Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Harta Karun Berdarah
...Su Yan...
...Tang Bing...
...Liu Mei...
...Feng Jiu...
...Gu Xian'er...
...Jiang Xue...
Gudang Harta Sekte Tinju Besi - Kedalaman Gua.
Ye Chen berdiri di depan sebuah pintu besi raksasa setebal setengah meter. Pintu itu tidak memiliki lubang kunci, hanya ada segel energi kuno yang berpendar dengan redup.
"Feng Jiu, kau tahu cara untuk membukanya?" tanya Ye Chen.
Feng Jiu (dalam wujud roh merah) melayang keluar dari pedang, mengamati segel itu dengan tatapan meremehkan.
"Cih. Ini segel murahan kelas teri. Xiong Ba pasti membelinya di pasar loak. Tuan cukup alirkan sedikit Qi, pintunya akan hancur sendiri karena tidak kuat menahan energi Tuan."
Ye Chen pun mengangguk. Dia menempelkan telapak tangannya ke pintu besi itu.
WUUUNG!
Energi emas mengalir dari tangannya.
KRAK!
BOOM!
Pintu besi itu tidak terbuka melainkan meledak berkeping-keping ke dalam.
Debu mulai mengepul dan saat debu mulai menipis, mata Ye Chen disambut oleh kilauan yang menyilaukan.
"Wow..."
Di dalam gua seluas lapangan basket itu, tumpukan emas batangan menggunung di sudut kanan. Di rak-rak kayu sebelah kiri, berjejer kotak-kotak giok berisi tanaman obat langka (yang mungkin dicuri sekte dari berbagai tabib). Di tengah ruangan, ada tumpukan senjata pusaka dan batu-batu kristal bercahaya (Spirit Stones).
[Ding!]
[Mendeteksi Harta Karun!]
[Estimasi Nilai Total: 50 Miliar Yuan (Tunai & Aset) + 1000 Batu Roh Kelas Rendah.]
Ye Chen berjalan masuk, mengambil satu batangan emas dan melempar-lemparnya ke udara.
"Lumayan buat uang jajan. Xiong Ba ini ternyata tipikal orang yang rajin menabung hasil rampokannya."
Tapi mata Ye Chen tertuju pada sebuah kotak hitam kecil yang diletakkan di podium khusus di ujung ruangan. Kotak itu memancarkan aura dingin yang aneh.
Ye Chen pun membukanya.
Isinya adalah sebuah Peta Kulit Kuno yang sobek sebagian, dan sebuah Liontin Giok berbentuk Naga Hitam.
"Itu..." Feng Jiu tiba-tiba mendekat, wajahnya serius. "Tuan, itu adalah Peta Makam Kuno Raja Iblis Langit! Dan Liontin itu... adalah kuncinya!"
"Raja Iblis Langit?"
"Iya! Legenda mengatakan dia menyembunyikan 'Api Surgawi' di makamnya. Api yang bisa membakar apa saja, bahkan jiwa sekalipun! Xiong Ba pasti sedang mencari potongan peta lainnya."
Ye Chen menyeringai. "Api Surgawi? Kedengarannya berguna untuk membakar sesuatu yang keras."
Ye Chen menyimpan peta dan liontin itu ke dalam Cincin Penyimpanan Sistemnya.
"Sistem, sapu bersih semuanya. Jangan sisakan satu koin pun."
ZRRRT!
Dalam sekejap, seluruh isi gudang harta itu menghilang, tersedot masuk ke inventaris Ye Chen. Gua itu kini kosong melompong, hanya menyisakan debu.
Ye Chen berbalik keluar. Di luar, 50 murid sekte yang sudah menyerah sedang menunggu dengan gemetar.
"Kalian," tunjuk Ye Chen. "Jaga tempat ini. Bersihkan mayat-mayat di luar. Aku akan kirim orang kepercayaanku nanti untuk mengambil alih tambang batu ini. Kalau ada satu orang saja yang mencoba kabur atau mencuri..."
Ye Chen menebas udara dengan tangannya.
SLASH!
Sebuah batu besar di kejauhan terbelah menjadi dua bagian dengan rapi.
"...nasib kalian akan sama seperti batu itu."
"SIAP TUAN! KAMI AKAN SETIA SAMPAI MATI!" seru mereka serentak sambil bersujud mencium tanah.
Ye Chen mengangguk puas. Dia melompat ke atas motor Ducati Spirit-nya.
"Waktunya pulang. Istri-istriku pasti sudah menunggu."
VROOOM!
Ye Chen melesat pergi, meninggalkan Gunung Batu yang kini telah berganti pemilik.
Sore Hari - Villa Puncak Naga.
Suasana di villa terasa tegang namun penuh harap. Tiga wanita cantik duduk di ruang tengah, mata mereka tak lepas dari pintu depan.
Tang Bing sudah berganti pakaian yang lebih santai... kaos oversized milik Ye Chen yang menutupi celana pendeknya, membuatnya terlihat seksi secara natural.
Su Yan sedang memeriksa berkas kampus dengan gelisah.
Liu Mei sedang menyiapkan teh, tapi tangannya gemetar hingga cangkirnya berdenting.
Ciiitt!
Suara ban berdecit terdengar dari halaman depan.
"Dia sudah pulang!" teriak Tang Bing, melupakan gengsinya dan langsung lari ke pintu.
Su Yan dan Liu Mei menyusul di belakang.
Saat pintu terbuka, Ye Chen berdiri di sana. Rambutnya sedikit acak-acakan, ada debu di jaketnya, tapi dia tersenyum lebar.
"Aku pulang," sapa Ye Chen.
"Ye Chen!"
Tang Bing melompat memeluk leher Ye Chen, melingkarkan kakinya di pinggang pria itu.
"Bodoh! Kenapa lama sekali?! Aku hampir mau menyusulmu pakai helikopter!" omel Tang Bing, matanya mulai basah.
Ye Chen tertawa, menepuk pantat Tang Bing. "Tadi di jalan macet, Sayang. Banyak sampah yang harus dibersihkan."
Ye Chen menurunkan Tang Bing, lalu merentangkan tangan menyambut pelukan Su Yan dan Liu Mei.
"Syukurlah Tuan Muda selamat..." Liu Mei menangis terharu sambil memeriksa wajah Ye Chen.
"Kau benar-benar menghabisi mereka semua?" tanya Su Yan tak percaya.
Ye Chen mengangguk. "Sekte Tinju Besi sudah jadi sejarah sekarang. Mulai besok, tidak akan ada lagi yang berani mengganggu kalian."
Ye Chen mengeluarkan beberapa kotak hadiah dari saku jaketnya (hasil jarahan gudang harta).
"Aku ada oleh-oleh untuk kalian."
Dia memberikan Kalung Mutiara Laut Dalam (penambah aura kecantikan) pada Liu Mei.
Dia memberikan Pena Bulu Angsa Emas (artefak kuno yang bisa meningkatkan konsentrasi) pada Su Yan.
Dan dia memberikan Belati Kembar Perak (senjata roh kelas rendah) pada Tang Bing.
"Wah! Ini tajam sekali!" mata Tang Bing berbinar saat mencabut belati itu. Aura membunuhnya keluar lagi.
"Aku tau itu akan cocok untukmu," kata Ye Chen. "Simpan itu untuk jaga diri."
Malam itu, Villa Puncak Naga mengadakan pesta kecil. Liu Mei memasak hidangan mewah. Su Yan membuka botol anggur terbaik. Tang Bing menceritakan (dengan bangga) bagaimana dia membuat laporan palsu ke markas besar bahwa "Gudang Senjata Ilegal Sekte Meledak Sendiri" untuk menutupi jejak Ye Chen.
Mereka tertawa, minum, dan menikmati kedamaian yang mahal harganya. Ye Chen merasa lengkap. Inilah hidup yang dia inginkan. Kekuasaan, Kekayaan, dan Wanita-wanita setia.
Namun, seperti kata pepatah... Semakin tinggi pohon itu, semakin kencang angin bertiup.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.