NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:207.4k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Sudah Tamat

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

"Maaf, Pak. Ada keperluan apa bapak memanggil saya ke sini?" tanya Hasya. Wajahnya menunduk karena dia merasa sedikit takut dengan dosennya ini.

"Kamu tahu kesalahan kamu?"

"Ya, Pak. Saya terlambat dan menyadari itu,"

"Kenapa bisa terlambat? Bukankah kamu sudah tahu kalau ada kelas pagi,"

"Sangat tahu, Pak. Tapi ada sedikit kendala saat berada di perjalanan," jawab Hasya.

"Sebagai hukumannya saya meminta kamu untuk menjadi asisten saya mulai saat ini." ucapnya tegas.

Deg!

"M-mohon maaf, Pak. Lebih baik dikurangi nilai saja, dari pada menjadi asisten bapak, soalnya saya belum mampu," Hasya terpaksa berbohong, dia hanya takut tidak diizinkan oleh Bara.

"Nilai kamu bagus, kenapa gak mampu?" tanyanya sedikit nyolot. "Saya akan bayar kamu, sekalian membantu kamu dalah ekonomi. Kamu sempat tertinggal kelas, kan?"

"Iya, Pak. Tapi saya yakin belum mampu kalau untuk menjadi asisten bapak, lebih baik bapak mencari orang lain saja,"

"Kamu benar menolak saya?" tanyanya penuh intimidasi.

Hasya meringis, dia langsung menunduk."Ma-maaf, Pak. Saya gak bisa," wajah Hasya berubah pucat.

Pak Devan itu berdiri, Hasya pun ikut berdiri saat Pak Devan berajalan ke arahnya. "Hasya!" ia menyunggingkan senyumnya. "Kamu adalah mahasiswi populer tiga semester kemarin! Tapi, kamu sombong!"

Deg!

Hasya tersentak, kenapa dengan dosen ini?

"Ja-jangan mendekat!" Hasya mendorong tubuh Devan dengan kuat saat jarak mengikis keduanya. Hasya segera keluar dari kursi dan ia berlari ke arah pintu, namun pintu itu ternyata terkunci.

"Pak! Jangan hanya karena saya menolak keinginan bapak, bapak bisa semena-mena sama saya!" Hasya berkata dengan tegas.

"Siapa yang akan membela kamu?" Devan berbisik.

"Tol...empp!" Devan menutup mulut Hasya.

Gap!

Hasya menggigit telapak tangan Devan dengan kencang.

"Shit!" Devan meremas tangannya karena sakit. "Mau kemana kamu?" Devan tetap menghalangi Hasya, matanya menatap Hasya dengan tatapan yang membuat Hasya merinding. Devan menatap Hasya seperri ingin memakannya.

Hasya mulai panik, dia menggigit-gigit kukunya dan ia gelisah, mencari cara untuk keluar dari ruangan ini.

"Tolong!" Hasya berhasil meminta tolong. "Tolong!" Hasya kembali berteriak. Namun lagi-lagi Devan berhasil menutup mulutnya bahkan posisinya Devan memeluk Hasya dari belakang.

Dug!

Bugh!

Hasya menyikut Devan, kemudian kakinya menendang kebelakang dan tendangannya tepat mengenai bagian sensitif Devan.

"Argh!"

Brug!

Devan terjerembab ke belakang sambil mengerang kesakitan, memegang bagian sensitifnya.

Hasya segera membuka kunci pintu tersebut dengan tangan gemetar.

Ceklek! Dia berhasil membuka pintunya dan

Deg!

"Loh... Hasya! Lo lagi ngapain di sini?" Aurel sudah berdiri di depan pintu.

"Dia habis merayu saya. Benar-benar mahasiswi gak tahu adab! Kamu berperilaku tidak baik kepada saya," Devan berdiri dan membenarkan bajunya. Ia masih meringis, menahan rasa ngilu di bagian intimnya.

Mendengar perkataan Devan, Hasya terbelalak, ia kebingungan. Kenapa dirinya yang disalahkan.

"Aurel!" panggil beberapa temannya. Mereka menghampiri Aurel.

"Ada apa ini?" tanya teman-temannya Aurel yang merupakan temannya Hasya juga waktu dulu.

Hasya mengerutkan dahinya, kenapa bisa kebetulan begini. Apa jangan-jangan sudah direncanakan mereka untuk memfitnahnya.

"Maaf, ya. Saya ikut ke ruangan ini karena bapak yang mengajak saya. Saya menyadari kalau saya terlambat masuk kelas, makanya saya ikut ke ruangan bapak. Kenapa bapak malah membalikan fakta?"

"Kamu sendiri yang masuk ke dalam ruangan saya,"

"Buktikan kalau memang bapak merasa dirugikan! Di sini justru saya yang merasa dirugikan!"

"Dirugikan apa, Hasya? Justru saya yang kamu rugikan. Nama baik saya bisa saja tercoreng di sini..."

"Bapak harusnya berpikir beribu kali, deh, sebelum melakukan sesuatu kalau bapak tidak ingin nama bapak tercoreng. Sudah jelas-jelas bapak sendiri yang melakukan kesalahan. Jika memang Anda seorang dosen yang profesional, Anda tidak melakukan hal di luar batas kepada mahasiswanya. Kita hanya sebatas mahasiswi dan dosen, jadi jangan mentang-mentang Anda seorang dosen, Anda bisa melakukan apa pun terhadap mahasiswa Anda!"

"Hasya! Kenapa kamu melakukan ini sama Pak Devan? Sekarang kamu tambah sombong, mentang-mentang hidupnya udah enak. Gak tahu..."

"Gak tahu terimakasih, begitu, menurut lo, Rel? Justru gue malah mencurigai sesuai dengan adanya kalian di sini, apa kalian udah merencanakan ini?"

Hasya menatap Aurel tidak menyangka. "Gue memberikan fakta, Rel. Lo tahu gue, kan, gue gak akan melakukan itu!"

"Itu dulu..."

"Fix! ada campur tangan lo!" Hasya semakin yakin kalau ini hanyalah jebakan untuknya. Semua karena ketidak sukaan mereka kepadanya.

"Dan, maaf untuk Pak Devan, sekali lagi saya tekankan. Jika Anda seorang dosen yang profesional, Anda tidak akan melakukan hal kotor hanya karena termakan omongan orang lain. Bahkan Anda rela menurunkan harga diri Anda sendiri di depan saya. Ingat! Tuhan itu tidak tidur, ya, Pak! Dan saya yakin malaikat juga mencatat perbuatan yang telah terjadi di dalam! Saya permisi!" Hasya langsung meninggalkan mereka, mengingat kelas kedua akan segera dimulai.

Jadwal kelasnya memang padat, hari ini sampai empat kelas yang dia ambil. Dan yang terakhir ada kelas studio perancangan.

Hasya benar-benar harus ekstra fokus dengan kuliahnya ini, namun selalu saja ada yang membuatnya kesal dan membuat moodnya down, apalagi hari ini adalah hari pertama dirinya haid.

Kelas kedua dan ketiga selesai saat tengah hari. Hasya pergi ke kantin dengan teman barunya yang bernama Emi, dia lebih memilih berteman dengan teman barunya dari pada harus kembali kepada Aurel.

Dengan Aurel, dia memang mempunyai hutang budi, mereka yang merangkulnya sejak SMP. Tapi kalau Aurelnya bersikap tidak baik kepadanya, mungkin saja Hasya akan memberi jarak dari pada mentalnya harus bertambah parah.

"Kak Hasya, kamu pintar sekali dalam persentasi, padahal dosen hanya menjelaskan satu kali." Emi memulai obrolan. Orangnya seru kalau diajak ngobrol, makanya Hasya merasa nyaman.

"Biasa aja, Emi. Bakat terpendam. Hehe," Hasya terkekeh.

"Bolehlah sesekali kita diskusi,"

"Boleh saja, cuma hari ini mood aku lagi ambyar, jadi bisa besok lagi, ya. Apalagi nanti dore ada kelas studio, aku belum memikirkan apa yang akan terjadi."

"Benar juga," Jawab Emi. Keduanya tudak banyak berbicara lagi, mereka fokus untuk makan siang.

"Lihat, si Hasya temanan sama si Emi? Gak level banget!" suara itu terdengar oleh Hasya. Dia hanya melirik sebentar, kemudian ia kembali fokus makan sampai habis.

"Sepertinya yang gue hadapi sekarang bukan keluarga gue, tapi teman-teman gue," gumam Hasya. Ia membuang napasnya kasar, kemudian menyeruput es jeruknya.

"Dia punya duit dari mana? Kok, sekarang dia bisa jajan, padahal waktu dulu dia sangat anti jajan. Bahkan gue masih ingat kalau dia makan sering sama mie yang dibagi dua dan kadang juga dia beli keripik singkong atau kentang yang dua ribuan untuk lauk makannya," Hasya mengepalkan tangannya, dia merasa geram. Siapa yang membocorkan semua itu, padahal dia tidak pernah memberitahu siapa-siapa lagi.

Hasya memilih mengajak Emi pergi setelah membayar makanannya. Ia mengajak Emi ke tempat lain yang tempatnya tidak banyak orang.

Melihat kepergian Hasya, Aurel dan kawan-kawan merasa puas. "Udah, yuk! Sebentar lagi kelas," mereka menyudahi nongkrongnya. Kemudian mereka menuju kasir.

"Pesanan kakak sudah dibayar," ucap kasirnya.

"Saya baru mau bayar, Kak."

"Sudah dibayar, Kak. Sama kakak yang duduk berdua di meja sana," kasir itu menunjuk meja yang diduduki oleh Hasya tadi.

Mereka menutup mulutnya tidak percaya. "Tidak mungkin!"

"Ta-tapi..."

"Sudah ya, Kak. Yang lain juga mau membayar,"

Mereka pun pergi dari sana dan berjalan menuju kelas mereka.

***

"Hallo, Sayang. Sudah makan siang?"

"Sudah,"

"Bagaimana kelasnya?"

"Baik,"

"Kalau baik, kenapa jawabnya singkat-singkat? Kamu gak papa, kan?"

"Gak papa, aku lagi gak mood aja," jawab Hasya lagi. Ia juga tidak ingin membuat Bara khawatir.

"Semangat, ya. Sebentar lagi ketemu aku. Nanti aku jemput,"

"Terimakasih mood boosternya,"

Blus! Wajah Bara memerah, andaikan Hasya melihatnya sudah pasti akan menjadi bahan ledekan oleh Hasya.

"Kelas akan dimulai, aku tutup dulu, ya?"

"Oh, oke, Sayang. Tetap semangat, ya. I love you,"

Deg

Deg

Deg

Jantung Bara berdebar kencang, menunggu jawaban dari Hasya.

"Too," jawab Hasya singkat.

"Aaa!" Bara berteriak, hampir saja ia salto di ruangannya, namun tiba-tiba Arsen masuk.

"Shit! Lo gangguin gue aja!"

"Lo lagi kenapa? Kaya habis dapat durian runtuh aja?"

"Lebih dari itu," jawab Bara santai.

"Bagi gue, dong."

"Gak akan!" Bara menaruh ponselnya ke laci.

***

"Kak Hasya! ini kak Hasya bukan?" Emi melihatkan sebuah artikel di berita kampus hari ini. Tangan Hasya mengepal, melihat apa yang diberitakan.

Bersambung

1
Amoy Ima
bara kok gercep amat ya,,,,ada maksud apa sih sebenar nya
Amoy Ima
banyak typo nya,,,,
Sunarmi Narmi
AUREL JODOHIN AJA SAMA ARSEN THOR BIAR SAUDARAAN JUGA SAMA HASYA
Mazree Gati
kuliyah tp oon bin goblok bukan polos tp bikin malu
Mazree Gati
aris goblok,,abaeka suara hp tolol, keburu ketahuan oon
Mazree Gati
menderita mulu jadi iffil bacanya, masa di kantor masih ktmu
Mazree Gati
isinya orang tolol,,,emosian doang
Sabrina Azzahra
kejutan buat bara mungkin ya 🤔🤔
Nur Adam
smgt untuk krya mu thoor crita bgs
Ijah Khadijah: Terimakasih, Kak
total 1 replies
Rini Maryani
mksh thoor bgs ceritanya salam sehat
Ijah Khadijah: Terimakasih, Kakak.🙏🥰
total 1 replies
Rini Maryani
lanjut thoor semangat
Ijah Khadijah: Siap kak, terimakasih🙏
total 1 replies
Rini Maryani
lanjut thoor
kori fvnky
Lumayan
kori fvnky
Kecewa
Alif
kapok loe nglayanin suami sendiri aja ngeles dan bnyak alasan klo begok itu mbok jgn kterusan di ajak ke resto ikut rapat gk mau giliran ada tlfn dr orang lain main nylonong gk pamit ya klo kuat pinter bea diri bisanya cm nangis
Mazree Gati: biar rasa dia,,itukan kemauan author biar tambah menderita
total 1 replies
Alif
sumber keuangan lah padahal dia sendiri kan kerja
Nisba Yohanis
👍👍👍🥰🥰
Nisba Yohanis
ngapain lagi keluarganya datang
Nisba Yohanis
semakin keren ceritanya🥰
Ijah Khadijah: Terimakasih kakak🙏
total 1 replies
Nisba Yohanis
makin tertarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!