(follow Instagram ku: @Picisan_Imut94)
rasanya seperti mimpi, melakoni suatu pernikahan dadakan hanya karena salah paham warga yang mengira keduanya telah melakukan mesum di sebuah kedai kopi sederhana.
Kinara gadis penjual kopi ini entah ketiban sial atau sebuah keberuntungan, Tiba-tiba harus merubah statusnya menjadi seorang istri pria asing.
selama ini Kinara hanya mengenal Tara sebagai seorang supir taxi online, dan di luar dugaan Tara ternyata adalah Leonard Dewantara.
seorang pemimpin perusahaan Dewantara Grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta semanis Durian.
Di rumah utama.
Seorang pria paruh baya mengetuk pintu ruangan kerja Tuan muda Leonard. Menghampiri seorang pria yang masih sibuk dengan laptop dan kaca mata yang melekat di sana.
Pria itu pun menoleh sesaat dan kembali pada layar laptop di hadapannya, membiarkan pria itu masuk sembari membawakan susu hangat untuknya.
"Silahkan Tuan Ivan." Ucap pak Rudy. Pria yang sudah berusia sekitar tujuh puluh tahun, dengan tubuh sedikit tambun, dan pandangan yang sudah mulai rabun itu meletakkan segelas susu hangat di sebelah laptop milik Sekertaris Ivan.
"Terimakasih pak Rudy." Ucapnya, sekilas senyum tipis tersungging di bibirnya, menikmati sejenak susu itu sembari rehat, setelah melakukan rutinitasnya sedari pagi.
"Bagaimana kabar Tuan muda? Apa dia makan dengan baik, dan tidur dengan layak?" Tanya pak Rudy, setiap hari tanpa bosan, hal itu lah yang beliau pertanyakan, sehingga membuat Ivan mulai bosan menjawabnya. Ia pun hanya diam saja.
Karena itulah pak Rudy, pria yang sudah seperti ayah untuknya ataupun Tuan muda, karena hanya beliau lah yang selalu mengkhawatirkan kondisi keduanya, mungkin karena pak Rudy tak memiliki anak walaupun beliau sudah menikah lama dengan istrinya.
Bahkan kasih sayang beliau mengalahkan kasih sayang Tuan Bhaskara pada Tuan muda, ataupun pak Jovi ayah dari Ivan itu sendiri yang masih setia mengabdi sebagai kaki tangan Tuan besar.
"Kapan Tuan muda akan pulang? Saya sudah rindu ingin memasakannya nasi omelette kesukaannya." Ucap pria sepuh itu.
Ivan tersenyum. "Tuan muda sangat sulit posisinya saat ini pak, karena istrinya sama sekali belum tahu siapa dia sebenarnya." Jelas Ivan pada pak Rudy yang sudah tahu perihal Leon yang sudah menikah itu.
"Dan lagi, pagi ini? Aku melihat pancaran bahagia yang lebih cerah dari sebelumnya." Menengguk susunya lagi, lalu beranjak berjalan menuju sebuah kaca jendela yang sangat besar dan tinggi di hadapannya, menghadap ke luar. Sementara pak Rudy hanya diam saja mengamati punggung kekar itu.
"Anda tahu Pak? Usia ku terpaut tujuh tahun darinya, sejak kecil aku sudah biasa menjadi teman bermain Tuan muda, menganggapnya seperti adik kandung ku sendiri. Dan menuruti semua yang dia inginkan, walaupun aku harus menjadi sasaran empuk kemarahan ayahnya atau ayah ku sendiri saat terjadi masalah dengannya." Ucap Ivan, ia menghela nafas sejenak.
"Aku sangat menyayangi Tuan muda Leonard selayaknya adik yang manis, walaupun kadang tingkahnya membuat ku gila hahaha." Terkekeh sendiri, saat mengingat dia harus mengikuti acara jalan-jalan tuan mudanya itu. Sementara pak Rudy tersenyum. "Dia sangat bahagia dengan istrinya itu, tidak seperti saat dengan pewaris keluarga Agatha, aku merasakan dia benar-benar hidup selayaknya manusia yang di cintai, pak Rudy." Ucap Ivan.
Pak Rudy masih tak bergeming, mendengar setiap ucapan Ivan, memang benar. Selama ini hidup Tuan muda sangat sulit, menjalani hidupnya sebagai seorang pewaris tunggal Dewantara, belum lagi dengan segala aturan yang ada, hingga ia bisa di angkat jadi Presdir di usia muda.
ia selalu mengesampingkan semuanya, hal-hal yang seharusnya ia lakukan selayaknya manusia yang memiliki kesenangan, seperti pertemanan ataupun cinta dengan lawan jenis.
Bahkan ia turut geram saat Viona membuatnya menjadi pria yang tidak bersemangat lagi untuk hidup, dan di situasi itu hanya Ivan lah yang bisa meredam segala kesedihan dan luka yang di alami Tuan mudanya itu.
"Seperti apa nona Kinara itu?" Tanya Pak Rudy, yang mulai sedikit penasaran.
"Gadis itu sangatlah sederhana, cantik, berhati lembut, dan lincah." Terkekeh sembari menggambarkan visual tentang wanita sesuai dengan apa yang ia lihat.
"Ku rasa Tuan muda benar-benar mendapatkan malaikat cantik yang tepat sebagai teman hidupnya. Namun?" Kata-kata Ivan terpotong.
"Namun?" Tanya pak Rudy.
"Anda tahu pak? Jika Tuan besar belum mengetahui prihal ini kan?" Tanya Ivan.
"Benar, dan saya tidak yakin Tuan besar akan menyetujui ini, bahkan mungkin, beliau pasti akan marah besar, saya jadi khawatir dengan nona itu." Gumam pak Rudy.
"Itu lah yang menjadi perdebatan batin Tuan muda saat ini. Ku rasa."
"Tapi? Mau sampai kapan Tuan muda menyembunyikan hal ini?" Tanya pak Rudy.
"Ia hanya bilang, ingin menjalaninya saja. Dan berjuang sebisa mungkin." Ucap Ivan sebelum akhirnya menghela nafas. "Belum apa-apa aku sudah membayangkan hal yang menyesakkan, akan terjadi pada Tuan muda." Sambungnya. Sementara pak Rudy hanya diam saja.
Sama-sama merasakan kekhawatiran itu, dan berharap hal mengerikan yang terbayang dalam benak mereka tidak benar-benar terjadi.
***
Sementara itu di tempat lain. Leon duduk menyandar di sebuah sofa usang, sementara sang istri merebahkan tubuhnya dengan kepala di pangkuan sang suami sembari menikmati acara televisi.
Walaupun fokus Leon bukan pada layar Televisinya ia malah justru asik melihat kearah gadis yang tengah mengunyah Snack dan menarik-narik pipi Kinar dengan gemas.
"Cinta," panggil Kinar, Leon pun terkekeh pelan.
'dia benar-benar memanggil ku dengan sebutan itu.' batin Leon, tangannya masih sibuk mengusap-usap pipi dan juga dagu Kinar.
"Bagaimana? Mas jadi kan mengurus ke kantor urusan agama?" Tanya dia polos.
"Jadi sayang, aku pun sudah mengatur jadwal, kita akan menikah dua hari lagi." Tersenyum. 'kata Ivan sih.' batin Leon karena dialah yang mengurus semuanya.
Kinar pun beranjak, ia jauh lebih bersemangat lagi. "Serius mas?"
"Iya sayang." Mengecup bibir yang masih penuh dengan bumbu MSG lalu membersihkannya dengan kecupan itu.
Kinar mendorong pelan, "jangan cium aku dong mas, aku kan lagi makan."
"Memang kenapa?" Mengusap bibir Kinar yang basah menggunakan ibu jarinya.
"Ya tidak pede saja, kan kotor."
Terkekeh. "Makannya aku bersihkan tadi." Ia meraih tangan kanan kinar. Terlihat ibu jari dan jari telunjuknya itu masih penuh dengan bumbu tabur berwarna kuning, dari Snack keju yang ia makan.
"Mas mau apa?" Tanya Kinar saat Leon mengangkat tangannya, dan membulat sempurna mata itu saat Leon menghisapnya satu persatu.
"Kyaaaa, mas?" Hendak menarik tangan itu namun di tahan oleh Leon, dia masih melakukannya menghisap bersih jari-jari itu sembari menatapnya.
'ya ampun, dia sampai melakukan ini? Itu kan berlebihan, apa dia tidak jijik?' batin Kinar yang merasa tidak enak sendiri, walau sebenarnya dia meleleh akibat perlakuan itu.
"Mas, sudah hentikan tangan ku kan kotor." Leon menghentikan itu dan meraih dagu gadisnya. kembali dia luncurkan sebuah kecupan di sana, membuat Kinara mulai memejamkan matanya, dan kedua tangannya sudah melingkar di pinggang mas Tara, dan larut dalam ciuman keduanya, dengan waktu yang lumayan lama.
hingga Leon kembali melepaskan sejenak, memandanginya dengan waktu yang lama, bahkan sampai gadis itu merasa malu sendiri di buatnya.
"Jangan melihat ku seperti itu." Memalingkan wajahnya, karena malu.
Mas Tara tersenyum, ia meraih wajah itu agar mau menatapnya kembali. "Teruslah melihat ku seperti ini, sayang. Teruslah berada di sekitar ku. Jangan pernah sekalipun tersirat di otak mu untuk berhenti mencintai ku, apalagi sampai kau berpaling dan pergi dari ku." Ucap Leon serius, sementara gadis itu hanya membeku. Ia pun mendekati ceruk leher Kinar. "Karena aku bisa gila, karena itu." Bisiknya, lalu kembali menciumi area itu.
"Hiks Cintaaaaa... Aku mencintaimu." Ucap Kinar dengan nada merengek, mas Tara kembali terkekeh, karena panggil cinta itu tadi. Ia pun meraih tubuh Kinar, mengangkatnya, lalu membawanya ke dalam kamar.
Entah lah kedua sejoli ini masih seperti pengantin baru, jadi maklumi saja, jika mereka tengah sering melakukannya. Hehehe.
sekarang ingin baca lagi cerita nya bagus
insyaallah akan manis di akhir nya