Bocil dilarang keras mampir di sini. Bijaklah mencari bacaan. Dilarang komen negatif. Ini hanya sebuah cerita yang isinya hanya haluan, jadi jangan baper.
Karena pengkhianatan istrinya, Axel terluka, hingga luka itu mendarah daging. Memperegoki istrinya yang tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri. Tak cukup sampai disitu, Hanna yang merupakan istrinya harus pergi selama-lamanya akibat perkelahian antar suami dan selingkuhannya.
Berimbas, Axel yang menjadi tersangka akan pembunuhan yang dilakukan sahabatnya sendiri. Axel mendekam selama 15 tahun di penjara. Saat terbebas, ia akan membalaskan dendamnya pada sahabat sekaligus pembunuh yang sebenarnya. Hasil dari perselingkuhan, hadirlah sosok wanita cantik yang menjadi incaran Axel untuk membalaskan dendamnya.
RANJANG PENGKHIANTAN (balas dendam)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode_033
"Letta, sudah jangan menangis terus. Biarkan Oma Yasmin tenang," kata Elle, gadis itu terus mengusap lembut bahu Letta. Melihat jasad Yasmin yang sudah terbujur kaku di peti mati membuatnya semakin sedih.
"Sayang, relakan Oma pergi," kata ayah Letta.
"Daddy." Letta memeluk ayahnya.
"Kita harus segera makamkan jasad Oma," kata ayah Letta, "sudah jangan menangis lagi," ujarnya, "Zuran, kamu tenangkan adikmu," kata ayah Letta pada Zuran. Karena Zuran yang mampu menenangkan putrinya, ayah Letta sudah percaya penuh jika Zuran bisa menjaga adiknya, pikirnya.
Tanpa diketahui, bahwa mereka menjalin hubungan. Zuran dan Letta saling mencintai.
"Ta, sini. Duduk dekat, Kakak," kata Zuran.
Elle yang melihat hanya tersenyum tipis. Begitu perhatiannya Zuran pada Letta, kasih sayang begitu terlihat nyata. Sedangkan dirinya, hanya gadis yang diinginkan dengan sesaat. Elle kecewa pada daddy-nya, pria itu hanya manis di bibir. Berkata 'bahwa dirinya yang akan menjaga' pada kenyataannya ... Pria itu pergi tanpa kabar.
* * *
Pemakaman pun dimulai. Yasmin sudah dikuburkan, Letta pun tenang karena Zuran terus mendampingi. Lelaki itu terus mengapit tubuh Letta. Setelah acara pemakaman selesai, mereka pun kembali pulang. Begitu pun dengan Elle, gadis itu memilih ikut pulang ke rumah Letta karena pulang ke rumah pun percuma, tidak ada orang di sana. Tidak ada yang mencarinya juga, pikirnya.
Elle melamun di mobil saat perjalanan pulang dari pemakaman. Letta melihat temannya itu terlihat sedih. "Ell, kamu gak papa?" tanya Letta.
"Aku baik-baik saja, Ta. Jangan khawatir," bisik Elle.
"Kamu tidak pulang? Nanti daddy-mu mencari," kata Letta.
Elle hanya menggelengkan kepala, lalu membuang muka ke arah jendela mobil menatap ke arah jalan. Letta mengusap bahu Elle, ia tahu apa yang dipikirkan temannya. Sama-sama memiliki perasaan pada orang terdekat.
Kediaman Letta.
"Ell, kamu istirahat saja dulu," kata Letta sesampainya di rumah.
"Hmm, aku mau mandi," jawab Elle, gadis itu langsung pergi ke kamar Letta. Sudah sering berkunjung dan membuatnya tidak cangguang, orang tua Letta sudah sangat dekat dengannya.
Tak berselang lama, telepon di rumah itu berdering saat Elle menaiki anak tangga sempat menengok tapi ia lanjutkan tujuannya.
"Biar aku yang angkat," kata Zuran.
Sedangkan Elle sesampainya di kamar Letta, ia langsung membersihkan diri. Bangun tidur langsung ke rumah sakit, setelah mandi, ia menatap bayangannya di cermin. Melihat tubuhnya yang pernah disentuh oleh Axel.
"Daddy bohong, katanya akan selalu bersamaku nyatanya daddy pergi, daddy tega padaku." Tangis Elle pecah, Elle berpikir bahwa laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya untuk menjadi pelampiasan. "Daddy juga pasti lupa hari ulang tahunku, kalau pun ingat daddy pasti akan menagihnya. Aku benci pada daddy, aku benci," teriaknya
"Ell, are you, okey?" tanya Letta di balik pintu.
Elle manatap pintu, menghapus air matanya dengan ibu jari. "Ya, Ta. aku baik-baik saja." Elle tidak mau membuat beban Letta dengan masalahnya.
"Keluarlah, ada yang ingin bertemu denganmu," ujar Letta.
Elle langsung keluar dari dalam kamar mandi, masih berbalutkan dengan handuk. "Siapa?" tanya Elle.
"Pakai saja pakaianmu, kamu bisa memakai bajuku. Aku tunggu di bawah jangan lama-lama." Letta segera perg, memberi ruang untuk Elle memakai pakainnya.
Elle terburu-buru, ia penasaran siapa yang ingin bertemu dengannya? Dalam hati, berharap Axel datang menjemputnya. Tapi itu mustahil, dari mana laki-laki itu tahu akan keberadaannya, apa dia peduli? Pikirnya.
Elle keluar dari kamar, menuruni anak tangga. Sesampainya di sana, langkahnya terhenti di bawah tangga. Mengucek kedua mata karena tak percaya dengan penglihatannya, bagaimana bisa laki-laki itu ada di sini? Lagi-lagi Elle sibuk dengan pemikirannya.