Menjadi istri pengganti calon suami kakaknya yang meninggal dalam kecelakaan karena dirinya. Alena harus merasakan siksaan dari suaminya sebagai bentuk balas dendam.
Namun, apakah yang terjadi jika akhirnya kebenaran terungkap mengenai kecelakaan itu?
Season 2
Alea Prasetya adalah anak pertama dari Shaka dan Alena. Namun kepribadiannya yang introvert membuatnya dijauhi teman dan membuat orang tuanya menjodohkannya dengan anak rekan bisnis mereka. Bagaimana kisahnya?
COVER BY NOVELTOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gotong Royong
Shaka sudah sampai di lokasi gotong royong yaitu di sekitaran Masjid Al-Ikhlas. Sudah banyak penduduk Desa yang berkumpul disana. "Ya sudah kau ikutlah bekerja dengan mereka. Aku akan membantu ibu-ibu memasak di dapur umum." ucap Alena sambil melangkahkan kakinya menuju dapur umum yang letaknya tak jauh dari lokasi gotong royong tersebut.
Shaka masih terdiam, dia bingung dengan apa yang harus dilakukan. Beberapa penduduk Desa yang baru melihatnya tampak saling berbisik dan bertanya-tanya.
"Oh ya semua warga perkenalkan ini namanya Shaka. Beliau ini adalah suaminya Mbak Alena. Hari ini dia akan berpartisipasi dengan kegiatan gotong royong ini." ucap Pak Ngatiran sang Kepala Desa.
Semua mengangguk mengerti. Namun sebagian dari mereka menunjukkan raut wajah tidak suka. Ya, mereka adalah para pemuda Desa yang telah menaruh hati pada Alena termasuk Pak Ngatiran sendiri.
Tak berselang lama, para pengawal Shaka datang dan ikut membantu mereka. Mereka terlihat lincah saat mencangkul rerumputan. Dan karena tenaga mereka cukup kuat, pekerjaan menjadi lebih cepat. Shaka sendiri mengambil cangkul dan itu bekerja. Karena ini kali pertamanya dia mencangkul, pekerjaannya sangat berantakan dan tidak bersih.
"Tuan, biar saya saja yang mengerjakan ini. Tuan istirahat saja." ucap Radit.
"Tidak, aku sudah berjanji pada Alena untuk membantu warga Desa." ucap Shaka.
Radit hanya bisa terdiam. Dia mengajari Shaka cara mencangkul yang benar.
Pak Ngatiran mendatangi Shaka. "Shaka, coba kau gali selokan saja dengan sekop ya. Saya rasa itu yang paling mudah." ucap Pak Ngatiran.
Mata Shaka membulat. Apa dia sudah gila menyuruhku menggali tempat menjij**ikkan itu. Kenapa tidak kau saja yang menggali disana. Kau lebih pantas berada disana dasar Bujang Lapuk. Batin Shaka.
"Nak Shaka. Ini sepatu bootnya. Kau bisa menggalinya sekarang. Bukankah Alena bilang kalau kau sangat rajin dan mau mengerjakan apa saja?" Pak Ngatiran mencoba mengingatkan Shaka.
Shaka mencengkram kuat gagang sekop dan sepatu boot itu. Dia tampak sangat marah, tapi dia tetap melakukannya. Dia memakai sapatu dan masker untuk menahan bau selokan yang tidak di aliri air. Dengan pelan dia masuk ke dalam sekolan dan menggali sampah yang menumpuk didalam sekolan itu. Rasanya dia ingin muntah, karena air genangan dan sampah di selokan itu berbau busuk. Namun tekad kuatnya menepis rasa jijik dan bau karena selokan itu.
Tak terasa waktu sudah mendekati siang hari. Pekerjaan mereka telah selesai. Kini saatnya makan. Para gadis desa dan ibu-ibu datang membawa hasil masakan mereka tak terkecuali Alena. Mereka meletakkannya di salah satu teras rumah warga.
Shaka keluar dari selokan. Rasanya dia ingin pulang dan mandi saja. "Shaka." Panggil Alena.
Shaka menoleh. "Kau mau kemana? Ini saatnya makan siang." ucap Alena.
"Aku ingin mandi." ucap Shaka.
"Kau harus makan dulu baru pulang. Disini peraturannya begitu. Sehabis melakukan gotong royong, mereka harus makan dulu baru pulang dan melaksanakan sholat Jum'at di Masjid itu." ucap Alena.
"Aku tidak bisa makan dengan tangan yang habis memegang sampah menjijikkan ini. Meskipun aku sudah mencucinya, rasa jijikku masih tetap ada." ucap Shaka.
Alena terlihat bingung. Dengan terpaksa dia mengatakan kalimat yang membuat Shaka senang. "Aku akan menyuapimu." ucap Alena.
Shaka tersenyum lebar. "Baiklah aku akan mencuci kaki datang tanganku." ucap Shaka yang kemudian melangkah menuju kamar mandi Masjid dan segera kembali.
Sekembalinya Shaka dia terkejut melihat banyak pemuda desa yang membuka baju mereka dan hanya mengenakan kaos singlet. Mereka duduk tak jauh dari Alena. Bahkan beberapa ada yang mengajak Alena mengobrol. "Kurang ajar, mereka mau menggoda istriku ya." Gerutu Shaka sambil mengepalkan tangannya.
Dia membuka bajunya dan hanya memakai kaos singlet warna hitam yang diberikan Alena. Kini terlihatlah otot-otot tangannya yang menonjol dan tubuh kekar dan sispack. Shaka berjalan mendekati Alena yang masih mengobrol dengan beberapa pemuda desa.
Kedatangan Shaka yang tanpa baju membuat semua mata memandangnya. Terutama para gadis desa dan ibu-ibu. Mereka berdecak kagum melihat kesempurnaan tubuh Shaka. Semua pemuda desa tidak ada apa-apanya dibanding dengan dirinya.
"Ya ampun tampan sekali ya. Badannya juga bagus. Aku rela menjadi istri kedua atau ketiganya." ucap Tia, si anak pak RW.
"Kenapa tidak ada pemuda desa yang setampan dia ya." balas Lely yang merupakan teman Tia.
"Entahlah, andai saja dia belum menikah." ucap Tia yang masih terus memperhatikan Shaka.
Alena yang sejak tadi mendengar percakapan mereka merasa sangat kesal. Apa mereka buta sampai tidak menyadari keberadaan istri Shaka disini. Batin Alena.
Shaka sudah sampai ditempat Alena duduk. Dipangkuannya sudah ada sepiring nasi. "Kenapa kau membuka bajumu?" tanya Alena sambil menatap kesal.
"Panas sekali." ucap Shaka sambil mendudukkan diri disamping Alena.
"Kenapa wajahmu begitu kesal?" tanya Shaka.
"Tidak apa-apa. Ayo buka mulutmu." ucap Alena sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulut Shaka. Shaka pun membuka mukutnya dan memakan hasil suapan Alena.
Tia dan para gadis desa sangat iri melihat kemesraan mereka. "Apa mereka tidak punya tempat lain untuk bermesraan. Bisa-bisanya suap-suapan disini." Gerutu Tia.
Alena mendengarnya dan dia tersenyum. Sebenarnya Tia merupakan kembang di Desa itu. Namun sejak kedatangan Alena, seolah julukan itu berpindah ke Alena dan semu pemuda desa yang memujanya malah beralih memuja-muji Alena. Itu membuat Tia sangat iri dan tidak suka padanya. Sedangkan Alena sendiri tau jika Tia tidak menyukainya sejak kedatangannya. Bahkan saat Alena mendirikan usaha konveksinya, Tia berusaha memprovokasi warga untuk tidak bergabung dengan Alena.
Namun seiring berjalannnya waktu penduduk Desa mulai mempercayai Alena dan ikut bergabung di konveksinya. Tentu saja itu membuat Tia semakin kesal. Dan sekarang, Alena mempunyai suami yang begitu tampan dan sempurna. Maka Tia semakin terbakar dengan keiriannya. Bahkan para pemuda desa masih mendekatinya meski dia sudah bersuami.
"Kau sendiri? Apa tidak makan?" tanya Shaka.
"Aku sudah makan." ucap Alena. Namun tiba-tiba cacing di perutnya berbunyi.
Shaka tertawa. "Hahaha kau belum makan rupanya. Sini gantian aku suapi." ucap Shaka.
"Tidak, bukankah kau bilang tidak mau menggunakan tangamu untuk makan?" ucap Alena mengingatkan.
"Aku menggunakan tanganmu untukku, bukan untukmu." ucap Shaka. Dia mengambil sendok dan menyuapi Alena. Seketika pipi Alena bersemu merah. Baru kali ini dia disuapi oleh seorang pria. Dan pria itu adalah orang yang kini menadi suaminya.
Mereka terus saling menyuapi hingga membuat Tia meninggalkan tempat itu karena merasa risih melihat kemesraan pasangan suami istri yang membuatnya sangat iri.