Ini kisahku, namaku Elvira Sahira. Pernikahan yang kujalani hanya mampu bertahan sekejap. Aku tahu suamiku mencintai wanita lain. Tapi, haruskah aku menyerah?
Sekarang, takdir sedang mencandai hidupku, gagal dengan Rayyan, aku malah berakhir dengan kakak dari mantan suamiku itu. Ya, aku menikahi lagi dengan mantan kakak iparku, Radika Dirgantara. Pria yang betolak belakang dengan Rayyan. Sosok laki-laki yang penuh misteri.
Bagaimana rasanya menikah dengan mantan kakak ipar? Ini adalah ceritaku. Ikuti kisahku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggali Kubur
Suami Satu Malam Bagian 33
Oleh Sept
Rate 18 +
"Kamu di mana? Aku tanya sama bibi katanya keluar sama tante! Jadi apa nggak Kita check gedung?" suara Rayyan di telpon sembari duduk di ruang tamu di kediaman keluarga Kazoe. Pria itu duduk seorang diri, karena penghuni rumah semuanya sedang pergi.
Sementara itu di tempat lain, di sebuah klinik terselubung, Eriska sedang duduk di atas ranjang. Sedangkan yang mengangkat telpon adalah mamanya. Nyona Marisa melirik tajam agar Eriska tidak mengatakan apapun. Kemudian ia memberikan ponsel putrinya.
"Tunda dulu ya, hari ini aku ada meeting sama klien. Sangat urgent! Jadwalnya sangat mendesak. Lebih baik besok saja kita ketemu." Eriska mencari alasan. Karena sang mama sudah mengancam sejak semalam.
"Lah! Katanya hari ini? Aku udah batalin pertemuan penting juga. Jangan egois kamu. Katakan! Sekarang di mana? Aku jemput!" ujar Rayyan ketus di telpon. Sudah janjian main batalkan seenaknya. Jelas pria itu kurang menyukai keputusan sepihak tersebut.
"Eh ... batreku mau habis. Nanti aku hubungi lagi. Bye!" Buru-buru Eriska mematikan ponselnya.
Tut Tut Tut
Eriska memeluk ponselnya, ia harus bohong. Bila tidak, mata sang mama mau meloncat. Wanita itu sudah menatapnya dengan tajam sedari tadi. Sang mama sepertinya mau memakannya hidup-hidup.
"Sini ponselnya!" titah Nyona Marisa ketus. Ia merampas benda pipih yang semula ada di tangan Eriska.
***
Sedangkan di kediaman keluarga Kazoe, Rayyan dibuat kesal bukan main. Karena yang dicari tidak ada, akhirnya ia pergi saja. Tentunya dengan ngedumel kesal. Sudah jauh-jauh datang, eh si Eriska tidak ada di rumahnya.
Sementara itu, di klinik sana, Nyona Marisa meyakinkan agar Eriska menurut. Tidak usah banyak gaya. Kalau ingin selamat, harus nurut apa kata Nyona Marisa.
Lama-lama Eriska merasa takut, apalagi saat terdengar suara orang melangkah dan berhenti tepat di depannya. Seorang pria dengan masker, menatapnya dingin.
"Maa! Riska nggak bisa!" ucap Eriska kemudian turun dari ranjang.
"Mau ke mana kamu?" panggil Nyona Marisa panik. Buru-buru wanita itu menarik tubuh Eriska.
"Nggak, Ma! Riska nggak mau!"
PLAKKK
"Sadar kamu!!! Kamu pikir Rayyan akan diam saja bila tahu ini bukan anaknya?" Nyona Marisa melotot tajam. Ia sangat marah pada putrinya yang sangat bodohhh itu.
"Nggak bisa, Ma! Gio bisa bunuh Eriska bila Riska hilangin janin ini!" Eriska memegangi perutnya dan terus mundur.
"Kamu mau bunuhh Mama pelan-pelan rupanya?" sentak Nyona Marisa yang sudah naik darah.
"Tolong, Ma. Tolong kali ini jangan paksa Eriska. Eriska akan lakuin apa aja kata Mama. Tapi jangan yang ini!"
"Astaga Eriska!!! Kamu memang ingin Mama mati!"
Tap tap tap
Seorang pria memakai masker dan jas khas tenaga medis, datang mendekati keduanya.
"Mari, Bu!"
Eriska melihat mamanya yang lengah, akhirnya ia lari menjauh. Pergi dari klinik tersebut.
"Riskaaa!! Eriska!" teriak Nyona Marisa dengan frustasi.
***
Malam harinya, apartment Rayyan.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Namun, Rayyan tidak kunjung pulang. Sejak tadi Eriska duduk di depan pintu apartment pria tersebut.
"Hey! Apa yang kamu lakukan?" Rayyan mengendurkan dasi kemudian berjongkok.
Dilihatnya Eriska dengan maskara yang berantakan. Calon istrinya itu sepertinya habis menangis cukup lama.
"Ada apa denganmu?" Rayyan mengangkat wajah Eriska.
Setttttt
Eriska mulai mendayu-dayu. Ia bersandiwara, pura-pura menangis darah. Seperti habis mengupas bawang merah sekilo. Mata wanita itu terlihat sangat merah.
"Ayo masuk!"
Melihat calon istri terus saja terisak. Rayyan akhirnya membawa wanita itu masuk.
"Katakan! Apa yang terjadi!"
"Mama ... Mama ingin aku guguriin anak kita," isak Eriska.
"Apa?"
"Aku nggak mau! Aku ingin anak kita lahir. Aku nggak mau membunuhh anak kamu, Ray!"
Dengan apik Eriska bersandiwara. Entah berapa banyak air mata buaya yang sudah ia tumpahkan di depan Rayyan. Dan bodohnyaa si Rayyan. Ia sepertinya percaya saja.
"Tenanglah! Untuk sementara jangan pulang sampai pernikahan besok. Aku pastikan kalian aman di sini!" Rayyan mengusap punggung Eriska lembut.
Sedangkan wanita itu, dalam pelukan Rayyan, ia mengeluarkan senyum liciknya. Merasa sudah berhasil menipu mantan suami Elvira tersebut.
"Ya sudah! Tidurlah!"
"Aku mau mandi dulu!" Eriska menatap penuh arti.
Rayyan kemudian tersenyum, dengan hangat ia membopong tubuh Eriska menuju kamar mandi. Sepertinya ia tidak hanya mengantar wanita tersebut untuk mandi. Entah apa yang dilakukan mereka berdua di dalam sana. Yang jelas sesuatu yang tidak patut untuk dicontoh.
***
Hari-H
Hotel Jewelry Marrion
"Kamu sudah gila! Tunggu saja sampai Rayyan tahu! Mama tidak bisa lagi melindungi kamu!" cibir Nyona Marisa di ruang make up.
"Tahu apa, Ma?"
Tiba-tiba Rayyan muncul dari balik pintu, pria itu tadi melihat calon mama mertuanya menuju ruang ganti pengantin. Ia takut wanita paruh baya itu membuat masalah lagi dengan Eriska. Karena terakhir kali ia tahu, Eriska mengadu bahwa sang mama membawanya ke klinik untuk melenyapkan calon anaknya.
Jadi sejak itulah, Rayyan menjadi dingin pada calon mama mertua. Rupanya, Eriska sudah mencekoki banyak hal buruk tentang Nyona Marisa. Membuatnya menjadi kurang respect, tidak seperti sebelumnya.
"Bukan apa-apa! Ma, Eriska mau bicara sama Rayyan. Mama bisa keluar?" ujar Eriska yang terlihat gelisah.
Nyona Marisa langsung masam, bisa-bisanya ia diusir. Meski tidak secara langsung. Tetap saja ia merasa gedek sekali dengan sikap putrinya itu.
KLEK
Nyona Marisa akhirnya pergi, kini tinggal mereka berdua.
"Kalian tadi bicara apa?" Rayyan mulai curiga.
"Bukan apa-apa, eh ... gaunnya bagus nggak?" Eriska mencoba mengalihkan perhatian.
Calon pengantin itu berdiri dan memutar tubuhnya. Terlihat anggun dan cantik.
"Bagus ... cantik!"
CUP
"Ayo keluar!" ajak Rayyan setelah mengecupp bibir pengantin wanitanya.
Keduanya pun berjalan keluar. Menuju ballroom. Setelah melihat Tuan Kazoe, Rayyan menyerahkan calon pengantinnya itu. Sedangkan dirinya menghampiri salah satu tamu undangan.
Karena masih ada beberapa menit lagi, Rayyan basa-basi menyapa tamu undangan satu persatu. Tidak jauh dari sana, seorang pria terlihat berjalan tegap memasuki ballroom tersebut.
Pria itu berhenti melangkah saat sudah mendekati Eriska. Wajah Eriska langsung pucat. Lidahnya keluh, ia berkata jangan. Namun, ia hanya bisa menggeleng pelan.
Sosok itu kemudian kembali berjalan, setelah meraih segelas minuman. Ia meminumnya dengan sekali tenggak. Dengan sorot mata mengintimidasi, ia berjalan dengan percaya diri menghampiri Eriska.
[Jangan sekarang! Aku mohon!]
[Menghilanglah! Kali ini menghilanglah]
Eriska tidak mampu berkata-kata, tubuhnya mendadak lemas. Apalagi ketika sosok pria tersebut berbisik di telinganya.
"Ikut denganku!"
"Aku mohon ... To-tolong pergilah sebelum Rayyan melihat!"
"Pergi? Kamu pikir aku takut dengannya?"
[Mama benar, sepertinya akulah yang menggali kuburku sendiri!]
Bersambung
Jadi dinikahin Rayyan nggak nih, permirsahhh? Heheh