Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Bertemu Nyobes
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Pagi yang hangat telah kembali menyapa bumi
dengan setia. Sinar mentari kini mulai menyebar menerangi seluruh kawasan istana Hadiningrat
yang sangat megah dan menakjubkan.
Semua pelayan dan pekerja istana sudah terlihat
sibuk sedari pagi buta dengan beragam aktifitas
serta tugas masing-masing yang berbeda. Ada
ratusan pegawai yang bekerja dan mengabdikan
diri di istana ini. Semua terlihat begitu semangat
dan antusias melaksanakan tugas nya masing-
masing. Bahkan banyak di antaranya sambil
bersenandung riang. Bekerja di tempat ini
memang tiada duanya, nyaman, aman, dan
tentunya sejahtera.
Saat matahari mulai menerpa jendela kamar
pribadi yang terletak di lantai 4 istana utama,
tirai penutup semua kaca pun terbuka secara
otomatis dan semua lampu yang ada di kamar
itu padam dengan sendirinya.
Kiran membuka matanya perlahan saat cahaya
matahari kini mulai menghangatkan suasana
di dalam kamar. Matanya langsung tertuju pada
sosok gagah yang kini sedang mengurung diri
nya. Lengan kokoh Agra melingkari tubuhnya
dengan kuat. Senyum lembut terukir di sudut
bibir indah Kiran.
Perlahan dia mengelus lembut wajah tampan
Agra yang begitu menawan tersinari mentari
pagi. Begitu sempurna nya Tuhan mencipta
semua bagian di wajah suaminya ini. Tidak
ada cela sedikit pun yang terdapat di sana.
"Agraa...hanya dalam waktu 20 hari kau sudah mengukir kenangan manis dan pahit dalam
cerita kehidupan ku..! bersamamu aku merasa
begitu nyaman dan damai..!"
Lirih Kiran dengan pandangan yang semakin
terfokus pada wajah Agra yang masih terlelap
dalam tidur tenangnya.
"Rasanya aku tidak akan sanggup berjauhan
darimu.Tapi..bagaimana kalau keadaan
memaksa kita untuk berpisah..apa aku akan
sanggup menjalani hidup ku tanpamu."
Kiran mencoba menelaah seluruh isi hatinya
dengan pandangan tidak lepas dari wajah
tampan Agra. Tidak di ragukan lagi, dia kini
sudah mengukir indah nama laki-laki ini jauh
di dalam lubuk hatinya.
Perasaan Kiran tiba-tiba menjadi sangat resah
saat mengingat persoalan nya dengan Nathan.
Semua kenyamanan ini bisa saja hancur dalam
sekejap mata. Tidak ! dia tidak ingin itu terjadi.
Kiran mendekatkan bibirnya, dengan wajah
yang sedikit memerah dia mengecup lembut
bibir Agra seraya memejamkan mata menahan
rasa malu. Setelah itu dia segera mengangkat
lengan Agra yang mengurung tubuhnya.
Dengan susah payah akhirnya dia bisa keluar
dari kurungan tubuh Agra. Perlahan dia mulai
menapakkan kakinya di lantai, namun sesaat kemudian matanya tampak terkesima, tubuh
nya mematung di tempat saat menyadari
dimana kini dirinya berada. Dia menutup
mulutnya, merasa takjub dengan apa yang
tersuguh di depan matanya.
"Masa Allah..ada dimana aku sekarang.."
Gumam Kiran sambil berjalan pelan memutar
tubuh nya melihat ke seluruh ruangan kamar.
Kiran berjalan ke satu sisi bagian kamar yang
berdinding kaca bulat besar hingga dia bisa
melihat separuh bagian wilayah istana yang
sangat indah itu. Dia seakan sedang berada
di menara atau balon udara.
"Ya Tuhan..indah banget tempat ini.."
Kiran kembali bergumam lirih seraya mengusap
dadanya mencoba untuk menenangkan diri.
Istana Hadiningrat...
Dia memang sering sekali mendengar tentang
tempat ini dari cerita teman-teman kuliahnya
yang berasal dari kalangan elite. Mereka sangat mengagumi istana ini. Hanya saja Kiran tidak
pernah tertarik untuk mengorek lebih jauh
tentang kehidupan para kalangan jetset, karena baginya hal itu hanya akan menimbulkan rasa
iri dan dengki ujung-ujung nya tidak terima atas
apa yang telah Tuhan beri.
Dia juga pernah mendengar sekilas bahwa
keluarga ini merupakan bangsawan yang
berada di strata sosial paling tinggi dengan
kerajaan bisnis nya yang merambah di segala
bidang dan sekarang ini sedang berada di
puncak kejayaan berkat cucu tunggalnya.
Tidak ingin terus larut dalam rasa takjub
nya Kiran bergegas mencari kamar mandi.
Dia kembali hanya bisa melongo melihat
semua fasilitas kelas wahid yang ada di kamar
mandi tersebut. Sebenarnya dirinya juga
berasal dari keluarga konglomerat yang hidup
serba mewah dan berkecukupan, namun apa
yang di ada di rumahnya ternyata tidak ada
apa-apanya jika di bandingkan dengan apa
yang ada di tempat ini.
Akhirnya Kiran mencoba membersihkan diri
dengan berendam memakai fasilitas jacuzzi
whirfool untuk melepas semua rasa penat
serta ketegangan pada otot-otot tubuhnya.
Sungguh..dia hampir saja terlena dengan
semua kenyamanan yang di dapatkan dari
kamar mandi yang sangat memanjakan
tubuhnya ini, rasanya dia tidak ingin beranjak.
Sementara itu...
Sejak pagi Tata sudah berjaga di depan pintu
kamar pribadi Tuan Muda nya sebab tepat
pukul 8 pintu kamar biasanya sudah bisa di
akses. Dia mendapat perintah semalam bahwa
pagi-pagi sekali harus membawakan sarapan
serta obat untuk Nona Muda nya.
Ya.. sekarang rumah utama ini sudah memilki
seorang Nona Muda..Tata tersenyum sendiri
saat mengingat hal itu. Namun ada sejumput
pertanyaan yang kini hinggap di kepala nya.
Apakah Nyonya Besar sudah tahu semua ini.?
Lalu apa yang akan terjadi pada Nona Muda
nya, mengingat bagaimana karakter Nyonya
Besarnya itu, dia adalah sosok yang sangat
perfeksionis dan selektif.
Tepat pukul 8 tombol Kuning di samping pintu
besi itu berbunyi bip dan lampu monitor nya
berubah hijau. Tata bersama seorang pelayan
yang membawa troli makanan masuk ke dalam
kamar dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan kegaduhan.
Tata segera menuju ke ruangan samping yang
langsung tembus ke balkon tanpa harus lewat
ke ruang tidur utama. Dengan cekatan pelayan
tadi menghidangkan makanan di atas meja
marmer bulat yang ada di tempat itu.
"Pastikan semuanya steril..!"
Tata mengingatkan seraya mengamati setiap
makanan yang ada di meja. Pelayan tadi
tampak mengangguk faham.
Setelah semua siap mereka kembali masuk ke
dalam ruangan. Namun saat tiba di ruang santai
Tata dan pelayan yang bersamanya berpapasan dengan Kiran yang baru saja keluar dari kamar
mandi. Rambutnya masih terlihat sedikit basah.
Kulitnya yang putih bening dan berkilau nampak
indah terkena sinar matahari pagi.
Mata mereka bertiga bertemu saling terkejut.
Pelayan tadi tampak terkesima mendapati
pemandangan luar biasa dan tidak terduga ini.
Ada wanita di dalam kamarnya Tuan Muda.?
Apa dirinya tidak salah lihat.? jelas sekali mata
nya melihat ada bidadari cantik di kamar ini.!
"Jaga pandangan mu dan juga mulutmu itu.!"
Ancam Tata seraya melirik tajam kearah
pelayan tadi yang masih menganga lebar,
pelayan itu tampaknya masih sangat syok.
"Kau dengar aku tidak.?"
Tata menggeram mulai emosi melihat pelayan
tadi masih terpana.
"Maafkan saya wakil kepala.!"
Pelayan itu tersadar dan langsung bersimpuh
di hadapan Kiran yang menatapnya heran. Dia
kembali berpaling pada Tata yang langsung
membungkuk dalam.
"Anda sudah bangun Nona, selamat pagi.."
Sambut Tata dengan suara yang sangat khas,
pelan namun tegas.
"Selamat pagi juga..maaf..anda ini siapa.?
tolong suruh dia untuk bangun.!"
Pinta Kiran sambil kembali menatap kearah
pelayan tadi yang masih bersimpuh.
"Panggil saja saya Tata Nona..saya adalah
wakil kepala pelayan di istana ini."
"Ohh..iya Tata tolong suruh dia bangun. Saya
hanya tamu di sini, jangan bersikap berlebihan
seperti itu."
Ucap Kiran dengan tersenyum ramah dan suara
yang sangat lembut menyejukkan. Tata melirik
kearah pelayan tadi yang masih bersimpuh.
"Bangunlah..Nona sudah menyuruhmu !"
Dengan ragu dan tetap menunduk pelayan itu
kembali berdiri seraya menunduk dalam.
"Ohh iya Tata..senang sekali melihat mu..saya
ingin mengucapkan terimakasih banyak karena
kami sudah diperlakukan dengan sangat baik di
rumah ini, sekali lagi terimakasih."
Tata tertegun sebentar, dia memang sudah
tahu apa yang terjadi pada Tuan Muda nya
yang belum membuka jati dirinya pada Kiran.
"Itu sudah menjadi kewajiban saya Nona.."
"Sebelum kami pamit, bisakah anda membawa
saya bertemu dengan Nyonya Besar.?"
Tata tampak terkejut, dia terdiam bingung.
"Baik Nona saya akan mengantar anda, tapi
sebaiknya anda sarapan terlebih dahulu..anda
harus kembali minum obat."
"Baiklah.. kalau begitu saya akan keluar dari
kamar ini setelah sarapan pagi."
"Kiran.. dimana kamu..?"
Ada suara serak Agra yang terdengar cemas
dari arah ruang utama di kamar itu. Kiran dan
Tata serta pelayan tadi tampak terperanjat.
Belum lagi mereka lepas dari kekagetannya
Agra sudah muncul di ruangan itu, matanya
langsung terfokus pada diri Kiran yang tampak
begitu menggoda pagi ini.
"Kenapa kamu tidak membangunkan ku..kau
tidak boleh berjalan dulu..!"
Ketus Agra sambil kemudian mengangkat
tubuh Kiran ke dalam pangkuannya membuat
Tata dan pelayan tadi hanya bisa terdiam dan
menundukkan kepalanya.
Tuhan.. apakah ini benar-benar Tuan Muda
Agra Bintang..? bathin pelayan tadi di tengah
ketidakpercayaan nya atas semua yang di
lihatnya saat ini.
"Agra.. apa-apaan kau ini, apa kau tidak lihat
ada orang di sini, turunkan aku.!"
Kiran mencoba meronta ingin turun, tapi Agra
merengkuh pinggangnya kuat hingga Kiran
tidak bisa lagi berkutik, akhirnya dia melilitkan tangannya di leher Agra.
"Tidak.! kau tidak boleh beraktifitas dulu sayang."
"Aku sudah baik-baik saja Agra..!"
"Kau masih belum pulih sepenuhnya Kiran..!"
Wajah Kiran kini sudah semerah tomat karena
tidak tahan dengan rasa malunya. Agra melirik
kearah Tata.
"Aka kau sudah membawakan sarapan yang
aku minta semalam ?"
"Sudah Tuan..!"
Jawab Tata masih menunduk dalam, begitu
pun dengan pelayan tadi. Kiran menggeleng
resah melihat sikap Agra yang di nilainya
sangat arogan itu, ini di rumah orang Tuan..
kenapa main perintah seenaknya saja.!
"Baiklah..kalian boleh keluar sekarang..!"
"Baik Tuan..kami permisi."
Agra membawa Kiran melangkah masuk ke
ruang utama sementara Tata dan pelayan
tadi langsung keluar dari kamar.
Agra membawa Kiran masuk ke ruang walk
in closet. Dia mengambil satu stel pakaian
yang semalam sengaja sudah di siapkan oleh
Tata agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Kau gantilah pakaianmu, setelah itu kita akan
sarapan lalu menemui Nyonya rumah ini."
Titah Agra dengan tatapan yang sangat lembut.
Kiran hanya menatap diam pakaian yang kini
sudah ada di tangannya, darimana datangnya
pakaian ini.? Agra mengecup lembut kening
Kiran setelah itu berlalu masuk kamar mandi.
Kiran menautkan alisnya, baju ini terlihat sangat
indah dan merupakan produk butik ternama.
Semua ini rasanya sangat janggal, apakah saat
ini dirinya berada di dunia halusinasi.!
------ ------
Begitu selesai sarapan Agra keluar dari kamar pribadinya dengan menggandeng Kiran. Hari ini
dia kembali menjadi seorang Agra sang pengawal pribadi Nona Sashikirana. Berpakaian preman,
namun tetap tampil menawan, justru malah
terlihat lebih maskulin dan menggemaskan.
"Pakailah kembali topi mu..aku tidak ingin
para pelayan yang ada di tempat ini melihat
mu dengan pandangan liar.!"
Ucap Kiran seraya memakaikan kembali topi
untuk menutupi sebagian wajah Agra sebelum
mereka masuk ke dalam lift khusus.
"Terlihat sekali kalau kau takut kehilangan ku.
Apa kau sudah jatuh cinta padaku Nona Kiran.?"
Goda Agra sambil menatap Kiran dengan
seringai senyum kecil di bibirnya.
"Jangan terlalu percaya diri Tuan Agra..aku
hanya merasa risih saja melihatnya !"
Ketus Kiran sambil kemudian masuk ke dalam
lift begitu pintunya terbuka. Dengan santai
Agra masuk masih menyunggingkan senyum
menggodanya. Kiran melirik , menatap jengah
kearah Agra.
"Memangnya kenapa kalau aku cemburu.?
bukankah aku punya hak untuk itu.?"
Kesal Kiran sambil mengerucutkan bibirnya
membuat Agra tidak tahan.
"Tentu saja, itu adalah hak paten mu sayang.!"
Cup !
Tanpa permisi Agra langsung mengecup bibir
itu membuat Kiran melebarkan matanya.
"Agraa..apa kau bisa menjaga sikapmu, kita
ini ada di tempat orang.!"
Kesal Kiran seraya memalingkan wajahnya
yang bersemu merah. Sedang Agra tampak
santai saja, mengulas senyum tipis, puas.
"Kau yang memancing ku melakukan itu.!"
"Iihh..kau ini ya..!"
"Kita sudah sampai, ayo keluar..!"
Agra menarik tangan Kiran begitu pintu lift
terbuka, Kiran hanya bisa mengikuti nya.
"Mari ikuti saya Tuan.. Nona..!"
Sambut Tata begitu melihat kemunculan
Agra dan Kiran yang baru saja keluar dari lift.
Ponsel Agra berdering, Bara menghubungi
nya. Agra melirik kearah Kiran yang masih
berdiri di samping nya, menatapnya.
"Apa kau bisa pergi duluan.? aku akan menerima
panggilan dulu sebentar.!"
"Tapi Agraa.. aku..!"
"Wakil kepala pelayan akan mengantar mu.!
aku janji tidak akan lama. Aku akan segera
menyusul mu.!"
Kiran tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk
perlahan. Agra mendekat, kemudian mengecup
kening Kiran sekilas.
"Pergilah bersamanya.."
Titah Agra seraya melirik kearah Tata.
"Mari Nona.. ikuti saya.."
Tata mengulurkan tangannya dengan sopan membimbing langkah Kiran yang masih terlihat
menolehkan kepalanya hingga sosok Agra tidak
kelihatan lagi. Dia mulai fokus berjalan bersama
dengan Tata menuju paviliun belakang untuk
menemui Nyonya Besar.
Kiran tampak begitu takjub melihat semua
kemegahan dan keindahan bangunan yang
di laluinya selama menuju ke paviliun belakang.
Hatinya sedikit ragu dan gugup mengingat dia
akan menemui salah satu orang yang memiliki
kehormatan dan nama besar di kalangan elite.
Dia menghentikan langkahnya begitu sampai
di taman belakang dimana saat ini Nyonya
Ambarwati sedang menikmati sarapan pagi.
Wanita yang sudah cukup sepuh itu tampak
berpenampilan rapi, dengan sanggul besar
dan pakaian tradisional nya. Di sekeliling nya
berdiri rapi beberapa pelayan wanita dengan menundukkan kepala, senantiasa bersiaga
jikalau ada sesuatu yang di titahkan oleh
Nyonya Besar nya itu.
"Mari Nona..anda bisa menemui Nyonya
besar sekarang."
Tata kembali mengingatkan Kiran yang kini
semakin merasakan kegugupan, jantung nya
pun tiba-tiba saja berdetak tidak beraturan.
Dengan perlahan dan bersikap tenang Kiran
kembali melangkah. Saat ini dia mengenakan
gaun terusan di bawah lutut yang sangat cantik
dan anggun. Terlihat begitu cocok membalut
tubuh indahnya dengan wajah di biarkan polos,
hanya menggunakan pelembab bibir saja.
Rambutnya tergerai bebas, semula Kiran berniat
untuk mengikatnya, namun dia mengurungkan
niatnya ketika menyadari banyak tanda merah
yang menghiasi leher jenjangnya itu akibat aksi
liar Agra semalam.
"Selamat pagi Nyonya..."
Sapa Kiran dengan suara yang sangat lembut.
Dia berdiri anggun di hadapan Nyonya Ambar.
Membungkukan badan nya sedikit dengan
gestur tubuh yang luwes dan halus.
Wanita berumur 70 tahunan yang masih terlihat
segar dan bugar itu melihat kearah berdirinya
Kiran, menatapnya dalam diam tanpa ekspresi.
Kembali acuh menyeruput teh hijau nya.
"Maaf kalau saya mengganggu waktu sarapan
anda.."
"Siapa dia.? kenapa orang asing di biarkan
masuk ke rumah ini !"
Deg !
Jantung Kiran seakan tertumbuk benda keras.
Wajahnya terlihat sedikit memucat. Tata maju
lebih dekat pada Nyonya Ambar.
"Dia gadis yang kemarin tertabrak Nyonya Besar."
Ucap Tata dengan suara yang sangat pelan.
"Lalu.. kenapa dia kesini.? siapa yang memberi
nya izin datang kesini.!"
Kiran semakin merasa tidak enak hati.
"Maafkan saya Nyonya karena telah lancang
menganggu kenyamanan anda.."
Lirihnya pelan dengan kepala yang semakin
tertunduk. Nyonya Ambar memalingkan wajah
nya kearah kolam, kembali menyeruput teh nya.
"Ada perlu apa, cepat katakan.! Aku tidak
terbiasa menerima tamu tidak di undang.!"
Ketus Nyonya Ambar dengan suara yang
terdengar begitu kesal. Kiran menarik napas
perlahan mencoba menenangkan diri dan
mengontrol emosi nya.
"Saya hanya ingin berterimakasih karena
Nyonya telah sudi memberikan pertolongan
kepada saya hingga saat ini saya baik-baik
saja , terimakasih banyak..!"
"Kalau begitu kau boleh pergi sekarang.!"
Deg.!
Jantung Kiran kembali terguncang hebat. Dia
mengangkat wajahnya sedikit, tidak di sangka
kedua mata mereka bertemu, saling menatap
dan bertarung di udara..
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*