Kehidupan Fania yang awalnya penuh dengan warna. Dan kebahagian, tiba-tiba saja kebahagiaan itu pergi menghilang bersama orang yang ia sayangi.
FANIA: mengapa kamu akan meninggalkanku untuk selamanya, Basjara? katanya kamu mencintaiku dan berjanji tidak akan meninggalkanku, lalu dimana janjimu itu?
BASKARA: maafkan aku, Fania! ini sudah menjadi takdir kita. tolong berbahagia! kamu masih bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dariku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butterfly56, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
.
Fania pun lega ketika Baskara tak memarahinya. Fania pikir Baskara akan marah besar, ternyata tidak. Fania kini memegang tangan Baskara.
Fania terus menatap mata Baskara yang sedang menatapnya.
"Kamu gak marah?" tanya Fania.
"Iya sayang aku tidak marah. Lagi pula itu tidak penting bagiku" ucap Baskara.
'Namanya juga orkay, pasti bilangnya gitu. Kalo aku yang kehilangan pasti udah nangis ampe sebulan' batin Fania.
Kini hari sudah mulai sore, waktunya Fania dan Baskara untuk membersihkan diri. Baskara mengajak Fania membersihkan diri bersama. Fania pun mau.
Fania dan Baskara sudah didalam kamar mandi. Disana mereka hanya menggunakan handuk saja untuk menutupi. Tiba-tiba saja Baskara menyentuh dada Fania. Dan Baskara membuka handuk yang dipakai Fania.
Baskara meremas dada Fania. Fania hanya diam saat Baskara meremas dadanya. Setelah itu Baskara melepas handuknya sendiri. Dan terlihatlah benda pusakanya yang besar, tegak, dan berurat.
Baskara kini mulai memandikan Fania. Sesekali dia mengelus rahim Fania, membuat Fania merasa geli. Baskara kini akan memasukkan jarinya ke dalam rahim Fania. Kini jari itu sudah mulai masuk secara perlahan.
Fania hanya menahan rasa geli dan sedikit rasa sakit. Baskara menghentikan dan mengeluarkan tangannya dari sana. Sekarang Baskara kembali memandikan Fania.
Setelah selesai, Baskara mulai membersihkan dirinya. Baskara melihat Fania yang berada di depannya terus melihat benda pusaka miliknya. Baskara langsung mengambil tangan Fania, dan meletakkan nya disana.
Tangan Fania saat ini sedang memegang benda besar itu. Dan sesekali Fania mengelus nya. Baskara hanya fokus menggosokkan sabun di badannya. Setelah mereka selesai mandi bersama.
Baskara dan Fania kini keluar dari kamar mandi. Baskara melihat Fania yang akan menggunakan pakaian. Baskara langsung mendorong tubuh Fania sampai terjatuh di ranjang.
Baskara menidurkan badannya di samping Fania. Disana Baskara memasukkan benda besar dan tegak itu ke dalam rahim Fania. Fania kini menahan rasa sakit, dan itu sangat sakit.
Fania sering mendesah ketika Baskara memasukkannya dengan kencang. Dan akhir nya keluarlah cairan putih lengket didalam sana. Baskara mengeluarkan benda pusakanya secara perlahan.
Baskara dan Fania sekarang mulai memakai bajunya. Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetok pintu kamar mereka.
Tok! Tok! Tok!
"Tuan! Nyonya! Makan dulu, ini sudah sore. Saya sudah memasak makanan untuk kalian" teriak Bi Aruna dari luar.
"Iya, Bi. Nanti kita makan" jawab Fania.
Fania melihat ke arah Baskara. Begitupun Baskara, kini Baskara juga sedang menatap Fania. Fania menyuruh Baskara agar cepat memakai pakaiannya. Setelah selesai, mereka segera turun kebawah untuk makan.
Disana sudah tersaji kan beberapa masakan sayur, dan ada lauk-lauknya. Fania mencium bau harum dari masakan itu. Baskara juga mencium bau harum masakan. Fania segera mendudukan dirinya dikursi.
Fania kini mengambilkan makanan untuk Baskara. Fania mengambilkan makanan itu cukup banyak.
"Jangan banyak-banyak, Sayang. Nanti aku ke kenyangan" kata Baskara.
"Gapapa dong, biar kamu tambah gede badan kamu. Biar nanti perut sixpack mu tambah menggoda" jawab Fania.
Fania menaruh makanan yang ia ambil didepan Baskara. Tiba-tiba saja Baskara memberikan makanan itu kepada Fania kembali. Fania pikir Baskara tidak mau memakannya. Ternyata dia minta untuk disuapin oleh istri tercintanya.
"Suapin Sayang. Masa suami sendiri disuruh makan sendiri sih, tega banget" Baskara memanyunkan bibirnya.
"Dasar suami manja" jawab Fania ketus.
"Ya gapapa manja sama istri sendiri. Dari pada sama istri orang kan, nanti kamunya marah"
Tiba-tiba saja, satu sendok melayang dikepala Baskara. Ya, Fania telah melemparkan sendok itu di kepala Baskara. Kini Baskara merasakan sakit di kepalanya karena sendok itu.
"Sayang! Kok kamu gitu sih? Jahat banget sama suami sendiri. Nanti aku nangis loh" Baskara kini mengerucut kan bibirnya.
"Makanya jangan bilang kaya tadi lagi. Awas aja, nanti bakal aku tendang sampe Mars kamu" jelas Fania kesal.
Baskara hanya diam. Kini Fania mulai menyuapi Baskara. Fania menyendok makanan itu dengan porsi yang banyak agar Baskara susah untuk memakannya.
"Kok banyak banget gitu. Ya gak muat dong di mulutku, Sayang. Emang kamu pikir mulut ku ini apa?"
"Udah diem! Nih makan sendiri nih" ucap Fania merasa kesal.
"Iya iya enggak. Aaaa... " Baskara membuka mulutnya dengan lebar.
Baskara kini disuapin oleh Fania. Tak lama kemudian, Fania sudah selesai menyuapi Baskara. Kini gantian Baskara menyuapi Fania. Baskara dan Fania pasangan yang romantis.
Setelah mereka selesai makan, piring-piring kotor itu dibersihkan oleh Bi Aruna. Sekarang Fania sedang memainkan ponselnya. Tiba-tiba saja, Fania kebelet kencing. Dia segera ke toilet dan menaruh ponsel itu di meja makan.
Baskara melihat ponsel Fania yang berada di meja. Dia langsung mengambil ponsel itu. Baskara membuka semua aplikasi yang ada diponsel Fania. Baskara curiga jika Fania akan menyimpan laki-laki lain selain dirinya.
Ternyata semuanya terpantau aman. Baskara merasa lega ketika Fania menjadikan dirinya satu-satunya laki-laki yang ada didalam hidup Fania. Baskara kembali meletakkan ponsel Fania diatas meja.
Tak lama kemudian, Fania sudah kembali dari toilet. Fania kini mendudukkan dirinya dikursi samping Baskara. Tiba-tiba saja, Baskara memegang kedua tangan Fania dengan erat.
Baskara mendekatkan wajahnya di hadapan Fania. Dan...
Cup!
Baskara mencium bibir Fania dengan lembut. Ciuman itu sangat hangat, dan nyaman. Baskara mengelus-elus rahim Fania. Tiba-tiba saja Bi Aruna datang dan melihat itu.
"Eh maaf Tuan, Nyonya. Sa-saya tidak bermaksud melihat kalian. Saya hanya ingin mengambil piring yang tertinggal" jelas Bi Aruna.
Bi Aruna mengambil piring itu dengan cepat. Dan berlari menuju ke dapur. Fania hanya tertawa ketika melihat tingkah laku Bi Aruna.
"Lucu ya Bi Aruna. Kamu sih Sayang, gak lihat tempat dulu. Kita tuh ada di ruang makan bukan dikamar" ucap Fania merasa kesal.
"Yaudah ayo kita ke kamar. Tapi lakuin itu lagi" kata Baskara.
"Gamau ah. Kamu mah gak asik, dikit-dikit gitu dikit-dikit gitu" omel Fania.
Baskara hanya diam. Dia tak mengatakan apapun. Kini Baskara memainkan ponselnya. Tiba-tiba ada seseorang yang menelepon Baskara.
panggilan dalam telepon\>
"Hallo Tuan Baskara" ucap seseorang itu.
"Ini diluar ada Dion yang ingin masuk. Apakah boleh Tuan?" tanya seseorang itu dari dalam telepon.
"Persilahkan dia masuk. Saya juga ingin bertemu dengannya" ucap Baskara.
"Baik Tuan"
Baskara langsung mematikan telepon itu. Kini Baskara berdiri dari duduknya.
"Ayo sayang. Kita bukakan pintu untuk Dion. Dion akan kesini" ucap Baskara.
"D-dion? Ngapain dia kesini?" tanya Fania.
"Aku juga tidak tahu Sayang. Ayo kita bukakan pintunya dulu"
Kini Baskara dan Fania membukakan pintu untuk Dion. Sekarang Dion sudah masuk kedalam rumah Baskara, dia sedang duduk di sofa ruang tamu. Disana mereka hanya terdiam tak mengatakan apapun.
Beberapa menit kemudian, Baskara membuka suara hingga mereka tidak saling terdiam.
"Ada apa kamu kemari? Apa kamu belum puas menggangu kami Dion?" tanya Baskara kepada Dion.
"Aku kesini hanya ingin meminta maaf. Maaf karena aku sudah menganggu kalian. Maafin aku ya Fania, karena aku sudah memperlakukanmu dengan tidak baik" ucap Dion benar-benar meminta maaf dengan tulus.
"Hm! Gimana ya, gua ragu sama lo. Takutnya nanti setelah lo kita maafkan, lo bakal ngulangin kesalahan yang sama" kata Baskara.
"Enggak Baskara! Gua bener-bener nyesel. Plis maafin gua ya. Maafin gua ya Fania" ucapnya.
Fania hanya menganggukkan kepalanya. Tapi tidak dengan Baskara, Baskara hanya diam saja. Dan itu membuat Dion merasa takut jika Baskara tidak akan memaafkannya.
"Lo mau kan maafin gua Baskara? Plis maafin gua, gua janji bakal berubah"
"Gua masih ragu sama lo. Sementara waktu gua bakal uji lo dengan beberapa tantangan. Kalo lo udah bener-bener berubah. Gua bakal maafin lo" jelas Baskara.
"Iya-iya. Gua bakal lakuin apapun agar lo bisa maafin gua" ucap Dion.
"Oke bagus. Sekarang lo udah boleh pulang" kata Baskara.
Sekarang Dion pergi meninggalkan rumah Baskara dan Fania. Dion sangat gembira ketika Fania sudah mau memaafkannya. Dion akan berusaha terus agar Baskara mau memaafkannya.
Kini Baskara menyalakan TV nya. Dia dan Fania sekarang menonton film bersama. Film itu tidak menyeramkan bagi Baskara. Tapi bagi Fania itu sangat menyeramkan.
Tiba-tiba saja didalam film itu untuk hantu hantu yang menyeramkan. Fania langsung menaruh wajahnya dibelakang Baskara agar tidak melihat hantu itu.
Baskara hanya tertawa kecil. "Gitu aja takut"
"Dih ya suka-suka aku lah. Dari pada kamu waktu pulang malem-malem sendirian ga berani"
"Hsstt! Diem!" perintah Baskara.