Novel ini udah revisinya kalau masih ada kesalahan kata harap maklum🤗
Bismillahirohmanirohim.
Jihan gadis yang sudah dikhianati oleh sahabat sekaligus orang yang sangat dia cintai di hari-hari yang masih berduka di keluarganya.
Bahkan setelah pernikahan sahabat dan mantanya, Jihan sering mendapatkan sindiran dari orang-orang sekitar.
Sampai dia memutuskan pergi dari kampungnya untuk mecari kerja di kota.
Siapa sangka dia akan bertemu dengan seorang anak perempuan jenius yang akan dia asuh.
penasaran sama ceritanya yuk kepoin kisah Jihan, hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Dilema
Bismillahitohmanirohim.
Hari pernikahan Radit dan Elsa sudah semakin dekat, anehnya Radit sama sekali tidak bersemangat untuk menyambut hari bahagianya. Bukankah setiap orang yang akan menikah selalu merasa bahagia? Apalagi dia menikah dengan pilihannya sendiri. Sayang sekali berbeda dengan Radit.
Semakin dekat hari pernikahannya dengan Elsa, dia berharap hari itu tak akan pernah Radit temui, hari pernikahan yang semakin dekat membuat Radit semakin ragu untuk menikah dengan Elsa. Semua sudah terlambat bukan? kenapa Radit baru menyadari sekarang? sedangkan hari H hanya tinggal menghitung jari saja.
Rasanya Radit ingin sekali membatalkan pernikahnya ini, tapi apa yang bisa Radit gunakan untuk alasannya. Pikiran Radit sudah buntu, dia tak menemukan alasan apapun. Walaupun dia orang kaya, tapi orang tuannya selalu mengajarkan untuk bertanggungjawab disetiap langkah yang dia ambil, maka dari itu Radit harus mempertanggungjawabkan semuanya.
Radit temenung sendiri di dalam kamarnya, "Astagfirullah, maafkan aku Ya Rabb, tapi aku benar-benar ragu untuk menikah dengan Elsa, aku mohon berikanlah jalan keluar." Doa Radit yang sudah mulai dilema.
"Jika memang dia jodohku maka mantapkanlah hati ini dan buanglah pikiranku terhadap perempuan lain."
Benar, akhir-akhir ini Radit selalu memikirkan Jihan, Jihan, Jihan dan Jihan. Dia seperti orang gila setiap memikirkan pengasuh anaknya itu. Sudah 3 hari Radit selalu menghindar dari Jihan, tapi tetap saja sekuat apapun dia menghindar hanya Jihan yang ada diotaknya..
Ketulusan Jihan benar-benar membuat Radit ingin mengenal gadis desa itu lebih jauh lagi, bukan hanya sebagai pengasuh anaknya. Yah, mungkin juga istri. Sayangnya mungkin Radit sudah tak bisa untuk menjadikan Jihan istri.
Radit bangkit dari kasurnya, jika seperti ini dia harus menengakan pikirannya terlebih dahulu.
Radit turun ke lantai bawah dan orang pertama yang Radit lihat adalah Jihan.
Deg, deg, deg.
Radit tak tau kenapa jantungnya berpacu lebih cepat setiap kali melihat Jihan, padahal Jihan lebih sering menundukan kepalanya, kalau bertemu dengan Radit.
"Eh, ayah mau kemana?" sapa Jihan.
Kini Jihan sudah tak seberapa takut lagi dengan Radit. Karena akhir-akhir ini Radit sering bersikap baik padanya dan Radit tak lagi menggunakan suara dingin saat berbicara dengan Jihan.
"Mau keluar sebentar," jawab Radit. "Oh iya Jihan, Nafisa dimana?"
Radit tetap bisa menyembunyikan perasaannya yang berdebar saat berhadapan dengan Jihan. Radit jadi penasaran apakah Jihan meraskan apa yang saat ini dia rasakan..
"Ada di taman yah, sedang bermain dengan Caca dan kak Ayu."
Radit melihat Jihan membawa cemilan dan minuman, dia tau itu pasti untuk anak dan adiknya, tapi mulut Radit gatal sekali ingin bertanya.
"Cemilan untuk mereka?" Radit benar-benar tak bisa menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan pertanyaan.
"Iya yah."
"Yasudah ayo kesana." Ajak Radit, dia berjalan lebih dulu.
Mau tidak mau Jihan mengikuti Radit, dia berjalan pelan dibelakang Radit. Lupa sudah Radit jika tadi niatnya dia ingin pergi.
Di taman Ayu dan Nafisa sedang bermain dengan Caca, kedunya sibuk mengelus bulu si harimau putih yang sangat lembut itu.
Netra Ayu tak sengaja melihat ke arah pintu menuju taman, dia melihat Jihan dan kakaknya jalan seiringan tapi Jihan berjalan sedikit lebih jauh di belakang Radit.
"Nafisa coba lihat." Ujar Ayu, pandangan Ayu tak teralihkan dari pintu menuju taman.
Sontak Nafisa langsung mengikuti arah pandang Kak Ayu. Nafisa mengembangkan senyum melihat ayah Radit dan mbak Jihan menuju tama bersama. Senyum itu benar-benar terukir disudut bibir Nafisa, jika Ayu melihatnya mungkin dia akan mengejek keponakan satu-satunya itu. Tapi Ayu tak melihat adegan itu, karena netranya sibuk melihat raut wajah sang kakak yang terlihat bahagia saat berada di sebelah Jihan.
"Orang aneh." Gumun Ayu.
Ayu menoleh pada Nafisa, "Nafisa lebih setuju ayah menikah dengan mbak Elsa atau mbak Jihan?"
"Mbak Jihan!" jawab Nafisa mantap, tidak ada keraguan sama sekali saat dia menjawab mbak Jihan.
"Benarkah? Aku juga setuju mbak Jihan menikah dengan ayah, sayangnya ayah Radit sudah mau menikah dengan wanita itu." Lesu Ayu.
Nafisa menoleh pada kak Ayu, senyum licik terbit dibibir bocah itu.
"Kak Ayu aku ada sebuah rahasia, aku juga bisa membuat ayah dan mbak Jihan menikah."
"Kamu serius?" mata Ayu langsung berbinar.
"Tentu, aku sudah menyusun rencana ini sejak lama, apalagi melihat ayah seperti menyukai mbak Jihan." Terang Nafisa.
Mendengar penjelasan Nafisa, Ayu sangat bahagia, tapi tak berselang lama kebahagian itu meredup.
"Tapi bagaimana dengan mbak Jihan? Memang dia suka dengan ayah? selama ini aku tidak bisa membaca gerak-gerik mbak Jihan, seperti apa perasaannya pada ayah. Kita tidak bisa memaksa mbak Jihan." Tutur Ayu.
"Kak Ayu tenang saja, sini aku bisikan sesuatu, tapi ingat kak Ayu harus tutup mulut dan jangan disebarkan kesiapapun sebelum hari pernikahan itu tiba."
"Siap bos kecil."
"Good."
Lalu Nafisa membisikkan sesuatu pada Ayu, tidak tau apa yang mereka bicarakan, hanya Ayu dan Nafisa yang mengetahui rencana mereka intinya tidak ada yang boleh tau selain mereka berdua. Tepat saat kedunya sedang berbisik Radit dan Jihan sampai didekat keduanya.
"Kalian lagi bisik-bisik apa?" tanya Radit.
Tak ada yang menjawab pertanyaan Radit baik Nafisa maupun Ayu.
Jihan menggelengkan kepalanya. "Kak Ayu, Nafisa, tak baik seperti itu ayah sedang bertanya." Tegur Jihan.
"Tidak membicarakan apa-apa." Sahut Ayu akhirnya.
Jihan duduk di hadapan Ayu dan Nafisa, diikuti Radit, jika seperti ini mereka seperti keluarga kecil dan Ayu anak pertama mereka, apalagi badan Ayu yang kecil membuat dia tak terlihat seperti anak SMA.
"Mbak Jihan aku mau es cream."
"Maaf Nafisa es cream yang ada di kulkas sudah habis." Jihan merasa tidak enak.
"Yah." lesu Nafisa.
"Padahal aku juga mau es cream." Sambung Ayu.
"Biar ayah belikan saja bagaimana." Tawar Radit.
Ayu dan Nafisa sama-sama mengangguk, walaupu tak mendapatkan jawaban dari kedunya, tapi Radit sejang setidaknya Nafisa dan Ayu setuju dengan usualnya. Radit segera menuju mini market yang tak jauh dari rumahnya, tapi tetap saja harus menggunakan kendaraan.
Sampai di mini market Radit segera membeli es cream untuk Nafisa, Ayu dan tak lupa juga untuk Jihan. Radit juga membeli beberapa cemilan, setelah selesai membayar Radit langsung menuju mobilnya, baru akan masuk mobil Radit melihat Elsa bersama seorang laki-laki.
Deg!
"Itu benar Elsa?" tanya Radit tak tau pada siapa.
Bukannya sakit hati dia malah senang melihat Elsa bersama laki-laki lain begitu mesra. "Aku punya alasan untuk tak menikah denganya, tapi laki-laki itu siapa? Aku harus mencari taunya." Ujar Radit.
Radit memotret Elsa dan laki-laki yang tak Radit kenal, karena orang itu memunggungi Radit.
banyak kata yg typo, banyak kata yg tidak sesuai maksud dan penempatannya...