Rebecca Alveansa adalah seorang model cantik yang lagi naik daun. Karir yang bagus harus terhenti sejenak karena kejadian yang tak terduga.
Ia terjebak cinta satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya, sehingga membuatnya hamil dan melahirkan dua bayi kembar yang terpaksa ia rahasiakan keberadaannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah pria itu? Apakah sang bayi dapat bertemu dengan sang Ayah? Baca kisahnya hanya di sini ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRSM 33
Rebecca pergi menuju ke toilet. Jantungnya berdegup kencang. Dia selalu gemetar setiap ada pria yang mendekatinya secara intens.
"Oh, jantungku! Apa yang terjadi padaku? Apa aku masih normal? Selama ini aku selalu menjaga jarak dengan seseorang. Sejak terikat kontrak dengan si Brengsek itu, aku tidak berani berdekatan dengan pria lain. Mario dan Reigner dua pria yang sangat berbeda," gumam Rebecca dalam hati. Dia berdiri sembari menatap cermin.
"Semoga Mario tidak murka. Jika dia tahu aku pergi dari California, hidupku pasti tidak aman. Sedangkan aku ingin lepas dari jeratnya. Mario terlalu mengerikan untukku."
Rebecca terus bermonolog dalam hati. Ada keraguan dalam hatinya. Sosok Mario belum tahu kalau Rebecca mempunyai seorang anak. Status lahir Excel dan Evelyn dia limpahkan pada Paulina. Jadi hal itu tidak ada yang tahu. Ancaman Mario yang akan memenjarakannya jika memutus kontrak terus berputar dalam pikiran Rebecca. Dia takut kalau Mario nekat menyakiti kedua anak kembarnya.
"Aku akan menghadapi semua ini. Excel dan Evelyn butuh perlindungan. Mereka memang membutuhkan seorang Ayah. Aku tidak bisa terus menyembunyikan identitas mereka. Excel, Evelyn, maafkan Mommy sudah menyulitkan hidup kalian."
Rebecca mencuci mukanya di wastafel. Dia tidak ingin terlihat sedih lagi. Selengkapnya mencuci muka, Rebecca keluar dari toilet. Dia melihat Reigner yang masih terjaga dengan laptopnya. Rebecca kembali duduk dan bersiap untuk tidur.
Reigner melirik Rebecca yang sedang menuju ranjang. Ada satu bed berukuran sedang dalam ruang rawat Excel dan digunakan untuk beristirahat. Rebecca mulai merebahkan tubuhnya lalu menarik selimut.
Pria itu memperhatikan Excel dan juga Rebecca yang sudah tertidur. Dia meletakkan laptopnya di meja dan berjalan menghampiri putranya yang tertidur lelap. Dia membelai wajah Excel lalu mencium dahinya.
"Daddy akan selalu berusaha untuk mendapatkan hatimu, Nak!" ucap Reigner pelan.
Setelah itu Reigner kembali ke sofa untuk tidur karena hari semakin larut. Dia merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Namun beberapa menit kemudian, Reigner tidak bisa tidur. Dia tidak terbiasa tidur di sofa. Lalu, Reigner memutuskan untuk pindah ke kasur dimana Rebecca sedang tidur.
Reigner naik ke atas kasur, lalu merebahkan tubuhnya di samping Rebecca. Dia menatap wajah cantik yang polos tanpa riasan itu. Reigner tersenyum tipis sembari menyibak rambut yang menutupi wajah Rebecca.
"Cantik, bodohnya aku jika tidak bisa mendapatkan mu," ucap Reigner dalam hati. Setelah itu Reigner pun tertidur di samping Rebecca hingga pagi.
Keesokan Harinya.
Evelyn sedang berjalan dengan sang Nenek menuju ke ruangan Excel. Teresa membawa sarapan pagi untuk cucu dan calon menantunya. Sesampainya di depan pintu, Evelyn langsung masuk ke dalam. Dia melihat Kakaknya masih tertidur, dan yang lebih mengejutkan lagi Evelyn melihat Ibu dan Ayahnya sedang tidur dalam satu ranjang dengan saling berpelukan.
"Mommy, Daddy," seru Evelyn pelan dan nyaris tanpa suara.
"Ada apa, Sayang?" tanya Teresa penasaran.
"Grandma, look! Daddy dan Mommy mereka tidur bersama," bisik Evelyn senang.
Teresa terkejut melihat pemandangan yang sangat romantis. Meski dia tahu itu adalah ketidaksengajaan. Namun cukup manis untuk dilihat.
"Biarkan Daddy dan Mommy tidur. Lebih baik kita tunggu mereka sampai bangun. Yuk kita duduk di sofa, Sayang!" Teresa mengajak Evelyn duduk di sofa. Evelyn pun menuruti permintaan Neneknya. Dia duduk di sofa dan menunggu mereka semua bangun.
Lima belas menit kemudian, Excel bangun dari tidurnya. Dia duduk dan mendapati Evelyn yang sedang bermain iPad. Excel menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sang Ibu.
"Mommy, Mommy, where are you, Mom?" panggil Excel pada Ibunya.
Evelyn langsung turun dari sofa dan meminta Excel untuk diam. "Kakak, jangan berisik. Mommy masih tidur, jangan ganggu Mommy! Okey! Kakak butuh apa? Biar adikmu yang manis ini melayanimu."
"No, aku tidak mau dilayani adik jelek sepertimu. Aku hanya ingin Mommy! Minggir sana! Mom, Mommy!" Excel terus memanggil Ibunya dan dia juga mengabaikan Evelyn. Excel masih kesal karena sang adik telah melupakannya.
Evelyn mendengus kesal karena sikap Excel yang menyebalkan. Dia kembali duduk di sofa dengan menghentakkan kakinya. Tak lama kemudian, Rebecca terbangun karena mendengar suara Excel yang memanggilnya.
Rebecca mengerjapkan kedua matanya dan merasakan ada sesuatu yang berat berada di pinggangnya. Rebecca pun membuka matanya lebar, dia melihat wajah Reigner tepat di depannya. Bahkan hembusan nafasnya begitu terasa. Ternyata, Reigner tanpa sadar sedang memeluk Rebecca.
Hal itu membuat Rebecca panik. Dia segera melepaskan diri dari pelukan Reigner. Suara Excel pun kembali terdengar hingga membuat Reigner juga terbangun.
Rebecca segera pergi dari tempat itu sebelum Reigner melihatnya. "Iya, Excel. Maaf Mommy bangun terlambat."
"Mom, Evelyn sejak kapan kalian datang?" tanya Rebecca dengan wajah bingung.
Evelyn terkekeh geli melihat ekspresi sang Ibu yang tampak bingung. Setelah itu Reigner muncul dari belakang dengan muka bangun tidurnya. Dia menyapa putri kesayangannya itu.
"Morning kesayangan Daddy, kamu mulai nakal ya sekarang!" seru Reigner pada Evelyn.
Evelyn berdiri dan menghampiri sang Ayah. "Sepertinya Daddy semalam tidur sangat nyenyak sekali."
Reigner menggendong putrinya. "Iya Sayang, Daddy seperti mimpi sesuatu yang indah semalam. Tapi apa ya? Daddy sedikit lupa!" ucap Reigner dengan mencubit pelan hidung putrinya.
Evelyn tersenyum senang karena Ayahnya tidak menyadari dengan apa yang terjadi. "Daddy, sebenarnya tadi Daddy itu sedang ....!
Mata Rebecca membulat ketika putrinya ingin mengatakan sesuatu, dengan gerak cepat Rebecca segera memotong pembicaraan itu. "Evelyn, sarapan yang kamu bawa sepertinya sangat enak! Siapa yang memasak, Sayang?"
Evelyn menoleh ke arah Ibunya. Dia tidak jadi mengatakan sesuatu pada Reigner. Justru Evelyn segera menjawab pertanyaan Rebecca. "Semua itu, Grandma yang masak, Mommy!"
Teresa yang melihat drama pagi itu hanya bisa diam dan menonton. "Iya, semuanya Mom yang masak. Semoga kamu dan Excel suka ya!" sahut Teresa dengan suara lembut.
"Terima kasih sudah merepotkan, Mom!"jawab Rebecca sembari menyiapkan sarapan pagi.
"Manis, tadi kamu ingin mengatakan apa pada Daddy? Hem?" tanya Reigner pada putrinya.
Evelyn menoleh lagi dengan muka bingung. "Apa ya? Aku lupa Dad! Apa ya tadi!"
"Kamu tadi ingin mengatakan kalau, mukamu sangat jelek sekali," sahut Excel dengan tatapan sinis.
Mendengar ucapan sang Kakak membuat Evelyn memicingkan mata. "Mommy, Kakak jahat! Sejak tadi dia menyebalkan. Kak Excel selalu memarahiku, Mom!"
"Daddy, look! Kak Excel jahat," seru Evelyn dengan memeluk erat Reigner. Dia kesal sekali karena sikap Excel yang selalu jahil.
"Excel kamu kenapa, Nak? Sejak malam tadi kamu kelihatan kesal sekali." Rebecca menegur putranya.
Excel hanya diam dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia tidak ingin mengatakan rasa kesal dihatinya. Reigner juga menatap bingung putranya. Dia sedang memikirkan cara untuk mendekati Excel.