Berniat ingin membatalkan perjodohan dengan bersandiwara bersama seorang wanita yang tak sengaja ia tabrak.
Siapa sangka, bahwa ternyata wanita itulah yang akan di jodohkan dengan nya.
Bagai buah simalakama, nasi sudah menjadi bubur, dirinya sudah terlanjur mengatakan ingin menikah dan mencintai wanita tersebut.
Lalu, bagaimana kelanjutan kisah keduanya setelah menikah?
Akankah rasa cinta itu tumbuh? Atau malah harus berakhir setelah keduanya menemukan cinta sejati masing-masing?
Yuk, simak kisahnya om dokter Bastian dan gadis bar bar Denisa.
follow IG mommy : @Mommy_Ar29
Follow TikTok : @Mommy_Ar95
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Edward
Karena sia- sia menghubungi Nisa, akhirnya Bastian mencoba bergerak sendiri. Ia mencari tahu tentang siapa Edward dan sakit apa sampai harus operasi. Sejujurnya, Bastian merasa sangat tidak tega saat melihat keadaan sahabat istrinya yang bernama Rara. Wanita itu masih sangat muda, seumuran dengan istrinya, namun sepertinya sudah memikul beban yang sangat berat.
Setelah cukup lama ia menunggu, akhirnya kini ia sudah mendapatkan informasi yang ia inginkan. Dengan langkah cepat nya, ia segera mencari dimana ruang Edward di rawat.
Beberapa minggu yang lalu, Edward masuk ke rumah sakit karena kecelakaan. Terjadi pendarahan akibat benturan keras di kepala. Ternyata dia juga sudah menjalani operasi, namun karena ada satu kesalahan, ia harus menjalani operasi kedua. Dan mungkin karena itu, ibu dari Edward merasa sedikit kesulitan masalah biaya karena dirinya hanyalah karyawan toko biasa.
"Hey, jagoan. Segeralah sembuh." Bastian menatap iba pada sosok anak laki laki yang masih berusia kurang dari enam tahun itu karena harus merasakan sakit yang begitu luar biasa. Berbagai alat medis terpasang di tubuh Edward, dan hingga kini anak itu belum juga memberi tanda akan sadar.
"Baiklah dokter Edy, mulai sekarang, untuk anak ini akan menjadi tanggung jawab saya. Maksudnya dalam hal biaya, tolong kirimkan ke saya tentang apapun yang menyangkut dia. Dan juga, tolong lakukan yang terbaik untuk nya. " kata Bastian kepada dokter Edy yang sudah merawat Edward selama di rumah sakit.
"Baik Dok, sebenarnya, saya juga merasa kasian padanya. Terutama ibunya, dia masih sangat muda, dan juga dia baru saja kehilangan ibu nya juga. Ahh, ini pasti sangat berat untuk nya." gumam dokter Edy membuat Bastian langsung mengalihkan pandangan nya.
"Kehilangan ibunya?"
"Iya, menurut kabar yang saya dengar, Edward kecelakaan karena untuk menyelamatkan nenek nya. Tapi ternyata takdir berkata lain, dia tidak bisa menyelamatkan nenek nya, malah dirinya yang harus terbaring disini, tragis bukan."
"Kemana ayah nya? apakah dia hanya bersama ibu nya saja?"
"Saya rasa dia tidak memiliki nya, atau entah lah. Sejak awal kedatangan nya, dia hanya bersama ibu nya. Dan saya tidak pernah melihat sosok laki laki atau ayah yang menjenguk nya, terlebih saat kematian nenek nya, semua di lakukan sendiri oleh ibu nya."
Bastian semakin merasa terenyuh mendengar kisah Edward dan ibu nya. Ia kembali membayangkan bagaimana nanti saat istrinya tahu keadaan sahabat nya. Sudah pasti dia akan menangis dan segera ingin mengunjungi nya.
Lagi lagi Bastian menghela nafas nya berat saat dirinya teringat Nisa yang tidak mau bicara dengan nya, padahal ia sangat ingin istrinya datang saat ini juga.
"Baiklah, dokter Edy kalau begitu saya permisi dulu. Sekali lagi, terimakasih dan tolong jaga dia untuk saya." ucap Bastian lalu ia segera berlalu sambil membuka layar HP nya.
Ia masih mencoba untuk menghubungi Nisa, hingga beberapa kali ternyata masih sangat sulit.
"Halo, kenapa?" tanya Nisa saat sudah mengangkat telfon nya.
"Ke rumah sakit ya sekarang?"
"Ngapain? kamu minta di jemput?" tanya Nisa terdengar berdecak, "Harusnya kamu yang jemput aku, Bas. Ya kali masa laki laki minta di jemput perempuan, astaga."
"Aku gak minta jemput, tapi aku mau ngasih tau kamu sesuatu. Kamu lagi dimana? kenapa minta jemput?"
"Aku di rumah Michele." jawab nya membuat Bastian kembali menghela nafas nya kasar.
"Ya udah, kamu buruan kesini dan bawa temen se frekuensi kamu itu. Aku sudah menemukan sahabat kamu yang hilang!"
"Whattt! Bas jangan bercanda? kamu serius? dimana? bagaimana keadaan nya? dia baik baik aja kan? kamu lagi sama dia sekarang? awas ya jangan terlalu deket, awas kamu macem macem dia istri orang loh. Eh salah, maksud ku kamu suami aku loh, meski dia sahabat ku tapi dia juga perempuan. Pokok nya kamu harus jaga jarak sama dia, kamu—"
"Stop!" seru Bastian memotong perkataan Nisa, "Iya aku suami kami, dan kamu istri ku yang paling bawel. Udah yah, aku tunggu di rumah sakit dan nanti aku jelasin disini. Hati hati, Sayang, muach!"
Setelah mengatakan itu, Bastian lekas buru buru mematikan sambungan telfon nya. Bukan apa, dirinya pusing bila harus mendengarkan ocehan Nisa yang panjang lebar itu. Kepala nya tina tiba terasa sangat pusing dan perut nya terasa sedikit bergejolak hingga membuat nya harus segera berlari ke kamar mandi.
dulu pas kia ngidam kn om Abas yg repot