Kisah tentang kita, merupakan kisah yang memuat cerita sehari-hari ketiga pemuda desa bernama Parto, Seno dan Beni.
Cerita kegabutan mereka karena status jomblo yang masih melekat pada ketiganya, selalu menjadi bahan ejekan saat mereka berkumpul.
Selalu saja ada hal absurd yang mereka lakukan saat bertemu.
Keseruan apa yang mereka ciptakan saat bersama?
Bagaimana cara mereka menemukan sang pemilik hati?
Temukan jawabannya di sini😆
❤️KARYA INI DI CIPTAKAN OLEH DFE DAN DI MOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK PLAGIAT! MARI BERKARYA BERSAMA, TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Rumah Seno
Beni dan Seno sampai melongo setelah mendengar Parto selesai bercerita. Mereka enggak menyangka kalau Parto bisa senekat itu, meluk cewek di depan umum. Beni bahkan sampai ngowoh agak lama, iya dia syok.. dia berpikir ada adegan tabok-tabokan pipi. Pipi Parto tentunya yang di tabok, tapi ternyata enggak. Diantara mereka bertiga cuma Parto yang pergerakan untuk mencari tulang rusuknya itu yang paling slow motion. Makanya Beni dan Seno sampai terkejut kok Parto bisa punya ilmu membungkam cewek jutek kek gitu, itu belajar dari mana.
"To, kamu minta nomer hpnya enggak?" Tanya Beni makin bersemangat. Dia keknya antusias banget denger semua tentang Shela.
"Enggak punya lah Ben, asline kalau enggak demi kamu aku juga ogah ketemu dia lagi.. serius, kui wong cerewete naudzubillah tenan."
"Naudzubillah kalau akhirnya dia jodohmu juga jadinya Alhamdulillah kan To," Ucapan Seno membuat Beni tertawa. Parto hanya diam. Tidak menyangkal atau mengiyakan. Saat mengingat lagi sosok Shela yang ada di bayangan Parto adalah kecerewetannya. Benar-benar mengalahkan burung beo Pak Agus.
Hp Seno kembali bergetar, menandakan ada pesan masuk. Senyumnya terkembang setelah membaca pesan yang masuk ke ponselnya.
"Liat tu To, Seno gencar mepet Indah. Enggak di kasih celah sedikitpun, keknya adikmu juga ada rasa sama Seno lho.. Siap-siap jadi saudara ipar kelian ya hahaha" Beni mulai jadi kompor lagi. Enggak ada kerjaan lain ya Ben?
"Emang kamu wa nan sama Indah Sen?" Tanya Parto yang melihat Seno hanya tertawa menanggapi perkataan Beni.
"Lha iyo, mau sama siapa lagi. Aku kalau udah mantep sama satu orang ya udah dia yang jadi prioritasku. Aku orangnya setia To, ojo kwatir sama masa depan Indah, aku siap pontang-panting demi dia To."
Parto diam. Enggan berkomentar, jodoh kan bukan Parto yang ngatur, itu bukan kuasanya. Mau di larang kayak apa kalau akhirnya Indah adalah jodoh Seno dia bisa apa. Beni yang melihat kebisuan Parto mulai iseng menggoda temannya itu.
"Sen harusnya kamu panggil Parto itu Mas, moso manggil calon kakak ipar kok Ta To Ta To sih kepiye arep oleh restu, oda sopan blas kowe ki. (gimana mau dapet restu, enggak sopan sama sekali kamu itu)."
"Oiya.. Lali aku Ben. Mas Parto, maaf nek aku enggak sopan njih Mas, Mas.. aku minta ijin ngajak adikmu yang merangkap sebagai calon makmumku jalan malam mingguan besok.. angsal mboten Mas? (boleh enggak Mas?)"
"Guambleh.. aku kok geli dengernya Sen. Ngomongnya biasa aja lah. Belum tentu juga Indah itu mau sama kamu Sen,kamu tau enggak.. dia ada yang deketin juga?"
Beni tertawa mendengar Seno memanggil Parto dengan sebutan Mas. Terasa aneh karena dari dulu mereka selalu memanggil nama masing-masing tanpa embel-embel Mas saat mengobrol seperti ini.
"Iya tahu To, orang aku juga lihat sendiri kok waktu mereka ketemuan.." Ucap Seno sambil berdiri lalu berjalan mengambil air di kulkas. Dia baru sadar sedari tadi kedua temannya tidak di suguhi minum.
"Weh aku mau pulang kok malah itu airnya baru keluar, kebangetan kamu Sen. Pantes kamu cepet kaya.. pelitnya enggak kira-kira. Tenggorokanku sampai kering lho ini, ancen tega kamu Sen," Beni memprotes Seno karena ketidak pekaannya itu membuat dirinya nyaris dehidrasi. Parto pun tersenyum karena emang Seno kelewatan nganggurin tamunya.
Ya, meski mereka udah sering main di rumah Seno, tapi enggan blusukan sekedar mencari minum sendiri. Terkadang saja sih kayak gitunya.. kadang jiwa bar-bar mereka juga lebih banyak keponya. Seperti yang Parto lakukan tadi, dia mengambil sendiri baju Seno yang dia pinjam dan pakai sekarang di lemari yang terletak di kamar Seno.
"Tadinya aku enggak mau ngasih minum lho, rugi juga. Nanti aku harus repot-repot nyuci gelas sama bersihin meja ini setelah kelian pergi, capek kan aku jadinya." Seno meletakkan satu botol besar minuman bersoda dan tiga gelas kecil di atas meja.
"Enggak usah mikir capek Sen, ini nanti kalau kita abis minum gelasnya tak suruh nelen Parto aja. Dia kan punya cewek suka ngereog dan aku yakin hobi barunya itu main debus.. makan beling salah satunya hahaha"
"Mulutmu itu kalau ngomong kok kayak Shela sih Ben, enggak ngenakin di dengernya. Ya kalau kamu enggak mau capek nyuci gelas Sen, abis dipake langsung dibuang aja. Malah bisa langsung bersih.." Beni tertawa mendengar perkataan Parto. Sungguh mereka berdua adalah hiburan banget bagi Beni yang tadinya sempat down gara-gara Mela.
"Eh tadi kamu bilang lihat sendiri Indah ketemuan? Sama cowok Sen? Terus kamu ngapain? Nyamperin pasti, aku yakin lah.. enggak mungkin kamu diem aja lihat cewek inceranmu di pepet orang." Kata Beni sambil menuangkan minuman berkarbonasi ke dalam gelas. Kemudian meminum air soda itu sesaat setelah menyelesaikan ucapannya.
"Aku pergi kok.."
Beni menyemburkan minuman yang masih tersisa di mulutnya ketika mendengar ucapan Seno. Sialnya Parto yang kena semburan keramat dari mulut Beni.
"Hahaha.. Asyem sepurone To, Ya Allah kamu kalau mau nyalahin orang salahin aja itu calon adik iparmu. Hahaha sampe basah semua gini, Sen ambil kanebo Sen buat lap mukanya Parto.."
"Ancen enggak waras kamu Ben, abis kena sembur jigongmu ini bisa sawan aku. Kampret banget," Parto mengambil baju batik yang dia lempar ke Beni tadi dan di pakai untuk mengelap mukanya. Seno tertawa melihat ke apesan Parto.
Parto lantas berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka, dia enggak mau mukanya, aset dia satu-satunya itu terkontaminasi jigongnya Beni.
"Kamu kok malah pergi Sen, lha enggak kamu labrak aja itu si cowoknya? kamu enggak berani apa gimana? Kasih tahu aku orangnya, kalau kamu enggak berani maju sendiri biar aku yang nyikat."
"Gayamu peteta-petete Ben, di tinggal mbojo Mela aja plempem kok." ucap Parto yang selesai membersihkan mukanya. Seno hanya tersenyum mendengar kedua temannya ini ribut.
"To.. kamu ini belum pernah rasain apa yang aku rasain saiki. Asline remuk To, tapi aku coba rapopo.. Aku sih pengennya kelian enggak ngalamin kayak aku, di tinggal mbojo, di selingkuhi, tapi aku enggak bisa benci sama dia. Aku sing goblok nek kene.. iyo aku sadar. Tapi aku enggak bisa nyalahin siapapun, sampai di sini aku jadi mikir ini adalah jalan Allah buat ngasih tahu aku.. kalau Mela memang bukan jodohku, mau tak gondeli kayak apa, jalanku dan dia emang berbelok enggak searah," Seno terdiam. Parto juga.
Ternyata sedalam itu rasa Beni untuk Mela. Kenapa enggak mup on Ben? Lha wong baru di putuske dua mingguan kok dan tahu-tahu dapet undangan pernikahan dari mantan.. yang udah putus bertahun-tahun aja masih banyak yang belum bisa move on. Namanya hati enggak bisa di paksa harus begini kudu begitu, sebelum ada yang bisa menerobos masuk dan mengganti sosok Mela di hati Beni, Beni akan tetap bersikap biasa saja meski sebenarnya hatinya membawa seabrek luka.