Tidak disangka Habiba jika sang suami mengatakan tidak mencintainya di malam pertama pernikahan mereka. Akan tetapi seiring berjalannya waktu pernikahan mereka berjalan seperti layaknya suami istri pada umumnya. Namun, pada saat kehamilan Habiba 8 bulan mantan kekasih Yusuf datang kembali dan Yusuf menyuruh Habiba pergi.
Akankah Yusuf kembali kepada mantan kekasih yang telah meninggalkan dia atau mempertahankan rumah tangga dengan Habiba?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riya Wardu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Habiba, Maukah Kau Menjadi Istriku?
Sebuah tepukan halus mendarat di pipi mulusnya..
"Biba,, bangun.. Yuk, kita pulang udah sore.. "panggil Yusuf yang menepuk pipi Habiba.
"Eunghh.. "suara lenguhan Habiba
"Jam berapa ini? "tanyanya dengan mata masih tertutup.
"Jam 5 , ayo pulang kita dicariin Mama sama Papa.. "balas Yusuf.
"Oh jam lima.. "ucap Habiba yang masih belum sadar.
Sedetik kemudian dia sadar lalu bangun dan duduk "Jam 5? Kenapa Mas Yusuf nggak bangunin aku? "pekiknya.
"Gimana aku bangunin kamu, kamu tidur aja udah kaya orang pingsan.. Udah lap tuh iler kamu, bersihin sekalian wudhu terus sholat Ashar mumpung masih jam lima.. "perintah Yusuf.
Bagai kerbau dicucuk hidungnya Habiba langsung mengelap mulutnya. Lalu dia bangkit dari tempat tidur untuk ke kamar mandi. Namun, sebelum ke kamar mandi dia bertanya ke Yusuf
"Mas Yusuf udah sholat? "
"Udah.. "jawab Yusuf singkat
"Kapan? Kok aku nggak lihat? "tanya Habiba
"Ck, kamu tidur bagaimana mau lihat.. Udah sana ke kamar mandi terus sholat, nanti Mama ngomel ke aku anaknya belum aku anterin pulang.. "perintah Yusuf
"Nggak usah manyunin mulut begitu, udah jelek makin jelek.. "lanjutnya.
Habiba akhirnya masuk ke kamar mandi, Yusuf sendiri merapikan beberapa berkas yang dia koreksi, ada beberapa berkas yang akan dia bawa pulang untuk dikerjakan di rumah.
Selang beberapa menit Habiba sudah selesai menjalankan sholat Ashar. Dia menghampiri Yusuf.
"Mas.. "panggilnya.
"Sudah selesai? "tanya Yusuf balik yang sedang memasukkan beberapa berkas ke tas kerjanya.
Habiba mengangguk, kemudian mengambil tasnya yang berada di sofa di ruang kerja Yusuf. Yusuf yang sudah selesai memasukkan berkas ke tas kerjanya lalu beranjak dari tempat duduknya kemudian menghampiri Habiba untuk keluar dari ruangan CEO.
"Ayo.. "ajak Yusuf
Mereka berdua pun keluar dari ruang CEO, keadaan kantor sudah lumayan sepi karena sebagian karyawan dan karyawati sudah pulang. Hanya terlihat beberapa karyawan yang lembur dan security yang masih berjaga.
Sesuai dengan janji Yusuf, dia mengantar pulang Habiba ke rumahnya. Sesampainya di rumah dia disambut oleh Mama Sarah, Mama Sarah menyuruhnya untuk mampir akan tetapi ditolak secara halus oleh Yusuf. Yusuf mengatakan ada beberapa pekerjaan kantor yang harus diselesaikan di rumah. Mama Sarah pun memaklumi akan hal itu.
******
Sebulan berlalu hubungan Habiba dan Yusuf makin dekat, begitu pun dekat keluarga mereka. Maklum saja orang tua mereka adalah sahabat lama yang sudah lama berpisah, jadi dengan pertemuan kembali mereka menjadi sesuatu hal yang sangat berharga.
Bagi Habiba tidak masalah jika keluarga mereka dekat. Akan tetapi kedekatan dia dan Yusuf yang membuatnya risih. Dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Yusuf, akan tetapi Yusuf selalu membuat dia seperti orang yang spesial. Hingga pada suatu hari sebuah pertanyaan dari Yusuf membuat dia menjadi murum dan sering melamun.
"Habiba, maukah kau menjadi istriku? "
Kalimat itu terngiang di telinga Habiba beberapa hari ini. Papa Lukman yang melihat sikap anaknya berubah akhir-akhir ini menjadi khawatir.
"Biba.. "panggilnya lembut
"Iya, Pa.. "jawab Habiba
"Kamu lagi ngapain? "tanya Papa Lukman
"Nonton televisi Pa.. "jawab Habiba lagi
"Nonton televisi apa memainkan remote televisi? "tanya Papa Lukman yang kemudian ikut duduk di samping Habiba.
Benar yang dikatakan Papa Lukman, Habiba memang hanya memainkan remote televisi. Memencet channel televisi secara bergantian tanpa mau melihatnya. Bisa dikatakan Habiba melamun, dia terpikirkan akan ucapan Yusuf beberapa hari yang lalu.
"Ada apa, hmm? Apa ada masalah di salon kamu? "tanya Papa Lukman
Habiba menggelengkan kepalanya pertanda bukan masalah di salonnya.
"Lalu kamu kenapa? Beberapa hari ini Papa lihat kamu melamun terus? Apa ada yang mengganjal di pikiran kamu? "tanya ulang Papa Lukman.
"Cerita sama Papa, siapa tau Papa bisa bantu.. "lanjut Papa Lukman yang menepuk lembut punggung salah satu tangan Habiba.
Menghela nafas, mencoba menetralkan hati dan pikiran kemudian Habiba menyandarkan kepalanya di bahu Papa Lukman.
"Hmm.. Pa, kalau ada pria yang mau melamar Biba apa Papa akan setuju dan merestui Habiba dengan pria itu? "tanya Habiba
Papa Lukman tersenyum lalu berkata "Tentu, Papa setuju dan merestui kamu dengan pria itu.."
"Tapi Papa kan belum tau siapa pria itu? Kenapa langsung setuju? "tanya Habiba yang masih bersandar di bahu Papa Lukman
"Kalau ternyata Papa sudah tau terlebih dulu bagaimana? "jawab Papa Lukman mengusap lembut kepala Habiba
"Maksud Papa? "tanya Habiba yang langsung menjauhkan kepala dari bahu sang Papa
"Pria yang kamu maksud itu Yusuf kan? "tanya Papa Lukman yang diangguki kepala Habiba
"Dia sudah menemui Papa dan meminta ijin ke Papa untuk melamar kamu.."
"Terus Papa langsung setuju gitu? "
"Justru Papa yang seharusnya bertanya sama kamu, apa kamu menerima lamaran Yusuf? "
"Papa serahkan ke kamu, karena kamu yang akan menjalani hidup bersama. Siapa pun pria itu, Papa hanya berharap dia bisa membahagiakan kamu.. "
"Kalau Biba mau menerima lamaran Mas Yusuf apa Papa akan setuju dan merestui kita? "tanya Habiba ke Papa Lukman.
"Mama tidak setuju.. "
******
✍️✍️✍️✍️