nasgor atau baso yang lewat rumah ini!"
Elana mengajak Shaka untuk ke teras, menunggu pedagang nasi goreng keliling yang biasanya lewat rumahnya. Rasa kecewanya tidak berlangsung lama saat mendengar suara pedagang nasi goreng melewati depan rumahnya.
Teng
Teng
Teng
"Naaah itu dia tukang nasi gorengnya, lewat. Kamu mau makan nasi goreng gak?"
"Mau...mau," jawab Shaka bersemangat.
"Amara tolong panggilkan tukang nasi goreng!" Titah Elana setengah berteriak karena Amara masih berada di area parkir dekat dengan gerbang rumah.
"Iya Bunda sayang!" goda Amara setengah berteriak.
"Bang nasgor! Tunggu sebentar aku ke dalam dulu!" panggil Amara kemudian langsung pergi setelah melihat pedagang itu berhenti di depan rumahnya.
Amara masuk ke rumah untuk memberitahukan ke kakaknya kalau pedagangnya sudah ada di depan.
"Bunda sayang, tuh tukang nasgornya nungguin!"
Elana menarik nafasnya dengan pelan, "Iiish Bunda...Bunda...tuh ke Mama panggil Bunda," ujar Elana saat Mama melewatinya.
"Ada apa sih? Ini anak siapa yang kau bawa El?"
Elana bingung menyampaikannya. Ia mengajak Mamanya ke ruang keluarga.
"Dia anak tuyul," ujar Amara singkat sambil berlalu keluar hendak menuju tukang nasi goreng.
"Hustt sembarangan aja nih punya Adek. Tolong Pesan 4 Dek!"
"Eh ga usah. Mama sudah makan," Mama Maryam duduk di sofa.
"Dek pesan 3 aja!" teriak Elana pada Amara yang sudah ada di luar.
"Iya Bunda!" jawab Amara sambil tertawa puas menggoda kakaknya.
"Dia anak tuyul, siapa?" tanya Mama Maryam menyusul Elana yang ada di teras rumah.
Mama Maryam mengeryitkan keningnya, menatap tajam putri sulungnya.
"Eeeh...Mama engga usah dengerin Amara. Anak secantik itu kok dibilang anak tuyul," jawab Elana merasa tidak nyaman.
"Lha itu tadi Amara yang bilang begitu,"
"Anak itu bukan anak tuyul, Ma. Justru El dan Amara ga tahu anak itu anak siapa. Tetiba ada saja di jok belakang mobil kita. Ini juga mau El tanyakan ke anak itu tentang keluarganya."
Amara menjelaskannya dengan gamblang. Hal ini membuat Mamanya merasa prihatin terhadap keadaan Shaka.
Mama Maryam berniat melaporkannya ke polisi, agar tidak ada masalah di kemudian hari. Mama Maryam khawatir dianggap anaknya sudah menyembunyikan anak yang hilang.
"Jangan laporkan Shaka ke polisi Bunda. Shaka ga mau!" ujar Shaka lantang, kemudian memeluk Elana dengan erat.
"Bunda? El jelaskan pada Mama, apa anak ini anak kamu, sampai dia memanggilmu Bunda?"
Elana terhenyak saat mamanya malah salah paham terhadap panggilan tersebut. Elana memegang kepalanya yang mendadak berdenyut.