DENDAM (Aku Bukan Bayangan)

Siang itu, Jack duduk termenung di balkon kamarnya. Ia menyesali semua perbuatannya, bukan ini yang ia inginkan. Maksud hati nya memperlakukan Mayang dengan buruk adalah, agar Mayang tidak ingin terikat apapun dengan dirinya, bukan malah sebaliknya.

“Maafkan aku, Mayang. Aku tidak bermaksud seperti ini, seharusnya aku tidak membawamu bersamaku. Egoku mengalahkan rasa kemanusiaan ku, ku mohon maafkan aku,” guman Jack sambil mengusap sudut matanya yang berair.

“Aku berjanji, aku akan membawamu pergi dari tempat ini setelah semuanya selesai. Aku berjanji, aku akan menuruti keinginanmu,”

Cekrek.. Dean dan Sam yang tiba di apartemen itu, segera mencari keberadaan Jack. Mereka membuka pintu kamar Jack, tapi kamar itu kosong. Mereka berdua pun menyapu seluruh sudut ruangan dengan mata mereka dan menemukan keberadaan Jack yang sedang bersandar di tembok tepat di sudut balkon.

“Jack..” panggil Dean sembari melangkah mendekat.

Tapi yang di panggil tidak menyahut. Jack terus memandang kurus kedepan dengan tatapan kosong.

Dean cepat menangkap dari yang ia lihat. Bahwa, Jack sedang tidak baik-baik saja. Ia pun menyuruh Sam pergi dari kamar itu menggunakan isyarat tangan.

Sam mengerti, ia pun mengangguk dan berjalan keluar dari kamar.

“Apa yang terjadi, Jack?” Dean mendekati Jack lalu menepuk pelan pundak pria yang sudah seperti adik kandungnya itu.

“Kak Dean! Sejak kapan kakak di sini?” Jack menoleh pada Dean yang ada di belakangnya.

“Sejak tadi,” jawab Dean. “Kau menangis, Jack?” Dean melihat dari mata Jack yang memerah. Pemandangan yang sama pada dua tahun yang lalu, di mana Jack yang sangat rapuh. Jack yang tidak memiliki semangat hidup! Jack yang seperti daun kering yang tertiup angin.

“Tidak!” elak Jack seraya menampakan senyum paksa.

“Kau tidak pandai berbohong!” Dean ikut mendudukan tubuhnya di hadapan Jack. Ia tahu betul, apa yang di butuhkan Jack saat ini. “Aku adalah kakakmu, masalah mu adalah masalah ku, jadi jangan berpikir kau sendiri.”

“Hiks.. Aku sudah menyakitinya, aku menyakitinya..” sosok rapuh benar-benar Jack tunjukan di hadapan Dean. Ia pun tanpa malu memeluk tubuh Dean.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Dean sambil menepuk nepuk punggung Jack yang terus bergetar.

“Aku menyesal, aku menyesal. Harusnya, aku tidak kembali kesini semalam,”

“Ini sudah di rencanakan!” guman Dean tapi masih bisa di dengar oleh Jack.

“Di rencanakan?” Jack menghentikan tangisnya. Lalu menatap wajah Dean dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Ya!” jawab Dean. “Pelayan wanita yang memberikan minuman pada kita semalam, tadi pagi di temukan tidak bernyawa di belakang Club Butterfly,” Dean menjelaskan semua yang ia ketahui kepada Jack.

“Jika semua sudah di rencanakan? Dari mana mereka mengetahui keberadaan Mayang?” tanya Jack.

“Itulah yang harus kita selidiki, aku rasa ada pengkhianat di antara kita,” ucap Dean. “Kita harus menyelidiki semua ini secara diam-diam. Jangan biarkan orang lain tahu, termasuk Sam. Bukannya aku meragukan Sam, tapi sebelum semua ini jelas, lebih baik jika tidak ada yang mengetahui kecurigaan kita,”

“Aku mengerti!”

.

.

.

“Kapan, kakak akan melepaskan Marco yang tidak berguna itu?” tanya sang adik kepada kakaknya.

“Tidak lama lagi, kau bersabarlah. Semuanya baru saja di mulai,” jawab sang kakak.

“Aku akan menggunakan Brahma dan Marco untuk menyerang Jack lebih dulu. Setelah Jack tersisihkan, maka kita tinggal menyingkirkan Brahma dan Marco. Jadi dengan begitu, kita bisa menguasai Klan Dragon dan juga perusahaan milik Brahma,” Sang adik menyeringai. “Sekali tepuk, dua lalat kena! Bagaimana menurut kakak?”

“Bagus, ide yang bagus. Dengan begitu, kita akan menjadi penguasa Negara ini!” sahut sang kakak.

“Hahaha..!” kakak beradik itu tertawa dengan kencang.

“Kakak harus segera kembali, jika tidak. Mereka akan menyadarinya dan rencana kita bisa gagal.” Sang kakak segera bergegas kembali.

“Kembalilah, aku akan menunggu kabar baik dari kakak,” ucap sang adik, yang ternyata adalah Ken, Kenzo ketua dari Klan Tiger yang di kalahkan Klan Dragon tempo hari.

.

.

.

“Kembali lah, Kak, Sam. Nanti kakek akan cemas,” ucap Jack. “Aku di sini akan baik-baik saja,” Jack tahu, bahwa Dean pasti mencemaskan dirinya seperti dua tahun lalu.

“Benarkah? Kalau begitu, kami akan kembali. Besok, aku dan Sam akan kemari lagi,” Dean segera mengajak Sam meninggalkan apartemen itu, dan Jack hanya mengangguk.

Setelah Dean dan Sam pergi, Jack kembali menemui Mayang yang ada di kamar.

“Kenapa kau belum memakan makanan mu?” tanya Jack dengan lembut.

“Harus berapa kali aku katakan, aku tidak lapar,” ucap Mayang dengan wajah pucat.

“Sejak semalam, kau belum makan,” kata Jack.

“Tidak usah perduli kan aku,” cela Mayang.

“Jika kau ingin aku tak lagi perduli, maka akun tidak akan lagi perduli,” Jack membalikan tubuhnya, hendak keluar dari kamar itu. Tapi langkahnya di hentikan Mayang.

“Tunggu!” Jack menghentikan langkahnya. Ia tersenyum lalu membalikan kembali tubuhnya ke arah Mayang.

“Izinkan aku pergi!”

Deg.. Jack terkejut mendengar permintaan Mayang.

“Jika aku tidak mengizinkan?” Jack perlahan mendekati Mayang yang duduk bersandar di sandaran ranjang.

“Bunuh saja aku,” lirih Mayang.

“Apa maksudmu, Mayang?” Jack meninggikan suaranya.

“Bunuh saja aku, aku sudah tidak sanggup lagi. Aku menderita, aku sakit jika begini. Kau telah merenggut semuanya, keluargaku, cintaku, bahkan kehormatanku!” teriak Mayang. Ia kembali menangis.

Jack mendekap tubuh Mayang, ia ikut menangis. Ia sangat menyesal, “Maafkan aku. Aku tidak bermaksud begitu, aku, aku hanya menghukum ayahmu. Ayahmu telah menyakiti aku,” ucap Jack. “Aku mencintaimu, aku mencintaimu Mayang,” sambungnya dengan napas tersengal.

“Kau bukan dewa yang berhak menghukum seseorang,” kata Mayang.

“Aku memang bukan dewa, tapi dengan membalas orang orang yang sudah berbuat jahat padaku, membuat hatiku sedikit terobati,” Jack membalas semua perkataan Mayang. “Jika kau bisa merasakan jadi aku, mungkin kau tidak akan sanggup tidak akan,” lirih Jack.

“Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu.. Mungkin jika kau memintanya dengan cara baik-baik, aku akan memberikannya dengan suka rela, itu karena aku teramat mencintaimu, Kak. Tapi kini aku tau bahwa aku mencintai orang yang salah, kau merenggut nya secara paksa, kau bukan manusia. Aku membencimu!” Mayang memukul dada Jack berkali kali. Jack hanya pasrah menerima pukulan itu.

Sedangkan Mbok Jum yang mendengar semua itu, hanya bisa diam dalam tangisan. Ia tidak bisa berbuat apapun, di satu sisi, ia tahu benar sosok rapuh pemuda yang menjadi majikannya itu, di sisi lain, ia juga sangat kasihan pada gadis yang sudah beberapa waktu tinggal bersamanya.

“Semoga semuanya cepat berlalu, dan semuanya akan menjadi lebih baik,” batin Mbok Jum, ia berdiri di depan pintu kamar Mayang.