My Perfect Daddy

"Mau kemana kamu, aku belum puas menyiksamu!" teriak Shea, "kenapa Kak Regan biarkan wanita itu pergi, aku belum puasa menyiksanya."Shea benar-benar kesal karena belum puas meluapkan kekesalannya.

"Kamu ini, seperti orang gila saja bertengkar seperti itu." Regan tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Shea.

"Dia yang gila, dia pikir setelah Bryan membuangnya dia bisa membalas dendam padaku?"

Suara Shea begitu kencang hingga membuat gendang telinga Regan ingin pecah rasanya. Suara lembut Shea seolah menghilang dan berganti suara yang tampak seperti auman singa.

Sesaat kemudian Bryan datang bersama Chika. Masuk ke kamar yang tadi sudah diberitahu oleh Felix yang di temuinya tadi, dia masuk ke dalam.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah istrinya yang berada di dalam dekapan Regan. Baju Shea terkoyak dan memperlihatkan sedikit bra miliknya. "Sayang," panggil Bryan seraya melepas jasnya.

Regan yang melihat Bryan sudah datang langsung melepas Shea. Dia yang dari tadi memegang Shea, benar-benar dibuat kewalahan.

Bryan langsung menutupi tubuh Shea dengan jasnya. Shea pun seketika tersadar saat kegilaan menghampirinya. "Sebenarnya ada apa ini?" tanya Bryan. Dia yang tadi kembali dari toilet diberitahu oleh Chika jika Shea pergi ke kamar hotel. Chika mengatakan jika Shea menerima access card dan sedang menuju kesana.

Seketika ucapan Chika membuatnya terkejut. Dia menduga pasti istrinya mengira dirinya lah yang memberikan access card itu. Bryan pun langsung menuju ke kamar hotel yang diberitahu Chika. Samapi saat dia keluar dari lift dia melihat Felix sedang menahan seorang wanita yang diketahui adalah istri kevin.

Mata Bryan membulat sempurna saat mendengar jika wanita itu mengumpatnya. Namun, Felix terus berusaha memeganginya. Felix pun memberitahu dia, di mana Shea berada. Bryan berlari menuju kamar hotel sedangkan Chika yang bersamanya tadi berusaha membantu Felix.

"Aku juga tidak tahu bagaimana ceritanya," ucap Regan, "tadi saat kamu ke toilet aku menemui Chika, dan aku tidak menemui Shea. Chika mengatakan jika Shea pergi ke kamar hotel untuk bertemu denganmu setelah mendapatkan access card dari pelayan. Untung Chika sempat melihat nomer kamarnya, jadi aku dan Felix kemari dengan bantuan petugas hotel. Namun, ternyata aku melihat Shea sedang bertengkar dengan istri Kevin." Regan menjelaskan pada Bryan bagaimana dirinya bisa sampai di kamar hotel.

Shea hanya diam saja. Dia tidak mengatakan satu patah katapun. Dia sedang menetralkan emosinya yang begitu meledak.

"Terima kasih, Kak, sudah melerai," ucap Bryan. Dia akan menanyakan tentang apa yang terjadi hingga membuat Shea bertengkar setelah emosi Shea mereda.

"Baiklah kalau begitu, aku akan pulang mengantar papa, nanti aku akan konfirmasi pada Felix tentang istri Kevin itu."

"Iya." Regan pun berlalu, tetapi dia sempat melihat Shea dengan tersenyum. Dia masih membayangkan bagaimana tadi Shea yang begitu menggila dan menyerang istri Kevin.

Shea yang malu hanya menundukan wajahnya. Dia tidak berani melihat Regan saat mengingat bagaimana dirinya tadi menghajar Jesika.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Bryan lembut.

"Ini semua salahmu!" Suara Shea bergetar dan sesaat kemudian air matanya mengalir.

Bryan membawa Shea dalam dekapannya. Memeluk istrinya itu dan menenangkannya.

Dalam hal ini memang Bryan bersalah karena melepas Shea dari pengawasannya. "Baiklah jelaskan nanti semua, sekarang kita ke kamar, dan aku akan obati lukamu."

Shea pun hanya mengangguk. Dia mengikuti kemana Bryan membawanya, yang pasti adalah ke kamar hotel, sesuai rencana awalnya.

***

Di kamar yang dipesan, Bryan membantu Shea untuk mengobati lukanya dengan meminta obat luka pada petugas hotel. Saat hendak mengoleskan obat luka di tubuh istrinya, Bryan melihat gaun Shea yang terkoyak.

Istrinya yang memakai gaun tanpa lengan yang sudah robek di salah satu bahu sudah sangat mirip Wilma dalam kartun Flinstone yang memakai dress one shoulder.

Tangan Bryan mengoleskan obat luka di bahu Shea. Luka bekas kuku itu begitu menghiasi kulit mulus milik Shea, dan begitu banyak.

"Auch … " pekik Shea saat mendapati obat luka begitu terasa perih saat menempel di tubuhnya.

"Apa kamu sedang aduh kekuatan?" goda Bryan.

"Iya, dan aku akan menang jika kak Regan tidak datang tiba-tiba tadi." Dengan bersungut-sungut Shea meluapkan kekesalannya saat Regan datang melerainya.

Bryan mengingat jika tadi kakak iparnya mendekap erat Shea agar tidak saling serang dengan Jesika. "Sebenarnya kenapa kamu bisa ke sana dan bagaimana bisa kamu berkelahi dengannya."

Shea menghela napasnya. Menahan gemuruh dalam hatinya saat mengingat bagaimana dia bisa bertemu dengan wanita iblis tadi. "Tadi aku mendapat access card dan aku pikir itu dari kamu." Dia mulai menjelaskan pada suaminya.

Tepat dugaan Bryan, jika Shea menduga jika itu dari dirinya. Dia pun memberikan ruang untuk Shea menceritakan semua.

"Saat aku masuk ternyata ada wanita iblis itu!" Shea kembali kesal mengingat Jesika.

Bryan hanya bisa terheran-heran dengan emosi istrinya dan baru kali ini dia melihatnya. Biasanya semarah-marah istrinya, dia tidakan akan berubah bar-bar seperti itu. "Lalu?" tanya Bryan seraya mengoleskan obat merah pada tubuh Shea.

"Dia mengatakan jika dia adalah wanita yang pernah kamu tiduri."

"Oh … ya?" tanya Bryan tidak percaya. Dia merasa tidak ingat kapan dia meniduri istri sepupunya itu.

"Karena kamu tidak ingat jadi dia meluapkan kekesalannya padaku!" Dengan bersungut-sungut dia mengatakan pada Bryan.

"Maksudmu karena aku lupa dia, jadinya dia meluapkan kekesalan padamu?" Brayan memastikan kembali pada Shea.

"Iya," jawab Shea pasti.

Dahi Bryan berkerut dalam mendengar ucapan Shea. Dia tidak menyangka jika saat dia melupakan wanita yang dia tiduri akan membuat istrinya celaka.

"Dia menjambak diriku lebih dahulu. Aku tidak terima dan membalasnya dengan mencengkram lengannya," ucap Shea seraya mempraktekan bagaimana dia membalasnya dengan mencengkram lengan Bryan.

"Kenapa kamu jadi bar-bar begitu?"

"Apa kamu bilang? Aku bar-bar?" Mata Shea mendelik saat mendengar ucapan Bryan.

Bryan menelan salivanya kasar. Dia benar-benar ketakutan melihat istrinya itu yang begitu garang.

"Aku hanya tidak terima dia menjambak aku duluan, dan aku tidak terima karena dia ingin membalas dendam," ucap Shea, "apalagi dia mengatasi aku wanita murahan, padahal dia sendiri yang murahan mau tidur dengan pria-pria."

Bryan benar-benar tidak bisa berkata apa-apa. Masa lalunya memang akan selalu menghantuinya.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun balas dendam atau pun merusak rumah tangga kita. Aku akan mencabik-cabik jika perlu."

"Maafkan aku, membuatmu dalam situasi ini," ucap Bryan, "maaf tadi terlambat menyelamatkanmu." Bryan benar-benar merasa bersalah dengan apa yang menimpa Shea.

.

.

.

.

...Lanjut besok ya....

...Jangan lupa like dan vote...