KARMA
Sebelum membaca karya ini alangkah baiknya jika membaca karya pertamaku yang berjudul Aku Bukan Pelakor, agar bisa mengikuti jalan ceritanya.
Karya KARMA ini menceritakan tentang pembalasan pengkhianatan yang di lakukan julio kepada istri dan anak-anaknya.
Julio bukan hanya mengkhianati istrinya namun ia membohongi ana dengan mengaku lajang untuk mendapatkan hati dan tubuh ana, selain itu ia juga di duga menggelapkan dana perusahaan tempatnya bekerja serta perusahaan milik istrinya.
Lalu apa sajakah KARMA yang akan di terima oleh julio?
Semuanya akan di ceritakan di Novel ini.
Terima kasih, selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Tiga bulan kemudian retno mendapatkan undangan pernikahan cakra, pria itu menerima perjodohan dari kedua orang tuanya.
"Umi..." Rangga berlari menghampiri uminya di dapur yang tengah membuat pesanan brownies.
"Ada apa mas?" tanya Retno.
"Tadi ada pak pos umi" Rangga memberikan undangan kepada uminya.
Terbesit kesedihan dan kehampaan di sudut relung hatinya, namun Retno tersenyum lega saat melihat undangan pernikahan bertuliskan nama Cakrawala.
"Minggu depan uncle Cakra mau menikah, mas temani umi ya datang ke acara pernikahan uncle."
"Kalo uncle menikah, uncle tidak akan bermain lagi dengan aku?" tersirat sedikit kekecewaan pada wajah rangga saat mengetahui jika Cakra akan menikah, pasalanya rangga mulai merasa nyaman selalu di temani bermain dan belajar dengan Cakra.
"Kan ada umi, ada adek juga yang sudah mulai bisa merangkak. Kita mainnya bertiga saja ya" Retno berusaha menghibur Rangga dan memberikannya pemahaman jika dirinya tidak boleh bergantung pada orang lain.
Rangga menganggukan kepalanya dan tersenyum ke arah Retno, ia pun akhirnya mengerti dengan apa yang uminya katakan padanya.
"Umi, aku bantu ya" Melihat uminya kerepotan membuat pesanan kue, rangga turut serta membantu uminya. Dengan cekatan bocah itu memasukan brownies yang sudah jadi ke dalam paper bag untuk di antar ke tempat pelanggannya.
"Mas, mas tidak keberatan kan jika nanti mas sekolah di negeri?" tanya retno dengan hati-hati, ia takut jika putranya keberatan dan tidak dapat beradaptasi karena jumlah murid yang akan lebih banyak di banding dengan sekolahnya yang lama serta kelengkapan fasilitas yang berbeda.
Retno terpaksa tidak melanjutkan di sekolahnya yang lama karena terkait biaya bulanan dan daftar ulang yang sangat tinggi, wanita itu sudah tidak lagi mampu membayar uang sekolah rangga, penghasilannya hanya cukup untuk biaya sehari-hari serta biaya terapi pengobatan HIVnya.
"Aku tidak keberatan umi, aku bisa belajar di mana saja" Jawab rangga, sembari menyelesaikan pekerjaannya.
Retno mengelus kepala putra sulungnya, ia merasa sangat beruntung memiliki anak secerdas dan sangat pengertian seperti rangga dan rama.
"Sudah selesai umi, ada lagi yang biasa aku bantu?" Rangga memberikan semua paper bag berisi brownies yang telah ia susun rapih.
"Sudah semua Mas, terima kasih ya. Umi mau antar pesanan kuenya dulu, mas tolong jaga adek ya" pinta Retno.
"Siap Umi." ucap Rangga dengan tubuh tegak dan tangan di atas kepalanya bak komandan yang sedang hormat.
Retno tertawa melihat pola mengge askan putranya "Ya sudah, Umi berangkat dulu ya. Assalaikum" Retno melangkahkan kakinya mengantarkan pesanan browniesnya ke rumah sakit, ada salah satu perawat di rumah sakit tersebut yang memesan banyak kue padanya.
Tiba di depan rumah sakit salah seorang security menghampirinya.
"Dengan Bu Retno?"
"Ia pak."
"Apa ini pesanan kue Bu Jessy?"
"Oh ia pak."
"Biar saya saja yang mengantarkannya tadi bu jessy sudah menyuruh saya untuk mengambilnya dan ini uangnya, kata bu jessy ibu ambil saja kembaliannya." Security tersebut memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu.
"Terima kasih pak" Retno menghitung uang tersebut, ia sangat heran mendapatkan bayaran tiga kali lipat dari harga yang ia jual, ketika Retno ingin mengembalikan kelebihannya, security tersebut sudah pergi meninggalkannya.
''Ya sudahlah aku kembalikan besok saja" gumam Retno, karena seingatnya bu jessy masih memiliki pesanan muffin untuk esok hari, retno pun memutuskan untuk kembali pulang ke kediamannya.
Dan keesokan harinya di jam yang sama, Retno kembali mengantarkan muffin ke rumah sakit, namun kali ini dirinya bersama dengan rangga karena banyaknya muffin yang di pesan sehingga Rangga menawarkan diri untuk membantu uminya.
"Maafin umi ya mas, Umi ngerepotin mas terus"
"Tidak kok umi, aku malah senang membantu umi." ucap Rangga, sambil tersenyum.
Meski dirinya masih kecil namun bocah itu sudah sangat paham akan posisinya sebagai anak sulung, sehingga sebisanya ia mencoba untuk membantu Uminya, ia merasa tidak tega setiap kali melihat uminya kerepotan.
Tiba di rumah sakit, security yang kemarin kembali menghampiri retno untuk mengambil pesanan muffin milik bu jessy, ia memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Tidak perlu pak, justru yang kemarin masih ada kembaliannya." tolak retno.
"Tapi ini dari bu jessy bu, saya hanya menyampaikannya saja."
"Ya sudah terima kasih banyak pak." Mau tak mau retno menerimanya, ia berniat menghubungi bu jessy membahas mahasalah uang tersebut saat ia sudah pulang.
"Aku jadi penasan dengan bu jessi." gumamnya dalam hati.
"Umi, boleh aku minta ice cream?" Tanya rangga, membuyarkan lamunan retno.
"Tentu saja boleh, nanti kita ke mini market sambil beli susu untuk adek ya."
"Terima kasih umi." Ucap rangga, retno tersenyum sambil mengajak rangga pulang.
Satu minggu kemudian, setelah mengantarkan pesanan kue ke beberapa pelanggannya, Retno dan Rangga menghadiri acara resepsi pernikahan Cakra.
Dari atas pelaminan, cakra terdiam memandangi retno dan rangga yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Selamat ya, Mas Cakra" Retno mengulurkan tangannya memberikan doa dan ucapan selamat kepada Cakra.
Cakra tak menjawab ucapan retno, ia hanya mentap retno dalam-dalam sambil menerima jabatan tangan retno dengan erat.
"Mas cakra lepasin" Bisik retno sambil berusaha menarik tangannya, namun cakra tak juga melepaskannya.
"Mas cakra, lepasin" Ulangnya, ia tak enak dengan istri cakra yang menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Congratulation, uncle." ucap Rangga.
Mendengar ucapan selamat dari Rangga, cakra pun melepaskan tangan retno kemudian ia berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan rangga, cakra mengelus kepala rangga kemudian memeluknya erat.
"Jaga umi dan adek ya." Cakra menghapus air matanya yang mulai berkaca-kaca kemudian kembali berdiri dan sekali lagi ia mengelus serta mencium kepala rangga.
"Mas, yuk." Retno mengajak rangga untuk turun dari pelaminan, ia tak ingin dirinya dan putranya menjadi pusat perhatian banyak orang yang melihatnya, karena apa yang di lakukan oleh cakra.
"Kita makan dirumah saja ya, takut adek nangis." Retno tak nyaman berlama-lama berada di acara resepsi pernikahan cakra, ia tak mau ada orang yang salah paham terhadap dirinya.
Retno kembali ke kediamannya memilih untuk fokus mengurus kehidupannya bersama anak-anaknya dan melupakan tentang cakra.
Beberapa hari berlalu, retno kian di sibukan dengan peningkatan pesanan kuenya hingga ia kini memperkerjakan dua orang karyawan untuk membantunya.
"Biar aku saja yang mengantar, kamu lanjutkan saja yang itu tinggal di oven." ucap retno kepada karyawannya, kemudian ia berjalan keluar sambil membawa pesanan yang akan ia antar.
"Umi pergi dulu ya, mas temani adek main saja. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, hati-hati umi."
Retno bergegas mengantar pesanan bu jessy pelanggan setianya yang selalu memesan kuenya, ingin sekali rasanya retno bertemu dengan bu jessi untuk berterima kasih padanya secara lansung namun sayangnya, security selalu menunggu dan mengambil pesanan kuenya.
"Bu jessy sedang sibuk, jadi beliau menyuruh saya yang mengambil pesanan kuenya."
"Ya sudah kalo begitu." Retno menyerahkannya kepada security.
"Ini bu uangnya." Security tersebut langsung pergi meninggalkan retno.
Retno menghitung uang yang di berikan security tersebut, dan seperti biasanya bu jessy memberikan uang lebih kepadanya.
"Pak..." Retno mengejar security tersebut ia tak enak jika harus terus menerus di beri uang lebih.
"Kemana sih, cepat sekali menghilangnya." gumam retno.
Retno pun memutuskan untuk kembali pulang, tiba di parkiran retno tak sengaja melihat cakra tengah berbincang dengan beberapa perawat.
"Terima kasih ya dok untuk muffin dan kue-kuenya. Semua kuenya enak-enak" Ucap salah seorang perawat.
"Muffin? jadi Mas Cakra selama ini yang pesan kueku ?" gumam Retno dalam hati.
sungguh menguras air mata, tapi sangat puas n byk pelajaran yg bisa diambil dlm cerita ini
sungguh sangat terharu dgn novel ini