NovelToon NovelToon
Perfect Life System

Perfect Life System

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Anak Genius / Teen School/College / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:184.5k
Nilai: 5
Nama Author: BlueFlame

Christian Edward, seorang yatim piatu yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia harus keluar dari panti asuhan tempat ia di besarkan dengan bekal Rp 10 juta. Dia bukan anak biasa; di balik sikapnya yang pendiam, tersimpan kejeniusan, kemandirian, dan hati yang tulus. Saat harapannya mulai tampak menipis, sebuah sistem misterius bernama 'Hidup Sempurna' terbangun, dan menawarkannya kekuatan untuk melipatgandakan setiap uang yang dibelanjakan.

‎Namun, Edward tidak terbuai oleh kekayaan instan. Baginya, sistem adalah alat, bukan tujuan. Dengan integritas yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, dia menggunakan kemampuan barunya secara strategis untuk membangun fondasi hidup yang kokoh, bukan hanya pamer kekayaan. Di tengah kehidupan barunya di SMA elit, dia harus menavigasi persahabatan dan persaingan.sambil tetap setia pada prinsipnya bahwa kehidupan sempurna bukanlah tentang seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi tentang siapa kamu di balik semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlueFlame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Menang atau kalah

Kehidupan Edward kembali ke ritmenya yang gila. Di pagi hari, dia adalah "The Silent Genius" di SMA Nusantara Prestasi.

Tapi begitu bel pulang berbunyi, dia sudah berada di luar, menaiki sepeda menuju kantornya.

Kemenangan pertama datang di awal minggu. Sebuah telepon dari Pak Bobii Sutrisno.

"Edward! Aku setuju! Aku setuju dengan proposalmu!" seru Pak Bobi dari seberang telepon, suaranya penuh energi. "Aku sudah membicarakan dengan istri dan anak-anakku. Ini adalah kesempatan untuk mimpi DataKita tumbuh lebih besar. Kita akan merger!"

Setelah itu mereka melakukan penandatanganan kontrak secara online. Uang untuk mengakuisisi perusahaan Datakita langsung di transfer ke Pak Bobi.

[Transaksi terdeteksi: Rp 200.000.000.000]

[Penggandaan acak: x2.2]

[Total pengembalian: Rp 440.000.000.000]

[Transfer ke rekening sistem Host... Selesai.]

Misi Akuisisi Strategis: Membentengi Jalur Suplai (SELESAI)

Hadiah:

- Aset: Kepemilikan penuh perusahaan DataKita (telah resmi merger ke dalam struktur Catalyst AI).

- Modal: Rp 200.000.000.000 telah ditransfer ke rekening perusahaan.

- **Skill:** [Due Diligence Instinct (Level 1)] (Aktif)

- **Bakat:** [Negosiasi Tingkat Master (Level 2)] (Aktif)

 [Saldo Pribadi: Rp 440.526.980.000]

[Saldo Perusahaan: Rp. 205.500.000.000]

Kantor itu meledak kegirangan. Ini adalah kemenangan besar. Dengan merger ini, Catalyst AI tidak hanya memiliki akses data, tapi juga mendapatkan seorang ahli data berpengalaman, Pak Bobi itu sendiri, yang resmi menjadi Chief Data Officer mereka.

Langkah selanjutnya adalah ekspansi. Dengan tambahan modal dari sistem dan investasi Damien, Edward langsung menyetujui rekrutmen 5 karyawan baru: seorang ahli keamanan siber untuk memperkuat pertahanan mereka, seorang manajer komunitas untuk mengelola 100 beta tester, dan tiga orang engineer tambahan untuk mempercepat pengembangan.

Rencana untuk menutup Setiawan Group pun segera dirancang. "Kita tidak akan menunggu mereka," kata Edward dalam rapat darurat. "Kita akan menyerang duluan. Pak Bobi, timmu akan segera mengintegrasikan API DataKita ke dalam beta version kita. Sarah, timmu akan memberi tahu 100 beta tester kita bahwa mereka adalah satu-satunya yang mendapatkan fitur 'Prediksi Cerdas' ini secara eksklusif. Kita buat mereka merasa spesial. Kita buat tembok di sekitar mereka sebelum Setiawan Group sadar apa yang terjadi."

***

Tim mulai bekerja dengan kecepatan luar biasa. Kantor itu hidup 24/7. Edward, yang biasanya hanya memantau, kini ikut turun tangan, menganalisis kode, dan mendebat strategi dengan Hendra dan Bima. Dia menyelesaikan berbagai misi sistem yang muncul di sela-sela pekerjaan, dari membeli server baru hingga mengikuti kursus singkat tentang hukum merger online. Setiap misi yang selesai membuatnya semakin kuat.

Tapi di balik kesuksesan dan kesibukan itu, ada sebuah kekosongan yang mengganggu.

Sudah hampir dua minggu sejak pertemuan di lapangan golf.

Edward duduk sendirian di kantornya yang sudah sepi tengah malam. Semua orang sudah pulang. Dia menatap layar laptopnya, tapi matanya tidak fokus pada kode atau angka. Matanya menatap ponselnya yang tergeletak di samping.

Dia membuka aplikasi pesan. Jari-jarinya membuka chat dengan Aurora. Pesan terakhir dari Aurora adalah "Aku akan ingat." Itu sudah dua minggu lalu.

Tidak ada pesan lain. Tidak ada "apa kabar", tidak ada godaan ringan, tidak ada apa-apa.

Edward merasakan gelombang frustrasi yang tidak masuk akal. Dia baru saja memenangkan pertempuran bisnis yang penting. Perusahaannya sedang tumbuh dengan pesat. Dia seharusnya merasa di puncak dunia. Tapi yang dia rasakan adalah... hambar.

Dia meraih ponselnya, jari-jarinya dengan cepat mengetik sebuah pesan. `Apa kabar?`

Dia menatap pesan itu selama beberapa detik, lalu dengan gerakan tiba-tiba, dia menghapusnya. Itu terlalu biasa. Dia mengetik lagi. `Ada masalah dengan data dari salah satu beta tester. Boleh aku minta pendapatmu?`

Dia menghapusnya lagi. Itu hanya alasan yang dibuat-buat.

Dia mengetik yang ketiga kalinya, lebih pendek. `Aku sedang di kantor.`

Dia menatap pesan itu. Dan berusaha meyakinkan diri untuk mengirim pesan itu. Tapi dia masih ragu. Bagaimana jika Aurora tidak menjawab? Bagaimana jika dia sedang sibuk? Bagaimana jika...

Dia menghapus pesan itu untuk ketiga kalinya, lalu melempar ponselnya ke atas meja dengan rasa kesal.

"Sial!" bisiknya pada diri sendiri. "Fokus utama adalah Setiawan Group. Mengapa pikiranku terus-menerus kembali padanya? ."

Edward mencoba kembali bekerja, tapi tatapannya terus berpindah ke ponsel yang diam itu. Ada keinginan yang kuat, sebuah dorongan yang tidak bisa dia jelaskan, untuk pergi ke mana pun Aurora berada, hanya untuk melihatnya. Kebutuhan yang sama sekali tidak rasional.

 ***

Di sisi lain , di kamarnya yang luas dan mewah, Aurora melakukan hal yang sama. Dia duduk di tepi tempat tidurnya, menatap ponselnya dengan wajah kesal.

"Menyebalkan," gumamnya.

Dia membuka profil Edward, menatap foto yang hanya berupa inisial "CE". Sudah hampir dua minggu. Tidak ada kabar sama sekali.

Pintu kamarnya perlahan dibuka. Selene masuk membawa segelas susu hangat. "Masih ngambek, Sayang?"

Aurora menatap ibunya dengan tajam. "Aku nggak ngambek."

Selene tersenyum, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. "Lho, terus kenapa dari tadi cemberut terus sambil natap ponsel? Kira-kira lagi nunggu pesan dari siapa ya?"

"Aku tidak!" bantah Aurora, tapi wajahnya sedikit memerah. "Edward yang menyebalkan. Sudah hampir dua minggu, tidak ada kabar apa-apa. Apa dia pikir dia bisa mengabaikan aku seenaknya di lapangan golf lalu pura-pura tidak terjadi apa-apa?"

"Ah, jadi itu karena dia mengabaikan mu?" tanya Selena, pura-pura terkejut."

"iya."

Selena tertawa pelan. "Sayang, mungkin dia sedang fokus pada pembicaraan bisnisnya yang penting. Pria seperti Edward, otaknya bekerja berbeda. Mungkin dia tidak menyadari bahwa senyumnya bisa membuat seorang gadis cantik seperti kau salah pukul bola golf."

"Mama!" protes Aurora, tapi bibirnya tersenyum kecil.

"Kau suka padanya, kan?" tanya Selena langsung ke intinya.

Aurora diam. Dia tidak menjawab, tapi diamnya sudah adalah jawaban.

"Jika kau suka padanya, kenapa tidak mengiriminya pesan dulu?" bujuk Selena. "Kau Aurora Wijaya. Kau adalah anak gadis mama yang paling berani ."

"Tidak," kata Aurora, tegas. "Dia yang harus menghubungiku duluan."

Dia mengambil ponselnya, membuka chat dengan Edward, lalu dengan kesal meletakkannya kembali di meja. Dia menolak menjadi yang pertama menyerah dalam "perang diam" yang tidak dia deklarasikan ini.

Dan di dua tempat yang berbeda, dua orang yang sama-sama cerdas, sama-sama kuat, dan sama-sama keras kepala itu, terjebak dalam kebuntuan masing-masing, merindukan seseorang yang terlalu egois untuk mengakui bahwa mereka merindukannya.

1
Night Watcher
lah... bukannya semua fiktif thorr??? 😆😆🤭
Fel N: Iya, betul lagi.🤭🤭😭😭
total 1 replies
kenzo
dikit bgt kata nya, rasa penasaran semakin tinggi nih Thor
Fel N: Sabar yah 🤭🤭🤭
total 1 replies
theo patria
salah cerita yg gw suka...sayang lama updatenya
Fel N: Terimakasih kak. Biasanya aku update tiap hari, tapi karena sekarang lagi sibuk banget. jadi aku nggak bisa update rutin.
maaf yah kak.😭
total 1 replies
AL
lnjt thor
Fel N: iya, sedang di usahakan.😌
total 1 replies
kenzo
crazy up Thor
Fel N: Sorry bang, nggak bisa janji.🙏🙏🙏
total 1 replies
Choky Ritonga
ko ga kasih dana Thor
Fel N: Di kasih kok... Di baca aja yah...☺️
total 1 replies
Aisyah Suyuti
menarik
AL
lanjut
theo patria
mantap nih ceritanya....gaazzzzz
Fel N: Makasih 😌
total 1 replies
Mahlubin Ali
Di bab 1 kan udah lulus SMA, kenapa sekarang mau daftar SMA lagi????
Fel N: Terima kasih atas pertanyaannya, Kak. Izinkan saya menjelaskan dengan lebih jelas.

Di chapter 1 sebenarnya sudah dijelaskan bahwa MC menghabiskan banyak waktu di jenjang SMA karena mengalami beberapa masalah pribadi. Intinya, setelah duduk di kelas 12, MC tidak pernah benar-benar menyelesaikan pendidikannya di tingkat tersebut. Mungkin penjelasan yang saya tulis sebelumnya kurang tepat sehingga membuat Kakak kurang memahami maksudnya.

Saya akan menganggap hal ini sebagai kritik dan saran yang membangun. Ke depannya saya akan menuliskan penjelasan dengan lebih baik lagi.
total 1 replies
AL
lanjut thor
AL
lnjut
Andi Putra Tunggul
terlalu dibesar2kan.... pdhl hanya permasalahan HP saja.... kemudian masalah cerdas cermat menjadi masalah orangtua dan hacker. kamu pinter tapi novelnya kurang realistis. terlalu wah teknologi. harusnya di bangun dengan alur ringan dulu. masa semua sekolah isinya BSJINGAN?? kn ga boleh begitu
Fel N: Terima kasih atas saran dan kritiknya. 😌
Sebenarnya masalahnya bukan hanya soal HP, tapi Bara memang tidak suka dengan orang miskin. Jadi, ia suka mencari-cari gara-gara begitu. Awalnya sih cuma untuk main-main, supaya MC merasa tidak nyaman—alias cuma menakut-nakuti. Eh, malah Bara sendiri jadi kesal sungguhan.

Dia juga berniat mempermalukan MC di kompetisi agar rasa malu yang ia rasakan di kelas dan kantin terbayarkan. Tapi ternyata, justru dia yang semakin malu. Jadi, akhirnya ceritanya berkembang seperti itu.

Maaf ya kak, kalau menurut kakak ceritanya terasa dibesar-besarkan. Lain kali akan saya perbaiki. 🙏🙏🙏

kalau masih ada kritik dan saran mohon jangan sungkan untuk di sampaikan yah ☺️.
total 1 replies
Mohd Harmizi
badass!!!
Fel N: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Dhea¹⁹
jangan banyak drama cinta Thor. tentang Eleanor aja dlu
Fel N: Sabar yah, kak😌. Kalau cuman fokus ke konflik terus, nanti malah perkembangan karakter utama nggak kelihatan. Jadi Sabar dulu yah🙏🙏.
total 1 replies
Alipjs Joko
🤣🤣🤣🤣🤣
AL
crazy up lah thor
Fel N: makasih
total 3 replies
Night Watcher
outhornya sgt jeli & teliti🤭, sebelum readers bingung udah ngasih penjelasan, bahkan menggingatkan bab sebelumnya.. kereeen.. 😊👍
Fel N: makacih 😌
total 1 replies
Night Watcher
nyoba mampir.. siapa tau cucok dgn selera..
Fel N: Semoga cocok yah, kak.
total 1 replies
ANONYMOUS
nanggu bet dah🤣
Fel N: emang🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!