NovelToon NovelToon
Duda Nackal

Duda Nackal

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Badboy / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:50.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mizzly

Agas berstatus duda setelah istrinya Tara yang telah berselingkuh dengan sahabatnya Damar mengguggat cerainya.

Dihianati, ditinggalkan dan dihina membuatnya ingin membuktikan kalau dirinya lebih hebat. Ia pun bertekad ingin sukses lagi.

Agas berubah menjadi duda nackal dengan pergaulan kelas atas. Menikmati hidupnya dan menyepelekan arti pernikahan.

Sampai Agas mengenal Tari, cewek polos yang memintanya untuk dinikahi hanya agar Agas menolongnya. Mampukah Tari membuat Agas kembali ke jalannya yang benar?

Mampukah Tari membuat Agas melupakan Tara dan membuka hatinya untuk cinta yang baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

My Wedding Day

Akhirnya tibalah saat aku akan mengucapkan janji suci pernikahan. Lagi.

Dulu, saat aku ingin mengucap ijab kabul aku sangat grogi, apalagi saat Tara yang cantik dengan dandanan yang memukau duduk di sampingku. Semakin grogi rasanya.

Siapa yang menyangka 3 tahun kemudian aku akan menikahi anak gadis orang. Lagi.

Sungguh kali ini aku biasa saja, tak ada ketegangan seperti saat awal pertama kami mengucapkan ijab kabul dulu. Kini aku santai saja. Hafal dengan mudah.

Tak ada tenda yang menghiasi depan rumahku. Tak ada pengajian yang biasanya diadakan sebelum acara dimulai. Sepi. Sunyi seperti tak ada acara pernikahan akan dilangsungkan.

Kami juga tak mengharap tamu undangan ada yang hadir. Hanya penghulu, kedua orangtuaku dan pengacara Papa sebagai saksi pernikahan kami.

Mama sudah memesan makanan untuk dibagikan kepada tetangga seusai acara nanti. Maklum, tetanggaku kebanyakan WNA yang jarang ada di rumah.

Ternyata Pak RT juga datang untuk menyaksikan pernikahanku. Ruang tamu rumahku sudah di gelar karpet dan sebuah meja kecil untuk akad nikah nanti. Sofa sudah dikeluarkan agar ruang tamu terlihat lebih luas, ya meski tak ada tamu yang hadir sih.

Aku memakai jas yang sudah diantarkan oleh orang butik. Aku sudah memesan seorang fotografer untuk mengabadikan pernikahanku dan Tari. Meski tidak dirayakan di gedung, setidaknya ada satu foto pernikahan yang jadi bukti kalau kami sudah menikah.

Tari datang dengan kebaya yang sangat cantik di tubuhnya. MUA yang kusewa merubah mukanya yang polos dengan make-up yang hebat. Aku sangat pangling melihat kecantikannya.

Rasanya yang kunikahi bukanlah Tari, si gadis pengantar soto yang kepo dan maksa kalau ada yang diinginkan. Tari menjelma menjadi Cinderela cantik dengan baju kebaya.

"Bisa kita mulai sekarang?" tanya Pak Penghulu.

"Bisa, Pak." jawabku dengan mantap.

Akad nikah pun dimulai.

"Saya terima nikahnya Tara Anggraini binti-" belum selesai aku ucapkan Papa sudah menyikut tanganku.

"Utari Putri, Gas! Bukan Tara Anggraini!" Papa mengingatkanku.

Aku seketika menjadi grogi. Kenapa malah aku menyebut nama Tara ya? Ya Allah...

"Tolong fokus ya. Kalau tidak hafal bisa melihat catatan." ujar Pak Penghulu.

Aku melirik ke arah Tari yang sedang menghapus air matanya. Ah... Kenapa aku jadi menyakiti hatinya di hari sepenting ini?

Tak mau mengulang kesalahanku, aku pun fokus dan dalam sekali tarikan nafas aku bisa melafalkannya dengan yakin.

"Sah?" tanya Pak Penghulu.

"Sah." jawab saksi yang hadir.

"Alhamdulillah."

Tari kini sudah menjadi istriku. Kupakaikan cincin pernikahan kami di jari manisnya. Tak ada yang istimewa dengan cincin pernikahan kami, tak seperti dulu dengan Tara yang ada ukiran nama kami didalamnya.

Tari mencium tanganku dan gantian aku mencium keningnya. Wajahnya memerah menahan malu, membuat blouse on di wajahnya jadi kalah merah. Dasar gadis polos!

Setelah acara, Mama membagikan makanan kepada semua tetangga. Tentu ke rumah Tara juga.

Penghulu dan Pak Rt sudah pulang, kini tinggal aku dan Tari yang sedang melakukan sesi pemotretan.

Fotografer mengarahkan berbagai gaya agar hasil foto aku dan Tari bagus.

"Coba tangan Mbaknya di dada Masnya. Lalu Masnya peluk pinggang Mbaknya." perintah fotografer, membuat Tari semakin memerah malu saja.

Aku melakukan yang fotografer lakukan, Memegang pinggang Tari dan menariknya mendekat. Jarak kami semakin dekat. Aku bisa melihat wajahnya dari jarak dekat. Wajah istriku yang tidak kucinta.

"Nah bagus itu. Mbaknya angkat pandangannya, biar saling berpandangan dengan Masnya." perintah fotografer itu lagi.

Tari menurut. Ia mengangkat wajahnya dan kedua mata kami saling bertemu.

"Lebih deketan lagi. Hidungnya saling nempel Mas! Biar tambah mesra!"

Ini apa sih! Sampai hidungpun harus deketan. Tapi aku menurutinya agar hasilnya bagus.

"Ehem! Permisi!" suara seseorang yang kukenal.

Aku menengok ke arah asal suara. Ternyata benar, Tara yang datang.

Aku melepaskan pelukanku pada Tari dan melihat ke arah Tara yang berjalan mendekat.

"Aku... Mau mengucapkan selamat." katanya sambil mengulurkan tangannya.

"Makasih." kusambut uluran tangannya.

Setelah menjabat tanganku, Tara kini menjabat tangan Tari. "Selamat ya!"

Tari mengangguk tanpa kata.

"Hmm... Kok enggak ada tamu undangan yang hadir ya? Apa nanti akan diadakan acara lagi di gedung?" tanya Tara yang terlihat memperhatikan keadaan rumah kami sekarang.

"Enggak ada pesta lain, kami memang hanya akad nikah saja." jawabku.

"O...oh... Tapi kok keluarganya juga enggak ada ya? Minimal sebagai tamu atau saksi pernikahan gitu."

Aku hendak menjawab namun Tari yang lebih dulu menjawab pertanyaan Tara.

"Aku anak yatim piatu, Mbak. Tak ada sanak saudara makanya tak ada yang datang." jawab Tari dengan jujur.

Tara mengangguk-angguk mendengar jawaban Tari. "Kalian sudah lama kenal? Pacaran berapa lama?"

Kali ini tak kubiarkan Tari menjawab. "Terima kasih sudah datang dan mengucapkan selamat. Kami mau melanjukan sesi pemotretan."

Aku lalu berbicara dengan fotografer. "Mas kita lanjut lagi. Adegannya yang lebih dekat dan mesra lagi ya. Kalau sambil peluk dari belakang boleh?"

"Tentu, Mas."

Aku lalu berdiri di belakang Tari dan memeluknya dengan erat seraya berbisik. "Pasang senyum yang lebar. Cheese."

Tari menurut, momen yang tepat untuk memfoto kami. Fotografer tersenyum puas karena modelnya inisiatif sendiri.

Merasa tak ada yang memperdulikannya, Tara pun keluar dari rumahku. Entah kenapa aku merasa puas. Aku suka melihat ekspesi kecewanya.

****

"Malam ini Tari tidur disini, Om?" tanya Tari malu-malu.

"Iyalah! Kamu kan istri aku sekarang. Sudah sana mandi. Kamu pasti gerah memakai make-up seharian!" aku mengeringkan rambutku yang masih basah dengan handuk.

Tari sudah masuk ke dalam kamar mandi. Kunyalakan TV dan menontonnya sambil tiduran di tempat tidur.

Tak lama Tari keluar dari kamarku. Kedua bola mataku hampir melompat melihat apa yang Tari kenakan.

Tari berjalan malu- malu dengan lingerie pink yang didalamnya ada bra dan cd dengan warna senada. Ia sengaja mau menggodaku?

"Apa yang kamu lakukan?" tanyaku saat Ia duduk di pinggir tempat tidur.

"Mau tidur." jawabnya dengan lugu.

"Mau tidur atau mau menggodaku?"

"Menggoda? Tari menggoda Om? Aneh. Waktu Tari mencari informasi pakaian yang dikenakan saat malam pengantin keluar jawabannya kayak gini, yaudah Tari ikutin aja!" lagi-lagi Ia menjawab dengan polosnya.

"Kamu tau apa yang dilakukan suami istri saat malam pengantin?" tanyaku lagi.

Tak disangka Tari mengangguk dengan yakin.

"Apa?"

"Ya tidur sambil berpelukan."

Doenggg... Jawaban yang lugu sekali.

"Kamu tau kan siapa aku?" tanyaku lagi.

Dia kembali mengangguk. "Om Agas. Tari tau dong!"

"Oke. Sekarang coba kamu ikutin kata-kata aku." sebuah ide melintas di kepalaku, membuatku tertarik untuk mencobanya. "Om, ajak Tari senang-senang dong!"

"Kita mau jalan-jalan? Malam ini?" bukannya menjawab, Tari malah balik bertanya.

"Ikutin aja! Siapa juga yang mau jalan-jalan?"

"Kirain mau jalan-jalan. Tari mau ganti baju dulu kalau gitu." masih saja menjawab nih anak.

"Ulangin apa yang aku suruh!" kataku tak sabaran.

"Ya sabar atuh Om! Jangan marah-marah terus!" aku malah kena omelnya. "Om, ajak Tari senang-senang dong!"

"Salah! Nadanya lebih menggoda lagi. Kayak gini: "Om, ajak Tari senang-senang dong!" begitu!" kucontohkan padanya dengan suara menggoda.

"Om, ajak Tari senang-senang dong!" Ia mengikuti apa yang kuperintahkan, nada bicaranya pun sama.

"Tentu. Om akan membuat kamu senang." aku tersenyum lebar. Yess, malam ini dapat yang masih segel!

****

Hi semua!

Makasih yang udah rate, yuk sekarang vote Om Agas yang mau buka segel ya 🤭🤭. Caranya kayak gini:

Mudah kan?

Semuanya gratis tis tis tis 🤭

Jadi ayo vote ya 😘😘

Makasih 😘😘😍😍😍🥰🥰🥰

1
indira kusuma wardani
Lumayan
Eka Pematasari
Luar biasa
Deistya Nur
keren semangat terus ka 👍💪
Jessica
Luar biasa
Kartini Siswanto
Kecewa
Kartini Siswanto
Buruk
Mariana: muka anda itu buruk kayak rating yg anda beri di novel ini, udah muka buruk, hati buruk!
total 2 replies
Rahma Lia
Luar biasa
Rahma Lia
Lumayan
Nana Niez
Luar biasa
Ratna Dewi
top Abi Agas...sabar..sabar...
Aysana Shanim
😭
Aysana Shanim
Ini nasehat manager aku ketika aku mau resign buat jadi ibu rumah tangga. 😆
Aysana Shanim
Sedih banget jadi tari 😢
sitii de phantom
😂😂😂maklum tar.. om suami kn agak gesrek yak
sitii de phantom
njiirrr.... jadi penasaran seleranya om Duda Nackal nih🤣🤣
Zainatul Ilmiyah
r%
Mutia Mudi
sukkkkakkk
Ana Twinssani
Luar biasa
mamaqe
baru nemu dan ternyata asik
shu_zan
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!