Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Selama makan, Afra tidak enak karena Faiz yang kadang-kadang menyuapinya apalagi melihat banyak orang disana, Afra hanya merasa canggung saja. Namun, berbeda dengan Afra, Faiz justru terlihat santai, hingga makanan mereka habis.
"Kamu minum dulu," ucap Faiz dan memberikan air mineral pada Afra.
"Makasih Mas," ucap Afra dan diangguki Faiz.
"Alhamdulillah, enak banget ternyata Ning. Gak salah sih Ning Afra sering makan disini," ucap Ustadzah Putri.
"Alhamdulillah, kalau semuanya suka sama makanannya," ucap Afra.
Setelah itu, mereka memutuskan untuk berkeliling taman yang gak jauh dari tempat mereka makan. "Disini banyak taman ya Ning, perasaan tadi pas kita kesini udah melewati taman loh, eh sekarang di dekat warung juga ada taman lagi," ucap Ustadz Gio.
"Iya, Ustadz. Disini memang banyak taman soalnya banyak yang suka kegiatan di luar rumah gitu, mereka ke taman entah itu buat olahraga, bersantai mulai dari piknik atau sekedar menikmati hijuanya taman," ucap Afra.
Saat mereka tengah asik berkeliling tiba-tiba hujan datang, lalu mereka pun segera berlari mencari tempat untuk berteduh. Setelah berlatian, akhirnya mereka pun memutuskan untuk berteduh di sebuah ruko yang tutup, dimana halaman ruko tersebut cukup luas sehingga mereka bisa berteduh disana. Namun, sayangnya karena banyak yang juga berteduh disana membuat galaman ruko tersebut semakin ramai.
Faiz pun menarik Afra agar mendekat padanya lalu Faiz memeluk pinggang Afra agar Afra tidak terdorong oleh banyaknya orang yang berteduh disana.
"Kita tunggu disini sebentar ya, sepertinya hujan akan reda," ucap Faiz.
"Iya, Gus," jawab mereka.
"Kamu gapapa?" ucap Faiz.
Belum sempat Afra bersuara, Faiz sudah melepaskan jaketnya hingga menyisakan kaos hitam polos yang melekat di badannya lalu memakaikan jaketnya pada Afra, "Kamu pakai jaket ini biar gak kedinginan," ucap Faiz.
"Aku udah pakai jaket kok Mas, jaketnya Mas paaki aja, pasti Mas kedinginan cuma pakai kaos," ucap Afra.
"Gak terlalu dingin kok, lebih dinginan pondok lagipula jaket kamu ini gak terlalu tebal," ucap Faiz.
Afra pun pasrah saja karena Faiz begitu keras kepala memakaikan jaketnya di badan Afra, tentu saja jaket tersebut kebesaran di tubuh Afra, tapi mau tidak mau Afra harus memakainya. Cukup lama mereka disana, akhirnya hujan pun reda dan mereka segera kembali ke hotel sebelum hujan kembali datang.
.
Keesokan harinya, Afra sudah siap untuk pergi ke rumahnya bersama Faiz. Hari ini mereka menggunakan mobil yang Faiz pinjam dari Gus Mirza, Faiz sengaja meminjamnya karena bagaimanapun ia harus mengurus semuanya agar cepat selesai dan salah satu yang terpenting adalah kendaraan untuk transportasi mereka.
"Saya pergi dulu, nanti kalau ada apa-apa Ustadz silahkan hubungi saya," ucap Faiz.
"Iya, Gus. Semoga urusan Gus sama Ning lancar ya," ucap Ustadz Gio.
"Amin," jawab Faiz.
Setelah itu, Faiz dan Afra pun segera berangkat. Setelah beberapa saat perjalanan, mereka sampai di rumah sederhana milik keluarga Afra. "Ayo, Mas," ajak Afra.
Begitu mereka masuk ke dalam, sudah ada Ibu Mila yang tengah membereskan dagangannya karena ia baru saja pulang dari pasar.
"Assalamualaikum, Bu," salam Afra.
"Loh kalian kok ada disini?" tanya Bu Mila.
"Ada hal yang harus kami urus, Bu," ucap Faiz dan menyalami Ibu Mila begitupun dengan Afra.
"Kapan kalian sampainya?" tanya Bu Mila.
"Sudah dua hari, Bu. Kita menginap di hotel sama santri yang mau ikut lomba," ucap Faiz.
"Kalau gitu, Afra kamu tidur disini saja. Takutnya kamu ganggu santri yang mau ikut lomba, lagipula kamu disini juga bisa bantu Ibu," ucap Bu Mila.
"Afra gak ganggu sama sekali, Bu," ucap Faiz.
"Iya, Ibu tau. Tapi, setidaknya kalau dia bosan dan disini kan bisa bantu, Ibu," ucap Bu Mila.
"Bagaimana?" tanya Faiz pada Afra.
"Ita, Mas. Gapapa, aku disini aja nanti kalau urusan Mas Faiz udah selesai kan Mas Faiz bisa jemput aku," ucap Afra.
"Tapi, Mas gak setuju," ucap Faiz.
"Apa maksud kamu?" tanya Bu Mila.
"Afra akan ikut kemana saya tinggal, Bu. Besok para santri sudah lomba dan lombanya hanya dua hari, jadi setelah selesai lomba mereka akan kembali ke pondok. Sedangkan, saya akan di sini sampai urusan saya selesai, jadi Afra akan ikut saya," ucap Faiz.
"Terserah kamu lah, memangnya apa urusan kamu di kota kok sampai gak bareng pulangnya sama santri-santri?" tanya Bu Mila.
"Saya mau mengurus isbat nikah, Bu. Saya mau mendaftarkan pernikahan saya dan Afra agar diakui negara, Bu," ucap Faiz.
"Afra hamil?" tanya Bu Mila.
"Belum, Bu. Makanya itu, sebelum Afra hamil, saya ingin mempercepat mengurus ini," ucap Faiz.
Setelah berbincang sebentar dengan Ibu Mila, Faiz dan Afra pun segera pergi ke pengadilan dan tentunya semua persyaratan sudah mereka dapatkan seperti surat permohonan, surat pengantar, surat keterangan, fotocopy kartu penduduk dan kartu keluarga serta materai.
Beberapa saat kemudian, Faiz dan Afra pun sampai di pengadilan agama dan mereka segera melakukan prosedur yang ada, namun pengadilan saat itu begitu ramai hingga membuat mereka harus menunggu cukup lama di sana untuk mendaftar.
"Ramai juga ya Mas," ucap Afra.
"Kita udah nunggu hampir setengah jam, mungkin sebentar lagi kita dipanggil," ucap Faiz.
Tak lama setelah itu, akhirnya mereka pun dipanggil untuk mendaftar dan tahap terakhir untuk mendaftar adalah mereka harus membayar panjar biaya perkara. "Baik, kalau begitu pengadilan akan mengirim surat panggilan yang berisi tentang tanggal dan tempat sidang kepada Bapak dan Ibu secara langsung ke alamat yang tertera dalam surat permohonan," ucap pegawai yang bertugas.
"Apa memerlukan waktu yang lama Mbak?" tanya Faiz.
"Itu tergantung, Pak. Karena saat ini juga banyak yang mengajukan isbat nikah sehingga kami tudak dapat pastikan kapan akan dikirimkan ke alamat tujuan," ucap pegawai tersebut.
Setelah itu, mereka berdua pun keluar dari ruang pendaftaran. "Aku kirain bakal langsung jadi," ucap Afra.
"Gapapa, nanti kita bilang ke Ibu sama Bapak ya kalau suratnya bakal dikirim ke rumah," ucap Faiz dan diangguki Afra.
Begitu mereka keluar dari pengadilan, mereka cukup terkejut ketika mereka seorang perempuan yang berteriak di depan pengadilan. "Akhirnya gue pisah sama cowok pengangguran kayak lo!" teriak wanita tersebut pada pria dihadapannya dan pergi meninggalkan pria tersebut.
"Sudah jangan dilihatin, biarkan saja. Ayo sekarang kita pulang," ajak Faiz.
Karena hari ini Faiz tidak ada urusan, mereka memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Afra segera memberitahukan Ibu Mila mengenai surat panggilan dari pengadilan, lalu ia masuk ke dalam kamar.
"Maaf ya Mas, kamarnya gak sebagus pondok," ucap Afra.
"Gapapa," ucap Faiz.
Lalu Faiz menarik tangan Afra dan mendudukan sang istri dihadapannya hingga mereka saling berhadapan. "Ada apa Mas?" tanya Faiz.
"Kamu ingin tahu tentang siapa Ning Zahra?" tanya Faiz.
.
.
.
Bersambung.....
padahal ceritanya lagi seru seru nya
semangat/Grin//Smirk/