Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paket Misterius
Dua hari berlibur di Villa puncak, telah membuat hubungan Hanum dan Tama semakin lengket seperti perangko, hubungan mereka kali ini semakin membaik.
"Num, minggu depan Papah akan mengadakan pesta atas terpilihnya Papah menjadi Wakapolri baru, sebaiknya kita kasih kejutan apa ya untuk Papah? Kau bisa memberikan saran untukku?" tanya Tama sambil memeluk Hanum dari arah belakang.
"emmhhh...apa ya? Aku juga bingung Mas, soalnya aku gak begitu hafal seleranya Papah!" jawabnya sambil memutar kedua bola matanya.
"Aku pikir kamu bisa memberikan saran Num, soalnya aku juga lagi buntu." jawabnya sambil membalikan tubuh Hanum, kini keduanya saling berhadapan.
Kemudian Hanum sengaja melingkarkan kedua tangannya di leher suaminya.
"Apapun yang akan kita kasih untuk Papah, aku yakin pasti Papah suka Mas!" jawabnya.
Tiba-tiba saja Tama malah mengusap dengan lembut perut Hanum yang masih rata.
"Andaikan di dalam sini sudah tumbuh benihku, mungkin ini adalah kado terindah untuk Papah, apalagi aku Num!" ucapnya yang tidak pernah putus memandangi Hanum.
Seketika Hanum malah tersipu malu dibuatnya, ia sampai menundukkan kepalanya
Dengan rasa gemasnya, Tama malah menyentuh dagunya lalu mengangkatnya.
"apa mungkin aku harus lebih ekstra kerja keras lagi agar kamu bisa segera Hamil anakku Num?"
Mendengar suaminya berkata seperti itu, Hanum malah memukul dada bidangnya.
"ish, ini saja tiap subuh aku harus keramas Mas, sampai-sampai aku kelelahan, kamu bilang harus lebih extra lagi? Kau ingin membuat aku jatuh pingsan, Mas?" keluhnya sambil membulatkan kedua bola matanya.
Sejenak Tama malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi lucu dari wanita yang sangat ia cintai itu.
"Yasudah, kalau begitu aku berangkat kerja dulu, kamu hati-hati di rumah, sebentar lagi Bu Laras akan segera datang ke sini!" ucapnya, kemudian Tama mengecup pucuk kepala Hanum.
Mabes Polri Jakarta Pusat
Pagi-pagi sekali Tama sudah berada di dalam ruangannya, suasana hatinya kali ini sedang berbunga-bunga, bagaimana tidak, itu semua karena hubungan dirinya dan Hanum semakin romantis, sampai-sampai Damar yang biasanya melihat atasannya selalu terlihat mumet, malah sudah tiga hari ini bersikap sangat berbeda, malah sudah tiga hari ini Tama selalu mentraktir anak buahnya, dan selalu di akhiri dengan kalimat Semoga kami selalu bahagia, Damar sendiri sangat yakin jika hubungan atasan sekaligus sahabatnya itu sudah jauh lebih baik, dan tentunya saran yang pernah Damar berikan kepada Tama yakni mengajak Hanum jalan-jalan ke Villa, telah berjalan dengan sangat baik.
Tama yang pada saat itu sedang fokus menganalisa laporan kasus di dalam layar laptopnya, tiba-tiba ia mendapatkan panggilan telepon, lagi-lagi dari nomer yang tidak ia kenal, karena merasa penasaran ia pun segera mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo, ini siapa ya?" tanya Tama
Tuut..tuut..tuut!
Seketika panggilan telepon langsung terputus."Aneh, siapa sih yang suka telepon iseng seperti ini? Keluhnya.
Entah kenapa tiba-tiba saja Tama mendadak teringat akan sosok Hanum.
Rumah Tama
Hanum terus saja mondar-mandir di depan pintu ruang tamu, ia menunggu kedatangan Bu Laras yang tak kunjung datang sedari tadi, tiba-tiba ada seorang pria berpenampilan seperti seorang kurir pengantar paket, dan si kurir tersebut memberikan sebuah bungkusan kotak berwarna hitam.
"permisi Bu, ada paket untuk anda!" ucap si kurir sambil mengambil foto Hanum dan juga kotak paket di tangannya.
"maaf Mas, perasan saya tidak memesan paket!"
"tapi maaf Bu, di peket ini tertera nama ibu dan juga alamat rumah ini!" jawabnya.
Karena tidak mau berlama-lama mengobrol dengan kurir paket, akhirnya Hanum meraih kotak paket tersebut dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Hanum terus saja memperhatikan kotak paket tersebut, ia pun bingung karena tidak ada alamat pengirimnya. Karena merasa penasaran dengan isi paket tersebut, akhirnya Hanum mencoba membukanya secara perlahan.
Isi paket tersebut pun begitu banyak lapisan plastik yang sengaja untuk menutupinya, pikirnya mungkin paket ini agar aman dan tidak ada kerusakan ketika sampai kepada alamat yang di tuju. Dan akhirnya isi kotak paket tersebut pun sudah terlihat yakni sebuah kotak kayu yang tertutup sangat rapat, Hanum pun semakin penasaran dengan isinya, namun ia mencium sesuatu yang cukup menyengat dari dalam paket tersebut.
Tama yang sengaja kembali ke rumahnya dengan menggunakan sepeda motor milik kantor, ia merasa ada yang tidak beres dengan situasinya kali ini, Tama jadi teringat peristiwa kecelakaan yang telah menimpa Hanum, dimana sebelum Hanum di tabrak oleh seseorang, ia mendapatkan panggilan telepon dari nomer yang tidak di kenal dan kejadiannya sama persis seperti dengan kejadian barusan, dimana si pemilik nomer tidak di kenal tersebut enggan untuk menjawab ucapan darinya, dan Tama pun langsung terlintas pikirannya kepada Hanum, ia takut terjadi sesuatu lagi padanya.
Setibanya di depan halaman rumahnya, Tama langsung menerobos masuk, ia cukup terkejut ketika mencium bau seperti bubuk mesiu yang menyengat di dalam rumahnya, beruntungnya posisi Hanum saat itu sedang berusaha membuka kotak kayu yang tertutup begitu rapat, Tama pun buru-buru meraihnya dan langsung melemparkan kotak tersebut ke area luar, dan tiba-tiba saja kotak tersebut meledak.
Duar!
Diar!
Suara ledakan dua kali terdengar begitu nyaring, sehingga para penghuni rumah yang lainnya keluar berhamburan, bunyi ledakan kotak tersebut persis seperti letusan sebuah bom molotov.
Tubuh Hanum seketika gemetar hebat saat melihat langsung kejadian yang hampir saja merenggut nyawanya, Tama dengan cekatannya langsung memeluk tubuh sang istri agar bisa lebih tenang.
"Bedebah! siapa yang telah berani mencoba ingin membunuh istriku? Aku bersumpah akan segera menghabisinya." cetusnya dengan dadanya yang sampai naik turun karena menahan emosinya.
Para tetangga pun mulai berdatangan untuk menyaksikan langsung bunyi ledakan di depan halaman rumah Tama, dan akibat ledakan itu, kaca jendela rumahnya menjadi pecah dan menyisakan kaca yang berserakan di atas lantai.
Akhirnya kejadian ini mendapatkan perhatian khusus dari pihak kepolisian, police line terpasang di depan dan sekitar rumah Tama.
"Mas, aku takut!" ucap Hanum yang tidak mau lepas dari pelukan suaminya.
"kamu tenang ya Num, sebaiknya kamu tinggal di rumah Papah dan Mamah untuk sementara waktu, disini kau tidak aman." usulnya.
Hanum pun mengangguk cepat, "iya Mas, sebaiknya aku tinggal di rumah orangtuamu!"
Setelah mengantar Hanum kerumah kedua orangtuanya, Tama bergegas kembali menuju Mabes, Tama sendiri belum menjelaskan apa yang telah terjadi dengan Hanum dan juga dirinya.
Setibanya di Mabes, Tama mulai mengusut kasus yang terjadi di rumahnya, dan ia menemukan beberapa barang bukti atas hasil penyidikan yang dilakukan oleh tim penyidik.
"Dam, kenapa aku sangat yakin jika ini semua adalah perbuatannya Bella, ia benar-benar ingin membunuh Hanum." tukasnya dengan tangan di kepal.
"Tapi Pak Kombes, tuduhan anda ini tidaklah memiliki bukti yang kuat, apalagi Bella di kabarkan telah pergi keluar negeri bersama dengan Papahnya, mungkin untuk menenangkan diri setelah kasus besar yang tengah menimpanya pada waktu itu, dan pada saat istri anda mengalami musibah tabrak lari, menurut hasil laporan jika Bella dan Papahnya sudah berada di dalam pesawat menuju Belanda." jawabnya tegas.
Tama pun langsung terduduk lemas di atas kursi lalu ia bersandar, kedua bola matanya ia pejamkan.
"Kalau bukan Bella pelakunya, lantas siapa? Apakah mungkin ada musuhku yang lain? Apa mungkin salah satu penjahat yang pernah aku tangkap pada saat itu mengetahui identitasku dan berniat untuk menghabisi keluargaku, dan Hanum adalah target utama mereka!" ucapnya bermonolog.
Tama merasa cemas akan keselamatan Hanum, dan ia berencana melakukan penjagaan ekstra ketat di kediaman kedua orangtuanya, dan kejadian ini pun telah sampai ke telinga Papahnya.
'Aku yakin jika ini semua adalah perbuatanmu Armando, tidak akan ku biarkan kau mencelakai lagi menantuku, Hanum tidak ada kaitannya dengan masalah kita.' batinnya sangat geram.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
maaf sok nasehati.
Lanjut tripel up oke
up lagi kak....jd penasaran