Ayesha seorang gadis muda yang harus merawat bayi kembar yang ditinggalkan ibu kandungnya begitu saja pasca melahirkan.
Luma tahun kemudian satu persatu identitas dari bayi kembar itu mulai terungkap dengan sendirinya saat ia bertemu langsung ayah kandung si kembar.
Ironisnya ayah kandung si kembar mengira Ayesha adalah seorang janda dan dia jatuh cinta dengan gadis yang telah merawat anak kandungnya selama ini.
"Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
" Apakah ibu kandung si kembar meminta kembali anaknya dari Ayesha ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Akhirnya Ketemu Juga!
Kemarahan Delvin yang tidak bisa lagi terbendung, membuatnya mempersiapkan diri untuk mengantisipasi jika suatu saat nanti Alin tiba-tiba menculik si kembar tanpa sepengetahuan mereka.
Delvin mengerahkan anak buahnya untuk mengawasi si kembar di sekitar sekolah mereka dan mengikuti kegiatan Alin yang sudah mengetahui kediaman mereka.
Alin harus berurusan dengan satpam rumah Delvin ketika gadis ini nekat menemui Eca saat Delvin tidak ada di rumah. Alin mengira dengan melakukan penyamaran, ia bisa menyusup masuk ke kediaman Delvin dengan berpura-pura menjadi pegawai asuransi.
"Permisi pak!"
"Iya nona!"
"Perkenalkan pak! nama saya Alea, saya dari asuransi ingin bertemu dengan pak Delvin atau ibu Ayesha, apakah kedua beliau ada di rumah?"
"Maaf nona! Majikan kami sedang tidak ada di rumah. Anda bisa langsung ke perusahaan tuan Delvin, kalau berurusan dengan asuransi."
"Yah, sayang sekali, padahal saya ingin menawarkan asuransi untuk pendidikan anak-anak mereka, apakah boleh tahu pak usia anak-anak pak Delvin berapa tahun ya pak?"
"Tuan dan nyonya saya belum dikaruniai momongan. Silahkan anda pergi dari sini nona, karena bukan kewajiban saya untuk memberikan anda informasi."
Ucap Pak Iwan lalu mengusir Alin dari halaman rumahnya Delvin.
"Begini saja pak! Kita pakai jalan tengah saja. Saya akan membeli informasi dari bapak dengan sejumlah uang ini."
Ucap Alin mengeluarkan amplop tebal sebanyak seratus juta.
Ia mengira kali ini rencananya akan berhasil ketika satpam itu mengambil amplop itu dari tangannya. Wajahnya langsung berbinar saat melihat wajah satpam yang terlihat tergiur dengan tawarannya.
"Yes! Akhirnya berhasil."
"Berapa ini, nona?"
"Seratus juta."
"Wah! banyak sekali nona sogokan anda untuk saya hanya mendapatkan informasi. Tapi, gaji saya lebih besar dari pada uang ini nona. Maaf saya tidak bisa menerimanya."
"What...? Jadi gaji anda lebih dari seratus juta. Hebat sekali anda hanya satpam dapat gaji lebih dari seorang presiden." Ledek Alin.
"Bukan seperti itu! Gaji yang di berikan majikan kami adalah ketulusan dan perhatian mereka. Menganggap kami bagian dari keluarga bukan karyawan.
Itulah bayaran termahal untuk kami melebihi apa yang anda berikan kepada saya. Balasan saya kepada mereka adalah nilai kesetiaan.
Jika aku sudah memilih setia, uang sebanyak apapun yang anda tawarkan tidak membuat saya silau dengan seratus juta anda."
Ucap pak Iwan merendahkan Alin.
Deggggg...
Alin akhirnya pergi dari tempat itu tanpa mendapatkan informasi tentang si kembar.
"Sial! Nggak majikan, nggak pembantu, sama saja ocehannya. So idealis, tapi butuh."
Umpat Alin menutup pintu mobilnya dengan kasar.
"Kalau bukan demi anak kembarku, aku tidak mungkin merendahkan diriku di depan satpam sialan itu. Ya Allah.. pertemukan aku dengan anak kembarku. Maafkan aku telah menelantarkan mereka!"
Teriak Alin sambil mengendarai mobilnya.
Ocehan Alin tadi sengaja di rekam oleh pak Iwan sebagai bukti untuk diserahkan kepada Delvin.
Alin sudah menyerah melakukan penyelidikan sendiri. Ia terpaksa menyewa detektif untuk mengetahui keberadaan si kembar.
Alin yang masih berkeliaran di hotel tempat ia menginap. Sudah jam dua malam ia tidak kunjung ke kamarnya.
Rasa kerinduannya kepada anak kembarnya membuat ia mengalami insomnia selama lima tahun terakhir dan harus mengkonsumsi obat tidur jika ingin tidur.
...----------------...
Menjelang ulang tahun si kembar, Delvin dan Eca ingin mengadakan pesta ulang tahun si kembar di pulau Dewata Bali.
Eca yang sudah mendapatkan panggilan dari rumah sakit lain membuat ia harus mengucapkan salam perpisahan kepada teman-temannya.
"Dokter Eca ! Kenapa harus berhenti bekerja di sini, padahal kami ingin mengikuti perkembangan kehamilan kamu." Ucap Hesty sedih.
"Aku sudah menunggu kesempatan untuk menjadi seorang ibu lagi selama lima tahun. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kepercayaan Allah kepadaku. Aku harus fokus pada kehamilan ku."
Ucap Eca membuat teman-temannya sangat sedih.
"Tapi kamu bisa ambil cuti Eca." Ucap dokter Intan.
"Tapi si bos tidak mengijinkan aku tetap bekerja dengan alasan apapun selama aku masih mengandung."
"Si bos lagi bucin sama debay." Balas Nengsih.
Semuanya terkekeh tapi air mata mereka tetap mengalir. Pelukan perpisahan itu terasa sangat menyakitkan.
"Mana dokter Shireen?" Tanya Eca tidak melihat sahabat akrabnya itu.
"Dia yang paling sedih kehilanganmu Eca. Sepertinya dia sedang menghindari kamu." Ujar Hesty.
"Baiklah. Kalau begitu aku pulang dulu."
Salam untuk si kembar dan yayang kamu." Ucap Hesty.
Eca mengemas barang-barangnya ke dalam koper. Ia keluar dari ruang ganti itu sambil menarik kopernya.
Dokter Gaes melihat Eca menarik kopernya membantu ibu mil itu untuk membawanya.
"Dokter Eca! Suatu saat nanti jika kamu ingin kembali ke rumah sakit ini, aku dengan senang hati menerimamu."
Ucap dokter Gaes menahan kesedihannya.
"Terimakasih dokter Gaes! Tawaran anda sangat berharga untukku. Terimakasih atas kepercayaan anda selama ini padaku. Semoga waktu bisa merubah pikiranku untuk kembali bergabung di rumah sakit anda." Ucap dokter Eca lalu menjabat tangan dokter Gaes.
Tanpa disadari Eca, Alin melihat abangnya dan Eca di lobi itu langsung bersembunyi.
"Ternyata gadis itu praktek di rumah sakit ini. Berarti abang ku mengetahui kehidupan Ayesha."
Alin menarik sudut bibirnya merasa takdir baik berpihak kepadanya saat ini.
Delvin turun menyambut istrinya dan bersalaman dengan dokter Gaes. Koper Eca dimasukkan ke bagasi dan mobil itu bergerak perlahan meninggalkan dokter Gaes yang menatap pergi wanita yang pernah membuatnya jatuh cinta saat awal Eca magang di rumah sakit itu.
"Serius banget menatap mobil itu? Naksir ya sama dokternya?"
Goda Alin tepat di kuping Abangnya membuat Dokter Gaes tersentak.
"Aishhh! Kau ini bikin kaget saja. Kamu pasti menginap di hotel lagi. Kenapa kamu tidak mau pulang ke rumah Alin?"
"Aku akan pulang kalau sudah menemukan anak kembarku, Abang. Oh iya.. itu dokter siapa bang?"
Tanya Alin untuk mengalihkan perhatian Abangnya tentang masalah pribadinya.
"Dokter Eca. Ia berhenti bekerja karena saat ini sedang hamil muda."
"Apakah baru pertama kali hamil?"
"Itu kehamilan ke duanya karena sebelumnya sudah memiliki anak kembar. Hanya saja ia cukup lama menunggu kehadiran momongannya yang ke-dua ini selama lima tahun."
"Apakah Abang sangat dekat dengan keluarganya?" Pancing Alin mengorek informasi tentang Eca dari abangnya.
"Apakah kamu tidak tahu kalau dokter Eca lah yang telah menyelamatkan saudara kembarmu Alea.
Mami pernah mengundang keluarga dokter Eca ke rumah kita untuk makan malam sebagai bentuk terimakasihnya kepada dokter Eca. Mereka memiliki anak kembar yang sangat manis."
"Wah! Sepertinya Abang punya foto momen berharga itu. Apakah ada foto anak kembarnya bang?"
"Sebentar, Abang masih menyimpannya."
Dokter Gaes membuka galeria foto momen kebersamaannya dengan si kembar.
Alin mengambil ponsel abangnya dengan tangan yang sudah gemetar.
"Astaga! Benar... ini adalah anak kembarku. Wajah mereka sangat mirip dengan ayahnya Delvin."
Batin Alin sambil menahan bulir beningnya.
"Mereka pasti sudah sekolah. Apakah Abang tahu anak kembarnya sekolah di mana?"
"TK Putra Bangsa tidak jauh dari wilayah kediaman dokter Eca. Kenapa tiba-tiba kamu ingin tahu anak kembar dokter Eca?"
"Karena usia anak kembarku seusia anak kembarnya."
Ucap Alin yang sibuk mengirim foto keluarga Eca ke ponselnya.
"Terima Abang. Aku mau pulang dulu."
Ucap Alin yang langsung kabur begitu saja dari ruang kerja abangnya.
aku rindu.
eh mlah tamat /Angry/