Exiled For Dinasty

"Kenapa kau ada di sini? Kau tercatat sudah meninggal di pertarungan terbesar di zaman dulu"ucap Albert tak percaya.

Udara semakin panas, keramaian memilih menepi melihat apa yang terjadi. Mereka tahu kalau Albert marah, dia akan menghancurkan apapun yang berada di jalan nya.

Wajah Albert perlahan berubah menjadi setengah iblis, tanduk panjang muncul di kepalanya.

Remaja dan Xyro terlihat santai, mereka berdiri tanpa panik sedikit pun walaupun di depan terlihat Albert akan mengamuk.

"Kenapa mereka berdua masih berdiri dengan santai?" ucap salah satu warga.

Hawa di sekitar Albert makin panas, lelehan api ungu yang menyentuh tanah membuat api kecil. Tak ada yang berani mendekati Albert saat itu, hanya ketakutan dan kegelisahan. Namun, walaupun Albert mulai berubah menjadi monster remaja atau pemuda dengan Xyro masih berdiri santai.

"Dasar kalian!!! Kalian meremehkan kan ku!" ucap Albert dengan nada setengah marah.

Kini wajah Albert sudah berubah menjadi setengah iblis dengan warna ungu. Tercatat bahwa Albert adalah penguasa negeri bawah dan pernah membunuh ratusan pilar dengan pilar iblis ungu nya ini.

Albert mulai melangkah kan kaki nya maju perlahan, tanah yang diinjak nya meleleh.

"Ayo Kuroh, kita selesaikan ini, keluarkan pedang mu!."ucap Xyro.

Kuroh mengepalkan tangan nya, sebuah cahaya putih dan biru mulai berdatangan.

Sebuah energi besar mulai masuk ke tangan remaja yang di sebutkan dia adalah Kuroh.

"Ada apa dengan remaja itu? Dan nama nya adalah....Kuroh??." tanya salah satu warga

Tak lama kemudian sebuah pedang mulai terbentuk di tangan Kuroh, pedang nya mengeluarkan energi yang sangatlah besar namun tetap stabil.

Pengumpulan energi telah selesai, pedang biru emas muncul di tangan Kuroh. Semua orang histeris dan takut akan pedang itu. Pedang tersebut sangat runcing, energi yang dikeluarkan besar namun sangat stabil dan yang sangat membuat takut adalah pedang ini adalah pedang yang pernah digunakan oleh orang terkuat di zaman dulu.

Mata Albert menatap tajam ke arah pedang yang baru muncul di tangan Kuroh, Tubuh nya kini gemetar, dia merasa seolah olah pedang itu sudah menusuk nya sambil berkata.

"MATI!!!."

Albert yang berjalan maju kini langkah nya terhenti, dia mundur perlahan namun.....

[ Aturan raja langit : Jika kau sudah maju jangan sekali kali untuk mundur]

Sebuah aturan yang di buat oleh raja Durant untuk raja langit yang terpilih.

(Sialan, aku tak punya pilihan lain selain maju)

Kuroh kini memegang erat pedang itu dengan kepercayaan diri yang tinggi. Kuroh menatap sinis ke arah Albert seolah olah Albert adalah batu kecil dihadapan nya.

Albert tak terima dan emosi nya kini meluap kembali, sebuah rantai keluar dari tangan nya, berputar putar seperti akan mencabik cabik musuh.

“Aku adalah tangan kanan Durant, bocah! Dunia ini tunduk padaku, bukan padamu!”

"Hah-."

Kuroh menahan mulut nya untuk tertawa, karena ia tahu kalau rantai itu sangat mudah ia putuskan dan hancurkan.

Albert maju perlahan, memutar mutar rantai itu seperti akan memenangkan pertarungan ini.

Kuroh pun mulai maju dengan senyum tipis. Mereka berdua mempersiapkan serangan

{devil's sickle}

{natural law}

Kedua senjata akhirnya bertemu, bentrokan energi sangat besar membuat beberapa orang yang ada di sekitar terlempar ke belakang, ada juga yang bertahan, ada juga yang menahan diri dengan memegang tiang yang berada di sekitar.

Saking besar nya bentrokan kedua energi itu membuat sebuah angin tornado mulai muncul, Xyro tampan membuat energi pelindung untuk melindungi kerumunan dari angin tornado ini.

"Ku akui bocah, kekuatan mu memang gila."

"Apa kau lupa, kita pernah bertemu di hutan dekat gedung Nozar."

Albert mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kuroh.

setelah berusaha mengingat akhirnya Albert mengingat nya.

"Haha, kau rupanya yang di hutan itu ya bersama teman mu yang pintar itu? Kau nampak nya sudah bertambah kuat setelah pertemuan terakhir kita."

Kini, mereka berdua bertemu kembali dengan kekuatan yang jauh lebih berbeda. Kuroh mundur beberapa langkah untuk mempersiapkan langkah berikut nya.

Tak ada jeda, Kuroh langsung maju kembali. Albert sempat terkejut namun berhasil di tahan. Kuroh mendorong Albert dengan kekuatan pilar imajinasinya.

Albert mundur sedikit demi sedikit. Albert kemudian memutuskan untuk mundur dan maju dengan serangan berikut nya.

Namun.....

Langit tiba tiba bergemuruh, petir menyambar kemana mana menambah kecemasan di tengah kerumunan.

Terlihat, Kuroh dan Albert saling bertukar serangan dengan tempo sangat cepat. Hanya beberapa orang saja yang bisa mengikuti pergerakan dua orang itu.

Pertemuan dua senjata itu membuat bunyi yang tidak nyaman.

"Kekuatan mereka jelas di sudah berada di tingkat atas, kita harus segera pergi dan menjauh dari sini."ucap salah satu warga sambil memberitahukan pada semua orang.

Albert melayang ke udara, melepaskan energi hitam ke segala arah.

Rantai ungunya terpecah menjadi ribuan cabang seperti ular raksasa yang melahap dunia.

{Demonic Chain: Hell’s Requiem}

Rantai itu menyerang dari segala arah, membentuk kubah raksasa di langit.

Namun Kuroh tidak bergeming — dia menatap lurus, langkahnya ringan tapi mantap.

Cahaya biru keemasan mulai melingkari tubuhnya.

Pedangnya bergetar, seolah mengenali medan perang ini.

"Apa kau masih tak paham Albert, arogansi mu yang sangat kuat itu bahkan bisa ku hancurkan dengan kekuatan yang paling lemah sekali pun."

{Law Breaker: Rebirth Slash}

Satu ayunan pedang memotong udara — dan seluruh rantai lenyap seperti debu tersapu badai.

Gelombang energi dari tebasan itu menghantam Albert dan mendorongnya hingga menabrak reruntuhan bangunan di belakang.

Ledakan besar terjadi, abu beterbangan ke langit, dan seluruh kota berguncang. Albert sang makhluk terkuat di dunia terpental karna satu tebasan kecil.

Berita ini mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia, ada yang terkejut dan tak menyangka kalau Albert yang bringas dan mengerikan bisa terpental oleh seorang bocah. Ada yang mengira kalau Albert akan segera mati atau pensiun.

Di dalam reruntuhan bangunan, Albert berusaha bangun. Tubuh nya yang penuh dengan aura ungu dengan wajah yang mengerikan kini mulai memudar. Albert menatap tangan nya sebentar bertanya dengan serius.

"Apa ini? Aku bahkan terpental karena ulah bocah!! Apa kekuatan ku sekarang tak sekuat dulu lagi?"

Albert kini mulai meragukan kekuatan nya, namun tiba tiba terlintas dalam pikiran nya ingatan masa lalu.

...----------------...

Di sebuah desa nan damai, Albert kecil hidup di keluarga yang kaya raya. Ayah nya sangat keras dan arogan, dulu ayah nya adalah orang yang paling di takuti di dunia.

"Oi sampah, cepat bergerak, orang malas akan kalah dalam segala situasi," ucap ayah nya dengan nada tegas.

Albert saat itu masih sangat kecil, masih umur 7 tahun. Dia sering tersiksa karena ketegasan ayah nya. Pernah suatu ketika saat Albert sedang sendirian di hutan saat itu, ia di kejar oleh beruang besar.

Albert kecil berlari dengan cepat, namun sayang nya, tangan nya terkena gigitan sehingga membuat nya kehilangan satu tangan nya.

Albert kecil terhenti pada sebuah pohon besar, ia bersandar di sana sambil memegang tangan nya yang sudah hilang. Ia merengek kesakitan namun tak ada yang bisa membantunya.

Sayang nya, beruang besar itu berhasil menemukan Albert kecil yang sedang bersandar. Beruang itu maju dengan Auman nya yang sangat keras.

Hampir saja, sebelum Beruang itu benar benar menerkam Albert kecil. Sebuah energi ungu bercampur dengan hitam masuk ke dalam tubuh Albert kecil. Pertama kalinya sikap arogan nya muncul.

"Sialan, mati saja kau beruang buruk!!!."

Tiba-tiba, rantai panas itu meledak dari tubuh Albert kecil.

Bersinar ungu dan hitam, berputar seperti ular neraka yang baru dibangkitkan dari kegelapan.

“ARGHHHHH!!!” teriak Albert kecil, matanya membelalak, darah mengalir dari hidung dan telinganya.

Rantai itu melesat dengan liar, menghantam pohon, bebatuan, dan tanah di sekelilingnya.

Beruang besar yang awalnya maju dengan auman mengerikan, kini terhenti.

Tatapannya berubah ketakutan—insting binatangnya tahu, kekuatan di hadapannya bukan lagi manusia.

Rantai pertama menghantam kepala beruang itu dengan suara keras BRRAKKK!!

Darah menyembur ke udara, tubuh sang beruang terlempar beberapa meter ke belakang, menabrak pohon hingga batangnya patah.

Binatang itu mati seketika, tubuhnya hangus dan terbelah dua.

Namun kekuatan rantai itu tidak berhenti di situ.

Energi ungu hitam yang membara dari tubuh Albert kecil kini kehilangan kendali, terus berputar di udara, mencari target baru untuk dilumat.

“Albert!!!”

Sebuah suara berat memecah udara.

Ayahnya berlari dari kejauhan dengan wajah panik, matanya terbelalak saat melihat anaknya dikelilingi aura iblis.

“Berhenti, Albert! Hentikan!!” teriaknya, mencoba menembus badai energi itu.

Namun rantai itu tak mengenal suara, tak mengenal kasih.

Ia hanya tahu satu hal — menghancurkan segalanya yang mendekat.

Albert kecil tak sadar lagi, matanya kosong, mulutnya mengeluarkan desisan rendah.

Rantai panas itu melesat lagi — lurus ke arah ayahnya.

“Albert, jangan!!!”

CLANGGG—

Suara tajam terdengar, lalu hening.

Darah hangat menyembur ke wajah Albert kecil.

Rantai itu berhenti — menembus dada ayahnya tepat di depan mata.

Ayahnya menatap Albert, terengah.

Tangannya yang besar dan kasar menyentuh kepala anaknya dengan gemetar.

“Anak… ayah hanya ingin… menyelamatkanmu…”

Tubuh besar itu ambruk ke tanah, dan rantai ungu itu perlahan memudar, lenyap bersamaan dengan nyawa sang ayah.

Albert kecil menatap tubuh ayahnya lama sekali.

Air matanya menetes, tapi bukan karena sedih. Ia bahkan tak tahu apa itu kesedihan.

Yang ia tahu hanya satu: kekuatan itu… datang karena rasa takut.

Dan mulai hari itu, Albert bersumpah —

tak akan ada lagi yang membuatnya takut.

Tak ada ayah, tak ada beruang, tak ada dewa.

Hanya dirinya sendiri… dan kekuatan iblis itu.

Setelah kejadian itu, berita besar muncul yang memberitakan tentang makhluk terkuat di dunia mati karena anak nya sendiri. Banyak orang saat itu ketakutan dan tidak ingin Albert kecil hidup sampai dewasa karena kekuatan nya sangat lah kuat.

...----------------...

Albert dewasa yang kini tergeletak di reruntuhan bangunan menggertakkan gigi, darah menetes dari bibirnya.

Ingatan itu membuat dadanya terasa berat, tapi juga membakar amarah yang telah lama padam.

“Jadi ini caramu mengujiku lagi, dunia?” ucapnya lirih.

Aura ungu di tubuhnya mulai menyala kembali — lebih pekat, lebih gelap, seperti mengingatkan semua orang bahwa Albert… belum kalah.