Lima abad setelah hilangnya Pendekar Kaisar, dunia persilatan terbelah. Pengguna tombak diburu dan dianggap hina, sementara sekte-sekte pedang berkuasa dengan tangan besi.
Zilong, pewaris terakhir Tombak Naga Langit, turun gunung untuk menyatukan kembali persaudaraan yang hancur. Ditemani Xiao Bai, gadis siluman rubah, dan Jian Chen, si jenius pedang, Zilong mengembara membawa Panji Pengembara yang kini didukung oleh dua sekte pedang terbesar.
Di tengah kebangkitan Kaisar Iblis dan intrik berdarah, mampukah satu tombak menantang dunia demi kedamaian, ataukah sejarah akan kembali tertulis dalam genangan darah?
"Satu Tombak menantang dunia, satu Pedang menjaga jiwa, dan satu Panji menyatukan semua."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Dua Dukungan, Satu Tujuan(Arc 2 End)
Kemenangan di Lembah Tengkorak disambut dengan suka cita di kediaman Sekte Pedang Giok. Namun bagi Zilong, kemenangan itu juga berarti waktu bagi dirinya untuk kembali melangkah. Panji Pengembara di punggungnya seolah memanggil, mengingatkannya bahwa perjalanannya masih sangat panjang.
Pagi itu, di alun-alun utama sekte, seluruh murid berbaris rapi. Master Han berjalan mendekati Zilong dengan membawa sebuah lencana logam berbentuk teratai giok yang dikelilingi pedang.
"Zilong," suara Master Han terdengar berat dan penuh wibawa "Keberanianmu di Lembah Tengkorak telah membuktikan bahwa kau bukan hanya seorang pembawa panji, tapi kau adalah pemimpin yang dibutuhkan dunia persilatan saat ini."
Master Han mengambil kain putih Panji Pengembara milik Zilong. Di samping lambang Sekte Pedang Langit yang sudah ada, Master Han memasang simbol Sekte Pedang Giok dengan jarum perak.
"Dengan ini, Sekte Pedang Giok secara resmi berada di belakangmu. ucap Master Han "Siapa pun yang menantangmu, berarti menantang kami. Gunakan dukungan ini untuk terus menebar keadilan."
Zilong membungkuk hormat, merasa terharu melihat dua simbol sekte besar kini bersanding di panjinya "Terima kasih, Master Han. Dukungan ini adalah amanah yang akan saya jaga seumur hidup."
Di sudut gerbang, seorang pria tua duduk di kursi kayu. Itu adalah Paman Lin. Meski wajahnya tampak jauh lebih segar dari saat ditemukan di penjara, aura pendekar yang dulu ia miliki telah sirna. Serangan energi hitam di penjara Kota Terlarang telah merusak meridiannya secara permanen; Paman Lin kini hanyalah manusia biasa.
Zilong berlutut di hadapan pria tua itu, memegang tangannya yang kasar "Paman... aku sangat ingin kau ikut bersamaku."
Paman Lin tersenyum lembut, mengelus kepala Zilong "Zilong, Naga Kecilku... masaku sudah selesai. Kekuatanku telah habis dimakan waktu dan kegelapan. Jika aku ikut, aku hanya akan menjadi beban di perjalananmu yang cepat."
"Tapi Paman—"
"Ssst," potong Paman Lin "Master Han sudah berjanji aku boleh tinggal di sini. Aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan merawat taman obat di sekte ini. Itu sudah lebih dari cukup bagiku. Tugasmu sekarang adalah meneruskan impian ayahmu... satukan dunia ini, Zilong."
Zilong terdiam sejenak, lalu ia memeluk paman terakhirnya itu dengan erat. Perpisahan ini terasa lebih menyakitkan daripada luka bertarung, namun ia tahu Paman Lin akan aman di bawah perlindungan Sekte Pedang Giok.
Xiao Bai dan Jian Chen sudah menunggu di luar gerbang dengan tas perbekalan mereka. Jian Chen tampak lebih bersemangat dari biasanya, sementara Xiao Bai sesekali menoleh ke belakang, memberikan penghormatan terakhir pada tempat yang telah menyelamatkan nyawa mereka.
"Kau siap, Pendekar Kayu?" goda Jian Chen sambil menepuk pundak Zilong "Dua dukungan sekte besar... kau sekarang adalah orang paling berpengaruh yang tidak punya rumah."
Zilong tersenyum tipis, bangkit dari hadapan Paman Lin dan menyandang tombaknya. "Rumahku adalah jalanan, dan atapku adalah langit. Mari kita berangkat."
Mereka bertiga mulai berjalan menjauhi gerbang sekte. Master Han, Paman Lin, dan para pendekar lainnya melambaikan tangan hingga sosok mereka mengecil di kejauhan.
Zilong menatap ke depan. Di punggungnya, panji putih dengan dua lambang besar berkibar gagah ditiup angin pegunungan. Satu langkah demi satu langkah, ia semakin dekat dengan misteri hilangnya Pendekar Kaisar dan ancaman Kaisar Iblis yang masih bersembunyi di kegelapan.