S2
Ketika dua hati menyatuh, gelombang cinta mengalir menyirami dan menghiasi hati.
Ini adalah kisah Raymond dan Nathania yang menemukan cinta sesungguhnya, setelah dikhianati. Mereka berjuang dan menjaga yang dimiliki dari orang-orang yang hendak memisahkan..
Ikuti kisahnya di Novel ini: "SANG PENJAGA "
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. 🙏🏻❤️ U 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. SP
...~•Happy Reading•~...
Melihat wajah Nathania yang terkejut, Raymond bertanya dengan menggerakan bibir. "Ada, apa?" Refleks Nathania menggelengkan kepala, agar Raymond tidak khawatir.
Namun Jacob menangkap ada sesuatu yang Nathania ingat tentang kejadian itu. Sehingga dia berpikir cepat untuk menggali informasi dari Nathania.
Jacob : "Mengada anda berpikir Frans bisa tahu perubahan kepemilikan rumah dan warung di Bali? Apa anda ingat sesuatu atas kejadian di Bali?"
Thania : "Pak, saya tidak menuduh. Saya hanya teringat yang mungkin ada kaitannya, saat tadi bertanya tentang Frans tahu atau tidak."
Jacob : "Thania, kita tidak sedang di ruang sidang. Jadi tidak ada yang akan menyalahkan atau mengatakan anda bersaksi dusta. Katakan saja yang diketahui berkaitan dengan pertanyaan saya." Nathania mengangguk, pelan.
Thania : "Mungkin Frans tidak tahu mengenai perubahan pemilikan rumah ini sebelum menikah. Tapi dia tahu di Bali, saat kakak telpon dengan saya."
Jacob, Raymond dan Samuel menegakan punggung mendengar keterangan Nathania. Semua saraf halus mereka bergerak cepat ke berbagai arah, tapi tidak bertanya. Terutama Raymond, hanya menatap Nathania dalam diam, menunggu Jacob.
Jacob : "Apa yang kalian bicarakan di telpon?" Jacob bertanya cepat, agar tidak hilang dari ingatan Nathania.
Thania : "Hari itu, kakak telpon khusus bertanya, saya sudah pergi ke notaris untuk cek surat-surat atau belum. Karena notaris berjanji akan selesaikan dalam seminggu dan hari itu sudah seminggu." Thania mulai bercerita.
Thania : Saya bilang lupa dan berjanji besok akan pergi ke kantor notaris untuk cek. Selain itu, saya minta kakak kirim foto sendiri, tidak bersama Frans. Karena saya mau gantung di dinding ruang tengah."
Thania : "Kakak bilang, belum bisa kirim, karna hari itu cuaca buruk dan lagi hujan. Jadi pasti Frans ada bersama kakak."
Jacob : "Kapan terakhir berbicara dengan kakak anda?"
Thania : "Hari itu, Pak. Itu terakhir saya bicara dengan kakak di telpon. Karena besok setelah ambil surat-surat dari notaris, saya agak sibuk di warung yang mau buka setelah libur."
Thania : Rencana saya, menjelang istirahat baru telpon kakak kasih tahu. Tapi tiba-tiba ada accident, saya pecahin cangkir kakak." Refleks Nathania meletakan tangan di dadanya dan agak ditekan.
Thania : "Saat itu, saya merasa tidak menyenggol cangkir kakak. Tiba-tiba cangkirnya jatuh dan pecah. Bibi bilang mungkin saya lelah, jadi tidak sadar menyenggol."
Thania : "Saya googling sepanjang malam untuk cari gantinya sebelum kakak pulang. Lama mencari tidak ketemu dan mungkin lelah, saya tertidur. Saya kaget bangun karna Frans telpon bilang kakak alami kecelakaan."
Thania : "Sebelum dia bilang yang lain, Mas Didit dan Kak Magda datang kasih tahu kakak alami kecelakaan dan meninggal." Nathania menghembuskan nafas kuat, seakan habis berlari. Hal yang sama juga dilakukan oleh Raymond, Jacob dan Samuel.
Jacob : "Jadi dalam satu hari itu juga terjadi kecelakaan dan langsung meninggal?"
Thania : "Itu yang dibilang Frans ke Mas Didit, Pak."
Jacob : "Apa jenazah diotopsi?"
Thania : "Sepertinya tidak, Pak. Hanya formalin untuk dibawa pulang ke sini."
Jacob : "Jenazah disemayamkan di rumah ini?"
Thania : "Tidak, Pak. Mas Didit minta saya tidak izinkan. Walau Frans terus ngotot untuk dibawa pulang ke sini. Karena rumahnya sedang direnovasi jadi belum bisa dipakai sebagai rumah duka."
Thania : "Mas Didit dan kak Magda bantu cari rumah duka. Mereka khawatir, Frans atau keluarganya mengacak rumah ini, karena saya dalam keadaan sedih, tidak akan perhatikan mereka."
Thania : "Saya tidak bisa mencegah kalau mereka mau kemana saja dalam rumah ini, dan Mas Didit juga tidak bisa mencegah mereka. Kejadian itu bikin Frans sangat marah sama kami bertiga.
Jacob : "Apa dia tidak pernah masuk ke sini lagi setelah selesai pemakaman?
Thania : "Sering datang, Pak. Minta masuk, mau ambil barang kakak. Tapi saya bilang, tidak ada lagi barang kakak di rumah ini. Hanya ada pakaian rumah yang ditinggal, buat kakak pakai, kalau ke sini."
Jacob : "Apakah setelah itu dia berhenti datang lagi?"
Thania : "Tidak, Pak. Waktu saya pergi ke kantor asuransi dengan Mas Didit, dia datang dan mendesak karyawan berikan data penjualan warung. Dia mau periksa pendapatan warung dan minta pintu kanopi dibuka."
Thania : "Saya pulang lebih cepat, jadi dia sangat kaget dan kami adu mulut. Dia kasih alasan yang tidak masuk akal mau masuk ke kanopi."
Jacob : "Sebentar. Asuransi apa yang anda maksudkan?"
Thania : "Asuransi jiwa Kak Nike, Pak."
Jacob : "Frans tahu tentang asuransi itu?"
Thania : "Tahu, Pak. Dia datang duluan ke kantor asuransi untuk klaim. Tapi pihak asuransi tidak kasih, karena nama saya yang dicantumkan sebagai penerima manfaat asuransi kakak."
Jacob : "Dia tahu anda penerima manfaat?"
Thania : "Tahu, Pak. Pegawai asuransi kasih tahu waktu dia datang klaim."
Jacob : "Apakah anda tahu tentang asuransi ini?"
Thania : "Tidak, Pak. Pihak asuransi yang datang ke sini untuk kasih tahu, karena saya tidak ke kantor asuransi untuk klaim."
Jacob : "Apa anda masih pegang uang asuransinya?"
Thania : "Hanya sebagian, Pak. Sebagian sudah saya pakai buat perbaiki warung dan pasang kanopi itu."
Jacob : "Baik. Kalau seandainya kematian kakak anda tidak wajar, bukan kecelakaan biasa, anda bersedia jenazahnya digali kembali untuk diotopsi?"
Nathania melihat ke arah Raymond untuk minta persetujuan. Raymond mengangguk mengerti. "Nanti kita bicara." Ucap Raymond pelan.
Jacob : "Anda bersedia kami lakukan penyelidikan?"
Thania : "Saya ikut Pak Ray, Pak."
Jacob : "Ok. Cukup dulu. Kalau ingat sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa kematian kakak anda, segera kasih tahu Pak Ray."
Thania : "Iya, Pak. Terima kasih." Nathania segera berdiri meninggalkan teras setelah melihat isyarat dari Raymond bahwa sudah selesai.
Setelah Nathania masuk ke dalam rumah, Raymond, Jacob dan Samuel menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kuat. "Pantas Frans bilang tentang wasiat Nike untuk menjaga Thania." Ucap Jacob serius.
"Iya. Kita makin tahu, mengapa dia bilang itu dan mengapa mau menghabisi Ray. Baginya, Thania sumber uang. Jangan sampai jatuh ke tangan orang lain." Samuel ikut memberikan pendapat.
"Ok, Muel. Siapkan tuntutan. Kita selidiki kasus kematian Nike. Frans sangat bodoh berbohong. Jatuh dari tangga villa? Mungkin bagi orang lain itu wajar. Tapi tidak bagi kita yang sering berhubungan dengan kriminal."
Samuel mengangguk. "Aku setuju, Jac. Tolong siapkan bukti secepatnya, agar kita gandakan tuntutan. Keterangan Thania bagaikan membuka aliran air kejahatannya."
"Aku setuju dengan dugaan Thania. Mungkin Frans terkejut dengar pembicaraan Nike dan Thania. Dia tidak menyangka akan kehilangan ladang uang, setelah pulang honeymoon." Ucap Raymond sambil berpikir.
"Aku setuju denganmu. Besok aku akan menyelidiki tempat kerjanya sebelum ke Bali. Tolong bilang Thania jangan keluar sendiri sebelum kami memastikan tidak ada lagi anak buahnya di luar. Jangan sampai dia tidak rela Thania bersamamu."
"Aku mengerti maksudmu." Raymond serius menanggapi pemikiran Jacob.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
kayakna frans tahu pas di bali terus dia marah sampai dorong nike