NovelToon NovelToon
Aira Kaisara

Aira Kaisara

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Sutia Pristika Sari

Kehidupan Aira yang mulanya penuh bahagia tiba-tiba mulai terbalik sejak papanya menikah lagi.

Lukanya diiris kian dalam dari orang terkasihnya. Malvino Algara, pacarnya itu ternyata palsu.

" Pa ... Aira butuh papa. "

" Angel juga butuh papa. Dia ngga punya papa yang menyayanginya, Aira. "

****

" Vin ... Aku sakit liat kamu sama dia. "

" Ngga usah lebai. Dulu lo udah dapat semuanya. Jangan berpikir kalo semuanya harus berpusat ke lo, Ra. "

" Kenapa kamu berubah? "

" Berubah? Gue ngga berubah. Ini gue yang sesungguhnya. Ekspetasi lo aja yang berlebihan. "

****

" Ra ... Apapun yang terjadi. Gue tetap ada disamping lo. "

" Makasih, Alin. "

****

" Putusin. Jangan paksain hubungan kalian. Malvino itu brengsek. Lupain. Banyak cowok yang tulus suka sama lo. Gue bakal lindungin lo."

" Makasih, Rean. "

****

" Alvin ... Aku cape. Kalau aku pergi dari kamu. Kamu bakal kehilangan ngga? "

" Engga sama sekali. "

" Termasuk kalo aku mati? "

" Hm. Itu lebih bagus. "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sutia Pristika Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ombak lain

Abimanyu termenung di balkon kamar. Memandang lekat hiruk pikuk suasana ibu kota di malam hari. Kelap-kelip lampu di sepanjang jalan tak mampu menghibur kegundahan hatinya.

Beberapa kali, kedua belah tangannya mengusap-usap wajah. Secangkir kopi di atas meja pun sudah dingin tak ia sentuh.

Tangannya merayap ke dalam saku celana untuk mengambil ponsel. Tak ada satu pun panggilan atau WhatsApp dari Aira. Ia menghela napas kasar. " Kamu pergi kemana, Aira? Nginap dimana? Kenapa ngga ada kasi kabar? " Monolognya.

Aksi melamunnya terhenti saat tubuhnya sudah di peluk seseorang dari belakang. Lehernya otomatis memutar. Ternyata sosok itu adalah Saras.

Saras tersenyum. "Mas ... Ngelamunin apa? Dari tadi kamu ngga keluar kamar. Kopi buatan ku aja masih belum kamu sentuh. " Tanyanya.

Abimanyu tetap membelakangi istrinya. Matanya masih betah menatap ke luar. " Aku kepikiran Aira. Dia ada dimana sekarang? Dia belum makan, bahkan saat pergi tadi masih pakai seragam sekolah. " Ujarnya.

Raut wajah Saras berubah masam. Namun, tak tampak oleh sang suami karena posisinya masih memeluk pria itu. " Kamu tenang aja. Dia udah gede kan mas? Lagian tadi kan kamu tau, dia perginya bareng Malvino. Mungkin aja, Aira nginep di sana. " Sahutnya malas.

Abimanyu melepas pelan pelukan Saras. Kini, sepenuhnya memutar badan menghadap ke istrinya itu. " Tapi, dia ngga ada telfon aku sama sekali. Minimal, SMS atau WhatsApp lah. " Katanya sambil terus bolak-balik memeriksa log panggilan dan kotak pesan di ponselnya.

Saras menatap Abimanyu." Mas ... Pahami aja lah! Aira kan lagi marah sama kamu. Untuk itu, dia ngga mau ngabarin. Biasalah anak ABG kalo lagi ngambek. Kan? "

Pria itu menggeleng kecil. " Kalo dia kenapa-kenapa gimana, Saras? "

" Dia ga akan kenapa-kenapa. Jangan negatif thinking gitu dong! " Sahut Saras.

Dua pasangan berumur ini duduk di kursi yang tersedia di balkon. Abimanyu bersandar penuh di kepala kursi. Tangannya menumpuk di kedua sisi pegangan kursi.

" Apa aku tanya aja ya sama Malvino? " Ujar Abimanyu setelah beberapa menit di ke terdiamannya.

Alis Saras mengernyit. Tak lama, ia mengangguk setuju. " Itu ide bagus, mas. Daripada kamu terus-menerus gundah gulana gini. Aku jadi ikutan ga tenang lihatnya. "

Abimanyu tersenyum senang. " Oke. Aku coba hubungi Malvino dulu, ya. "

Ia segera mendial kontak Malvino. Hampir berkali-kali nada tersambung berbunyi. Namun, tak ada tanda-tanda manusia di seberang untuk menerima panggilannya.

Abimanyu kembali gusar. Padahal tadi senang bukan main. Beberapa kali ia pencet layar ponsel sampai mau jebol. " Ini si Malvino kemana lagi? Kenapa telfon ku ngga di angkat-angkat? " Katanya tak sabaran.

" Mas ... Sabar dulu! Bisa aja, Malvino lagi mandi atau apa. Tenang! " Ujarnya sambil mengelus lengan sang suami.

Tak lama setelah itu, ponsel mahal milik Abimanyu bergetar. Lampu kecil di samping kamera pun berkedip-kedip. Tanda satu pesan masuk. Ia bergegas memeriksa notif itu.

Malvino menantu

Om, maaf. Tadi hp Malvin dipegang sama Aira. Ini karena dia lagi ke toilet, makanya Malvin baru bisa pegang hp nya. Mungkin tadi, pas om nelfon dia sengaja ga mau jawab.

Seperti ada batu besar yang keluar dari hati Abimanyu. Rasanya lega sekali. Setidaknya, dia tau Aira memang sedang bersama orang baik.

Tangannya bergerak mengetik pada papan ketik.

^^^Abimanyu^^^

^^^Oh, iya. Gapapa Malvino. Om cuma mau tanya tadi, Aira baik-baik aja kan?^^^

Malvino menantu

Iya, om. Aira baik-baik aja. Tapi, masih badmood banget.

Om ... Om tenang aja, ya! Malvin akan jaga Aira. Dia cuma masih kebawa emosi. Besok, pasti semuanya akan normal lagi.

^^^Abimanyu^^^

^^^Om percayakan Aira sama kamu.^^^

^^^Maaf merepotkan.^^^

Malvino menantu

Enggak kok, om. Sama sekali ga ngerepotin.

Om ... Malvin izin bawa Aira nginep dirumah, gapapa kan?

Jari Abimanyu tertahan di udara. Menimang-nimang sebentar sebelum kembali mengetik.

^^^Abimanyu^^^

^^^Ya, ya ga apa-apa Malvino. Asalkan putri om baik-baik aja. Kalo ada apa-apa, kabari om!^^^

Malvino menantu

Iya, siap. Makasih udah kasi izin, om.

^^^Abimanyu^^^

^^^Makasih juga Malvino.^^^

Abimanyu keluar dari ruang obrolan. Menyimpan lagi ponselnya ke saku celana. Ia tersenyum ke arah Saras. Wajahnya lebih tenang. Napasnya pun terdengar berhembus lega.

Saras membalas senyum sang suami. " Gimana mas? Apa kata Malvino? " Tanyanya.

Yang ditanya masih merekah senyum. " Aira aman. Malvino terus ada di sisi dia. Dan Malvino juga sempat izin, untuk bawa Aira nginep dirumahnya. " Jelas Abimanyu.

" Aku bilang juga apakan? Aira ga akan kenapa-kenapa. Kamunya aja yang overthinking. " Kata Saras.

Abimanyu terkekeh. Tak mengelak dengan perkataan sang istri. " Iya. Maklum, aku __ dia putri semata wayangku. Dia ga bisa di kerasin. Sebelumnya, aku ga pernah bentak atau marahi dia kayak tadi. "

Saras mendengus kecil. Membuang muka pelan-pelan ke sisi bahu. Bola matanya merotasi. Setelahnya, buru-buru ia merubah ekspresinya menjadi semanis mungkin. " Jadi, udah kan? Setidaknya, kekhawatiran mas itu berkurang kan? " Tanyanya.

" Iya, aku jadi lebih tenang sekarang. " Abimanyu menjawab.

Saras mengangguk paham. Ia perlahan berdiri. " Oke ... Kalo gitu, kita masuk yuk! Dingin di sini. Lagian, kita juga belum turun makan malam. " Ujarnya.

" Loh? Kamu belum makan dari tadi? " Tanya Abimanyu heran.

Saras menjawab dengan gelengan. " Belum. Kamu kan tau, kalo aku selalu nunggu kamu buat makan bareng. " Jawabnya.

Abimanyu terdiam. Menatap penuh haru ke wanita di sampingnya ini. Ia ikut berdiri. " Lain kali, ga perlu nunggu aku. Kadang, aku suka telat makannya. Apalagi kalo lagi banyak tugas. "

" Gapapa, mas. Aku ini istri kamu. Dan sebagai seorang istri, aku ingin mentaati suamiku. "

" Iya, tapi__ "

" Udah! Ga ada tapi-tapian. Sekarang, ayo turun! Kita makan malem sama-sama. Ya, mas ya? " Potong Saras.

Abimanyu mengalah saja. " Iya .. Yaudah, ayo!" Putusnya.

Kedua pasangan ini bergerak meninggalkan balkon. Abimanyu menggeser pintu kaca. Tangan Saras tak absen melingkar di lengannya. Kaki mereka kompak bergerak melewati pintu kamar. Walaupun, langkah Saras masih agak pincang dikarenakan terkilir tadi siang.

****

Malvino dan Aira baru tiba di depan rumah bertingkat warna putih tulang. Di sekelilingnya, tampak dihiasi banyak sekali bunga beraneka ragam.

Aira melihat ke seisi kawasan rumah elit milik keluarga pacarnya ini. Sambil menunggu cowok itu memarkirkan motornya di garasi kecil khusus miliknya.

Malvino berjalan mendekat. Menarik pelan tangan Aira. Terasa olehnya, tangan itu masih bergetar kecil. " Kamu nginep dirumah aku aja, ya. " Ujarnya sambil mengelus kulit tangan Aira untuk memberikan ketenangan.

Aira masih menunduk. Susah payah untuk menghentikan air mata yang kembali menetes. " Nginep? " Ia menggeleng cepat. " Ngga usah, Alvin. Aku cuma mampir sebentar aja. Setelah isha, kamu anterin aku ke rumah Alin aja, ya! " Sahutnya.

" Enggak ... Udah! Gapapa. Nginep disini aja. Di dalem ada satu kamar kosong. Kamu bisa nempatin kamar itu. " Jelas Malvino.

" Tapi, Vin. Aku ga mau ngerepo __ "

" Sst!! Ga ada ngerepotin. " Sahut Malvino. "Mendingan sekarang kita masuk. Kamu bisa langsung bersih-bersih, makan malam, terus istirahat. Udah ya, nangisnya! " Celetuknya lagi. Jemarinya terangkat menghapus jejak air mata di kedua pipi gadisnya.

Setelahnya, Ia kembali menarik tangan Aira sampai depan pintu. Ia menekan bel di samping dinding beberapa kali.

Ting!

Tong!

" Iya ... Sebentar! " Sahut suara dari dalam. Disusul langkah buru-buru mendekat dari sebalik pintu.

Ceklek!

" Eh ... Aden? Baru pulang. " Ujar seorang wanita tua berpakaian rumahan sederhana. Bi Dayu, asisten rumah tangga sekaligus baby sitter Malvino sejak kecil.

Malvino tersenyum lebar. Melangkah lebih masuk ke dalam dengan Aira yang masih mengikut saja. " Hehe ... Iya, bi. " Sebelah tangannya menggaruk tengkuk.

Bi Dayu mendekat. Meraih kedua belah pipi anak asuhnya. " Ya Allah aden ... Bibi khawatir banget. Kirain ada apa-apa dijalan. Kenapa pulangnya malem banget atuh den? " Tanyanya cepat.

" Vino mampir ke rumah Aira dulu, bi. " Abimanyu menjawab. Ia menoleh seolah menunjuk Aira ke bi Dayu. " Ini Aira, pacar Vino. " Jelasnya.

Mata bi Dayu beralih ke Aira. " Pacar? Maa syaa Allah. Geulis pisan atuh, den. Aden pintar banget cari pasangan. "

Aira tertawa kecil. " Makasih, bi. Bibi juga, cantik banget. " Ujar nya.

Bi Dayu geleng-geleng. " Aduh ... Mana ada neng! Bibi mah udah tua. " Tanggapnya. " Eh, udah lah! Kita masuk aja, yuk! Kasihan aden dan neng kedinginan. "

Aira dan Malvino mengangguk setuju. Keduanya jalan beriringan lebih dulu. Bi Dayu, masih menutup pintu di belakang mereka.

Aira berjalan sambil menunduk. Tak mau mengangkat kepalanya. Ia bagaikan robot yang di beri program sebatas untuk mengikuti majikan saja. Bahkan ia tak sadar jika langkah mereka sudah berhenti tepat di ruang keluarga.

" Malam ma, pa ... " Sapa Malvino.

Sapaan itu membuat dua pasangan paruh baya menoleh serentak. Terlihat, mereka sedikit terkejut dengan sosok di samping Malvino sekarang.

Ratih, mama Malvino berdiri dan langsung menghampiri sang anak. " Vino ... Kamu dari mana aja? Kenapa pulangnya telat? " Ia bertanya.

Malvino balas memandang wanita yang melahirkannya ini. " Vino ada kegiatan di sekolah. Pulangnya tadi memang agak sore. Terus, Vino mampir dulu ke rumah Aira. " Jelasnya sambil menunjuk Aira dengan dagu.

Satu insan masih duduk diam di sofa. Matanya serius menatap majalah di tangannya.

Ratih melihat ke Aira. " Kamu, Aira? " Tanyanya lembut.

Aira mengangguk gugup. " Iya, tante. Saya Aira. " Jawabnya.

" Kamu ... siapanya Vino? " Tanya Wisnu, papa Malvino tiba-tiba.

Aira tambah gugup. Jarinya meremas kuat tangan Malvino. Mulut Aira akan mengeluarkan suara. Tapi__

" Pacar Vino, pa. Aira ini adalah pacar Vino. " Sahut Malvino. Suaranya lantang terdengar. Di dukung oleh rumah megah yang memantulkan suara seperti di dalam gua.

Celetukan Malvino ini, berhasil membuat Wisnu pelan-pelan melipat majalah dan meletakkannya di atas meja. Bola mata yang sama miripnya dengan Malvino itu, bergulir memindai Aira dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

Gerakan pelan, teratur, tapi penuh makna dari papa pacarnya itu, membuat dada Aira berdesir panas. Entahlah! Sesuatu dalam dirinya memberikan respon aneh. Karenanya juga, ia kembali menunduk.

Ratih yang sudah paham melihat reaksi sang suami pun cepat-cepat duduk menghampiri lelaki itu. " Wah ... Mas! Lihat! Ternyata anak kita memang udah besar, ya? Dia udah punya pacar loh, mas. Mana cantik banget lagi, calon menantu. " Ujarnya. Tangannya yang nempel di kemeja Wisnu, sedikit ditekan-tekan seperti memberi kode.

Wisnu tetap datar. Hanya matanya saja yang masih tak lepas memandang dua pasangan muda-mudi di depannya. " Iya. " Jawabnya singkat. Tak ada terusan, tak ada kalimat tambahan. Lurus saja.

Malvino pun tak goyah. Ia tetap berdiri tegap, santai. Ia juga tetap balas menatap sang papa. " Selama ini, Vino belum pernah ajak Aira, kan? Jadi, sekarang Aira kenalin dia ke kalian. Kita pacaran udah lama. Dan Vino baru sempat bawa Aira ke rumah ini. " Malvino menjeda ucapannya. " Pa .. Ma ... Vino izin ajak Aira nginep dirumah kita. Sampai batas waktu yang ngga ditentukan. Boleh, kan? " Tanyanya kepada kedua orang tuanya itu.

Rumah menjadi senyap. Seperti lintasan waktu. Keempat orang ini masih membisu. Namun, tak lama Ratih memecah keheningan. " Iya ... Of course, boy. Boleh, kok. " Ujarnya setelahnya.

" Makasih, Ma. Makasih juga, pa. " Kata Malvino. " Kalo gitu, Vino antar Aira ke kamarnya dulu. " Sambungnya.

Malvino menarik tangan Aira untuk mengikutinya lagi. Aira mengarahkan pandangannya ke Ratih dan Wisnu. " Saya permisi dulu, om. Makasih udah izinkan saya menginap di sini. " Ujarnya.

Ratih mengangguk. " Iya, sama-sama nak Aira. " Balasnya sedikit tersenyum.

Setelah kepergian mereka, Wisnu berdecih gusar. Dadanya memompa darah tak teratur. "Pacar? Huh? " Ia menggeleng kecil.

" Mas ... Udah, ya! Hargai keputusan Vino. Percaya aja sama dia. Kalo kebahagiaan anak kita itu ada di Aira. Kita bisa apa? Cukup support aja! " Sahut Ratih.

Wisnu tak menjawab. Lebih memilih untuk meraih majalah tadi dan membacanya lagi. Ratih disampingnya hanya menghembus nafas pelan.

****

" Aden ... Ini minuman dan makanan yang aden minta. " Ujar Bi Dayu.

Malvino menoleh sebentar. " Oh, iya bi. Taruh di situ aja. Makasih ya, bi. " Katanya.

Bi Dayu meletakkan satu piring makanan dan satu teko teh hangat di atas meja. " Iya, den. Sama-sama. " Ia beralih melihat ke Aira. " Aduduh ... Non Aira pasti kecapekan sekali, ya. Selepas makan dan bersih-bersih, langsung istirahat ya, non! " Ujarnya.

" Iya, Bi. Makasih. " Aira menjawab.

Bi Dayu sedikit membungkukkan badan. Kemudian ia keluar dari kamar itu.

Malvino menarik kursi rias sampai di samping ranjang. " Baju-baju kamu diberesinnya nanti aja. Sekarang makan dulu! Setelah itu, mandi! Ya?" Titahnya.

Aira menggigit bibirnya. Matanya berkaca-kaca. " Alvin ... Kayaknya salah deh, kalo aku nginep di sini. Kamu anterin aku ke rumah Alin aja, ya! " Ucapnya. Suaranya bergetar.

" Enggak! Kamu akan tetap disini. Jangan berpikir yang aneh-aneh. "

" Alvin ... I can feel it. Om Wisnu__ dia ngga suka sama aku, right? "

Malvino menggeleng-geleng. " Enggak. Ga gitu. " Sangkalnya. " Papa emang dingin banget orangnya. Makanya dia kayak gitu tadi. Itu udah biasa, Ra. Trust me! " Ia menjelaskan.

Aira tak menyahut apa-apa lagi. Ia hanya menunduk dan menangis.

" Intinya. Kamu tetap disini. Soal papa, biarin aku yang urus. " Kata Malvino meyakini. "Sekarang kamu makan dulu! " Tambahnya. Ia bergerak ke meja sebelah untuk mengambil hidangan makanan disana.

" Aku suapin? " Tanyanya.

Aira mengangguk malu-malu. " Iya, mau. "

Malvino terkekeh. Tak urung, menyendokkan makanan ke mulut Aira. Aira menerima suapan demi suapan itu. Rasanya lega karena lambung yang sejak tadi siang kosong kini terisi lagi.

Ia menatap dalam-dalam wajah ganteng di depannya. Tak mampu ia jabarkan dengan kata-kata rasa syukurnya. Malvino Algara, Ia benar-benar sudah cinta mati ke cowok ini.

" Alvin. Pinjam hp kamu, boleh? " Tanya Aira.

Malvino menyerahkannya begitu saja. " Boleh, nih! " Katanya.

" Makasih, pacar. " Ujar Aira.

" Satu suapan lagi, Ra. Aaa .... " Kata Malvino.

Aira menerima satu suapan itu lagi, sambil mengotak-atik ponsel milik sang pacar. Tiba-tiba satu panggilan masuk.

Papa mertua is calling ...

Aira tau siapa yang menelpon ini. Pasti papanya. Ia memilih untuk mendiamkan panggilan itu. Tak menerima, tak menolak.

Terhitung beberapa kali Abimanyu menelpon. Tapi, Aira tetap seperti itu. Ia masih tak bisa berhadapan dengan sang papa. Hatinya masih sedih.

Malvino melihat nama yang menelpon. Ia melenguh pelan. Ingin menjawab, tapi tak bisa. Sebab, Aira pasti tak mau memberikan ponselnya. Ia jadi serba salah.

Tak lagi terdengar dering panggilan. Dan Aira pun ke toilet tadi. Malvino bernapas lega. Ia raih ponselnya dan mengirim pesan WhatsApp ke Abimanyu.

^^^Malvino^^^

^^^Om, maaf. Tadi hp Malvin dipegang sama Aira. Ini karena dia lagi ke toilet, makanya Malvin baru bisa pegang hp nya. Mungkin tadi, pas om nelfon dia sengaja ga mau jawab.^^^

Beberapa saat, balasan WhatsApp dari seberang masuk.

Papa mertua

Oh, iya. Gapapa Malvino. Om cuma mau tanya tadi, Aira baik-baik aja kan?

^^^Malvino^^^

^^^Iya, om. Aira baik-baik aja. Tapi, masih badmood banget.^^^

^^^Om ... Om tenang aja, ya! Malvin akan jaga Aira. Dia cuma masih kebawa emosi. Besok, pasti semuanya akan normal lagi.^^^

Papa mertua

Om percayakan Aira sama kamu.

Maaf merepotkan.

^^^Malvino^^^

^^^Enggak kok, om. Sama sekali ga ngerepotin.^^^

^^^Om ... Malvin izin bawa Aira nginep dirumah, gapapa kan?^^^

Papa mertua

Ya, ya ga apa-apa Malvino. Asalkan putri om baik-baik aja. Kalo ada apa-apa, kabari om!

^^^Malvino^^^

^^^Iya, siap. Makasih udah kasi izin, om.^^^

Papa mertua

Makasih juga Malvino.

Malvino hanya membaca pesan tersebut. Tak membalas lagi. Takut akan menganggu waktu istirahat papa pacarnya itu. Ia buru-buru meletakkan ponsel ke atas selimut. Menunggu Aira kembali.

" Vino ... Bisa keluar sebentar? Papa mau bicara! " Ujar Wisnu dari pintu kamar yang sudah dibuka tiba-tiba.

Malvino menoleh. Perlahan beranjak mengikuti sang papa.

Saat bersamaan, Aira keluar dari toilet. Matanya sempat menangkap kepergian Malvino dan papanya ke luar. Dahinya berkerut. Karena penasaran, ia melangkah mengikuti mereka dalam jarak aman.

Anak dan bapak itu, berhenti tak jauh dari arah tangga turun. Aira bersembunyi di sebalik tembok. Tak tau kenapa ia bisa melakukan perbuatan tak sopan ini. Menguping obrolan orang diam-diam. Tapi, rasa penasarannya sudah tak dapat di tahan lagi.

" Kenapa kamu selalu bertindak sesuka hati, Vino? " Tanya Wisnu.

" Maksut papa? " Malvino menjawab.

" Benar dia itu pacar kamu? " Tanya Wisnu lagi.

Malvino mengangguk mantap. " Kan udah Vino bilang tadi. " Jawabnya.

Wisnu memejamkan matanya. " Kenapa dia harus menginap di rumah ini? Apa dia ga punya keluarga? "

" Dia lagi ada masalah sama keluarganya. Dan Vino sebagainya pacarnya, berinisiatif bawa di kesini. Memastikan dia tetap aman. Kalo keadaan udah stabil, Vino bakal bawa di balik kerumah kok. " Malvino menjawab tenang.

Aira mendengar decihan sinis dari Wisnu. Jantungnya berdentam hebat.

Wisnu bersidekap dada. " Jadi, rumah ini adalah penampungan untuk orang-orang yang lagi berantem sama keluarganya seperti pacarmu itu? Mulia banget hati kamu. " Ujarnya. " Papa ga suka sama cewek itu. Putusin! Dan cari yang lain! " Sambungnya memerintah.

Malvino menatap ke lain arah. Ia mulai kesal. Gerahamnya bergemelatuk. " Ini hidup Vino. Cuma Vino yang bisa menentukan harus berhubungan sama siapa. Vino bukan anak-anak lagi. " Jawabnya. Ia mulai melangkah untuk kembali masuk ke kamar.

Saat akan berbelok, langkahnya berhenti. Bola matanya membesar. Di sudut arah masuk kamar, Aira berdiri disitu. Kaku, keras bagai patung pajangan.

****

1
ginevra
jangan bilang si Alvin bakalan direbut sama angel?
Kim Tyaa: biasanyaa gitu kan ...
Lihat aja kedepannya gimana ...
si Andrean kalo ngga tebal imannya juga bakal di gaet sama dia tuhh
total 1 replies
ginevra
sudahlah biarkan Aira, itu baru tahap adaptasi ...
Kim Tyaa: polos dia mahhh ...
Harusnya Aira lihat aja dulu ga siii
total 1 replies
Capt Blacksheep/ SANG PERAMAL
alur nya sangat bagus
Kim Tyaa: gomawoyoo🙏
total 1 replies
Kim Tyaa
Makasih banyakkkkk😍
ginevra
semangat kak....😍😍
Renjana Senja
Yeay first yang mampir. semangat kakak. aku tinggalin jejak dulu.
Kim Tyaa: Omg ,gemes amat si .
Gomawooo😍.
Serasa di pantau ege:v
total 1 replies
Renjana Senja
terima kasih kak sudah mampir di ceritaku. aku kasih mawar buat kakak. selalu ikuti karya ku ya kak, jangan lupa subscribe. nanti aku subscribe balik. salam penulis pemula. terima kasih😍😍
Renjana Senja: thanks kak you too. boleh follback aku kak? makasih😍
total 2 replies
Renjana Senja
Aira pun ogah-ogahan ya. terlihat dia tidak suka sama ibu sambungnya/Hey/
Kim Tyaa: geli bet diaaa ...😭
total 1 replies
Renjana Senja
pa, saranku dengerin kata Aira, anak tu kadang feeling nya kuat. jadi nggak salah percaya sama anak🤭
Kim Tyaa: kalo kata akuuu sih 'yes'
total 1 replies
Renjana Senja
pa yang bener aja nih. aku baru baca lho. tiba-tiba kenalin seseorang dong.😵
Kim Tyaa: sat set bet duda ini
total 1 replies
Dinar Sen
mampir thor 🙏
Dinar Sen: oke kak 👍🏻😊
total 2 replies
ginevra
suka deh sama persahabatan mereka
Kim Tyaa: Pengen punya persahabatan kayak mereka
total 1 replies
ginevra
cinta tulus dari sahabat ... ululululu
Kim Tyaa: Alina sesayang itu ke Aira😍
total 1 replies
ginevra
dimana mana teman itu kalah sama pacar ya hehehe
Kim Tyaa: Hehehe
total 1 replies
Jee Ulya
Kak sebaiknya selipin cliffhanger di akhir bab, biar pembaca makin penasaran 😍
Kim Tyaa: Thank u sarannya😍
total 1 replies
Jee Ulya
Kak, ini berapa kata?
Kim Tyaa: 1490 kata
total 1 replies
Jee Ulya
Kaaak 😭 kalimatmu bagus bangeet, tapi alangkah baiknya dikasih selingan percakapan, biar kerasa lebih hidup 😍💪
Kim Tyaa: Huhu makasih atas masukan dan sarannya🙏😍
total 1 replies
Jee Ulya
Sakiiit bgtt
Kim Tyaa: Nusuk di hati
total 1 replies
Jee Ulya
Kalau aku di posisinya juga akan gitu, sih
Kim Tyaa: Nah iya kannn ... Pasti kita denial juga
total 1 replies
Jee Ulya
Kebayang ngeluarin nyaa. gede bangeet😣
Kim Tyaa: Haha langsung terconnect ke otak yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!