NovelToon NovelToon
Terjerat Overdosis Cinta

Terjerat Overdosis Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Patahhati / Romansa Modern / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 5
Nama Author: Zhang zhing li

Hidupku begitu hancur saat malam yang tak diiginkan menimpaku. Sayangku pada keluarga baru, telah menghancurkan cinta pada pria yang telah merenggut semangat hidupku.

Hidup yang selama ini terjaga telah hancur dalam sekejap mata, hanya keserakahan pria yang kucintai. Namun pada kenyataanya dia tak memilihku, akibat cintanya sudah terkunci untuk orang lain.

Apakah hidupku akan hancur akibat malam yang tak diiginkan itu? Atau akan bahagia saat kenyataan telah terungkap?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan kembali

Suara riuh orang-orang diluar ruangan Karin dirawat, kini telah membangunkanku dari tidur nyenyak. Kuusap perlahan muka, untuk mencoba menyadarkan diri dari rasa kantuk berat yang sempat mendera. Wajah kini menyapu ke arah tempat tergoleknya Karin dirawat dan betapa terkejutnya diri ini saat mengetahui dia tak ada ditempat.

"Dimana kamu, Karin?" Kekagetanku berbicara dalam hati, saat berusaha bangkit untuk menuju tempat pembaringannya.

Mata telah melihat kanan kiri, namun tak ada jua penampakan Karin sekarang. Kaki kini tergesa-gesa untuk melihat ke kamar mandi, sebab siapa tahu dia tak mau merepotkan aku dan mama jadi ke kamar mandi sendirian.

Tok ... tok, pintu kamar mandi kuusahakan mengetuk dengan sopan.

"Karin ... Karin?" panggilku.

Anehnya tak ada simbatan suara sama sekali dari dalam.

Braaak, kubuka kuat pintu dengan cara mendorongnya keras, karena perasaan hati sudah merasa tak enak.

"Karin, dimanakah kamu?" teriakkku ke sembarang arah, diruangan kamar inap adek angkat.

"Ada apa, Adrian?" tanya mama yang sudah bangun akibat suara kerasku memanggil.

"Karin ngak ada ditempat, ma! Dimana anak itu? Ngak mungkin dia sedang lemah terluka, tapi dia tak ada sekarang!" jelasku merasa khawatir.

"Coba kita cari dulu, siapa tahu dia sedang jalan-jalan saja disekitaran rumah sakit, sebab bosan dalam ruangan rumah sakit ini," jawab mama mencoba menenangkanku.

"Benar ... benar, ma. Adrian akan coba mencari di sekitaran rumah sakit dulu," jawabku menyetujui perkataan mama.

Tanpa banyak membuang waktu, kini kaki secepatnya berlari kesana-kemari untuk mencoba mancari. Netra sudah berkeliling menyapu pandangan demi sudut ke sudut. Kini sampai diluar rumah sakit dan tamanpun kukelilingi, namun tak nampak juga orang yang sedang kucari. Rasanya sudah putus asa saja saat dia belum juga kutemukan.

"Kemana kamu, Karin? Kemana ... aaah?" Kekesalanku dalam hati sebab tak bisa menemukannya.

Akhirnya aku menuju ke ruangan dia dirawat lagi untuk menemui mama, yang siapa tahu Karin sudah kembali saat aku mencarinya tadi.

"Gimana, ma? Ada ngak Karinnya?" tanyaku cemas.

"Belum, Adrian. Kemanakah adek kamu itu sebenarnya?" ucap mama sendu akibat rasa khawatirnya sudah begitu akut.

"Gimana kalau kita lihat pakai cctv rumah sakit saja, ma. Sebab siapa tahu Karin sudah lama pergi dari sini tanpa sepengetahuan dan pamit sama kita," usulku.

"Benar ... benar, Adrian. Ayo!" ajak mama.

Kami berduapun telah bergegas meminta izin untuk segera melihat alat perekaman, yang bisa menampakkan Karin masih ada dirumah sakit ini apa tidak. Betapa syoknya diri ini saat mengetahui ternyata Karin benar-benar keluar dari rumah sakit ini, yang sudah nampak berganti pakaian biasa.

"Apa yang kamu lakukan ini, Karin? Kenapa? Apa masalah kamu sebenarnya, hingga bisa lakukan ini?" tanyaku dalam hati begitu gundah akibat adek kesayangan kabur tanpa memberitahu kami.

"Ayo kita lihat kerumah saja, siapa tahu kalau adek kamu itu sudah pulang akibat ngak betah berada disini?" usul mama.

"Iya, ma. Ayo kita langsung pergi, benar kata mama tadi," jawabku menyetujui.

Aku dan mama sudah berjalan terburu-buru langsung memasuki mobil. Perasaan begitu tak bisa tenang, dengan berkali-kali ganggang setir mobil terus kuketuk menggunakan jari-jari. Wajahpun sampai tidak fokus kearah jalanan, sebab dalam pikiran sekarang dipenuhi oleh rasa kekhawatiran atas keberadaan Karin.

Tut ... tut, suara gawai mama sedang melakukan panggilan.

[Hallo, pa. Kamu bisa pulang sebentar atau tidak? Karin sudah tidak ada diumah sakit lagi. Kami sedang menuju rumah, sebab siapa tahu dia sudah ada disana]

[Iya ... baik ... baik, ma. Papa akan segera meluncur ke rumah]

Terdengar suara papa juga ikut khawatir, saat beliau tengah sibuk kerja diluar kecamatan daerah kami. Weesss, begitu ngebutnya aku mengemudikan mobil, yang tak peduli lagi atas angka-angka yang kian lama kian naik untuk menambah kecepatan.

Braak, pintu mobil langsung kubanting kuat, tanpa memperdulikan mama yang baru membuka pintu mobil. Kini aku secepatnya berlari untuk memasuki rumah.

"Karin ... Karin, apakah kamu berada dirumah? Karin ... Karin," teriak-teriakku memanggilnya terus.

"Bagaimana, Adrian?" tanya mama sudah menyusulku.

"Ngak ada, ma. Coba kita lihat dikamarnya saja," usulku.

Kami berdua tak menyia-nyiakan waktu, yang langsung menaiki anak tangga setapak demi setapak agar cepat sampai dikamar Karin.

Brak, pintu lagi-lagi kubanting kuat.

"Heeeh, ngak ada ma!" ucapku lesu yang tak melihat Karin.

"Terus ini gimana, Adrian? Kemana adekmu ini, kemana?" tanya mama sudah menitikkan airmata.

"Mama tenang dulu, kita tunggu papa datang saja. Biar papa memutuskan langkah apa yang harus kita ambil untuk menemukan Karin," ujarku menenangkan beliau dengan mengusap lembut lengannya.

"Iya, Adrian!" jawab beliau lesu.

Kamipun turun tangga lagi untuk menunggu kedatangan papa, dengan duduk tegang diruang sofa tengah. Akhirnya suara mesin mobil telah terdengar terparkir dihalaman rumah, setelah beberapa menit menunggu yang menandakan bahwa papa sudah datang.

"Gimana? Apa ada Karin dirumah ini?" tanya papa tak sabar saat masih berjalan memasuki rumah.

"Dia tak disini juga, pa!" jawab mama sedih.

"Kemana anak itu sebenarnya? Dan apa yang tengah dia lakukan sebenarnya ini? Kenapa dia sampai melakukan bunuh diri juga kemarin? Rahasia besar apa yang dia sembunyikan hingga dia begitu nekat melakukan ini semua?" Kebingungan papa merasa aneh.

"Kami juga ngak tahu, pa. Kenapa Karin bisa begini," jawabku lemah.

"Apa kita saja yang tak tahu seluk beluk detail tentang Karin, yang padahal dia punya masalah besar namun dia sembunyikan," tebak ucap papa.

"Mama yakin Karin anak baik dan tak pernah membohongi kita. Kita sudah tanya detail tentang Karin. Mana mungkin pihak panti asuhan bisa membohongi kita. Oh ya, coba papa tanya ke pihak panti sekarang, siapa tahu Karin kembali kesana," ujar mama.

"Benar juga, ma. Siapa tahu Karin kesana, sebab dia rindu sama orang-orang disana. Baiklah papa akan menelpon kesana segera," jawab papa setuju.

Papa kini telah menyingkir jauh terhadap kami, untuk berbicara tenang kepada pihak panti. Terdengar papa begitu lesu saat mengetahui jawaban dari pihak sana.

"Gimana, pa? Apa ada Karinnya?" tanya mama saat papa telah selesai melakukan panggilan.

"Heeeh, tetap ngak ada disana, ma."

"Terus ini gimana, pa? Mama begitu khawatir atas keadaannya. Dia masih belum sehat atas lukanya. Mama takut sekali jika Karin akan melakukan tindak bunuh diri lagi," Kecemasan mama berkata.

"Mama tenang dulu, papa akan usahakan mengerahkan semua anak buah untuk membantu mencari Karin. Siapa tahu Karin belum jauh dari desa dan kecamatan ini, sehingga kita mudah untuk menemukannya segera," jawab papa supaya menenangkan kami.

"Baiklah, kami akan menunggu kabar baik itu," ujarku berharap.

Papa berjalan mondar-mandir menelpon ke semua anak buahnya, untuk segera mencari Karin. Akupun tak luput juga terus mengenggam erat tangan dengan rasa terus gemetaran akibat khawatir.

"Kamu sebenarnya ada dimana, Karin? Apa yang kamu lakukan sekarang? Apa kamu tak berpikir bahwa kami begitu khawatir padamu, lihatlah! Mama sampai dari tadi tak berhentinya menangis. Kemana kamu, dek?" tanyaku dalam hati.

"Aku mau permisi keatas lagi, ma. Siapa tahu ada petunjuk dimana Karin sekarang," pamitku ingin kekamar Karin sebab teringat sesuatu.

"Iya, Adrian. Mama akan menemani papa disini saja, sebab siapa tahu ada kabar baru tentang dia," jawab mama masih terisak pilu.

"Eeemm."

Saat sampai dikamar, aku tak menyia-nyiakan kesempatan untuk segera mencari sesuatu benda yang bisa menjadi pentunjuk, apa yang sedang disembunyikan dan kemana dia sekarang. Tangan terus saja mengobrak-abrik barang-barang Karin, dari lemari pakaian hingga kini mencari ke setiap rak-rak meja belajar. Satu persatu buku-buku tak lepas kubuka dan periksa juga.

Taak, sebuah benda telah jatuh dilantai ubin keramik.

"Apa ini?" Kekagetanku saat mengambilnya.

"Bukankah ini--? Ini ... Ini? Ini ... benda tes untuk kehamilan? Apa ini? Apa maksudnya ini?" tanyaku dalam hati sudah kebingungan.

"Apakah benar apa yang kutemukan ini? Apakah benar kalau Karin sedang hamil?Tidak ... tidak mungkin, ini pasti hanya mimpi. Ini tidak mungkin!" ucapku pada diri sendiri sebab tak percaya.

Langkah semakin lama semakin mundur-mundur, hingga kini aku terduduk lemas dikasur yang selama ini Karin pakai untuk tidur.

"Aaah, benar ini adalah alat itu. Jadi benar kalau sekarang Karin telah hamil, tapi siapakah yang telah tega melakukan ini? Aaah, siapa ... siapa yang telah tega melakukan ini? Aaaah" Kekesalanku marah pada diri sendiri.

Kleetaaak, benda laknat itu telah kulempar kuat kearah pintu kamar.

Entah mengapa kepala tiba-tiba begitu pusing sekali terasa berputar-putar, dengan posisi kini aku terduduk jatuh bersimpuh sibuk memegangi pingiran pelipis.

"Aaaaaaah," teriakkku sekuat tenaga

Bayangan demi bayangan atas kejadian waktu malam ulang tahun, kini telah menampakkan sebuah bayangan samar-samar atas kejadian itu. Bayangan itu begitu menjijikkan, saat diri ini sudah berani membelai dan menyentuh kulit Karin. Perekaman pikiran kini telah sempurna nyata ketika dengan paksa menyusuri mesra tubuh Karin. Semua itu benar-benar jelas hadir membayangi, hingga membuat kepala kian terasa berdenyut sakit seperti mau pecah.

"Adrian ... Adrian, ada apa dengan kamu?" tanya mama terkejut atas sikapku yang terus memegangi kepala.

"Aaaah, mama sakiiiiiiit! Sakitt ma, tidaaak sakit ... sakit, ma!" teriakku sekencang-kencangnya antara marah dan benci.

"Astagfirullah, ada apa ini Adrian?" tanya mama panik.

"Tunggu ... tunggu, ma. Apa ini?."

"Apa ini, Adrian?" tanya papa yang tak kutahu maksudnya.

"Apa itu, pa? Bukankah itu ... itu?" jawab mama yang sudah menghampiri papa untuk menyambut atas pertanyaan papa.

"Ini bukankah? Aaah, tidak ... tidak, ini tidak mungkin. Apakah ini beneran punya Karin, tidak ... tidak!" ucap mama terdengar syok.

"Mama, tidaaak!" ucap papa yang kaget, saat tiba-tida mama sudah terkulai lemas dilantai.

"Mama tidak apa-apa?" tanya papa lemah.

"Iya, pa!" balik jawab mama masih terisak.

"Mama, baik-baik saja?" ucapku kaget, yang langsung menghampiri beliau juga.

"Katakan Adrian, apa ini beneran milik Karin? Ada apa ini sebenarnya?" tanya mama menangis tersedu-sedu.

"Maaf ... maafkan, Adrian. Ini semua adalah salahku," jawabku yang kini juga menitikkan airmata, sambil memegang erat telapak tangan beliau.

"Apa maksud kamu? Sekarang jelaskan semuanya pada kami. Kenapa kamu juga bisa ikut terlibat dalam masalah ini?" tanya papa sudah terdengar ada guratan emosi.

"Iya, Adrian. Jelaskan pada kami ada apa ini?" imbuh cecar mama menanyai.

"Sebenarnya kemungkinan besar Karin memang hamil, karena ... karena--?" Suaraku tercekat sebab tak bisa menjelaskan.

"Karena apa, Adrian?" tanya papa penasaran.

"Karena yang melakukan itu Adrian, ma, pa!" jawabku lesu sambil menundukkan kepala.

"Apa? Plaaak," Kemarahan mama sudah melayangkan tamparan kepipiku.

"Sini ... kamu ... sini, bangun kataku! Katakan, apa yang kamu barusan katakan tadi, hah!" ujar papa yang kini mengambil kerah bajuku untuk beliau pegang.

Aku hanya bisa berdiri pasrah sambil kepala kutundukkan, tak berani menatap wajah beliau yang terlihat sudah bringas ada emosi berapi-api.

Bhuug, sebuah bogeman tangan terdarat dipipi.

"Apakah ini yang diajarkan oleh orangtua kamu, hah! Jawab?" bentak marah papa.

Bhuug, dua kali pukulan berhasil mengenai pipi.

"Ayo jawab? Apa yang telah kamu lakukan pada adekmu, hah! Dasar anak tak tahu diuntung, sudah capek-capek papa menyekolahkan kamu, tapi inikah balasan akhlak kamu yang kurang ajar merenggut mahkota saudara. Dasar, bhuuug!" hina papa yang kini berkali-kali melayangkan tinjuan kewajahku

Aku hanya diam tanpa banyak mengeluarkan kata-kata. Mamapun hanya diam saat aku dihajar habis-habisan oleh papa, karena beliau sibuk akibat tanpa henti menangis memanggil nama Karin.

"Maaf ... maaf, ma, pa! Adrian waktu itu benar-benar khilaf tak sadarkan diri akibat pengaruh minuman berakh*h*l. Adrian akan bertanggung jawab sepernuhnya pada Karin, tapi tolong ... tolong maafkanlah Adrian," ucapku sudah menangis tersedu-sedu, yang bersimpuh sujud ditelapak kaki papaku.

"Jangan kamu meminfa maaf padaku, sebab kesalahan kamu bukan pada kami melainkan pada Karin. Kamu tak payah banyak membual atas bertanggung jawab, setelah sekian hari Karin menghilang dan mencoba bunuh diri," ketus jawab papa.

"Adrian janji ... Adrian janji, pa. Akan memperbaiki ini semua," pintaku masih tersedu meminta maaf.

"Aaah, sudahlah. Papa muak sekali sama sikap kamu yang pengecut dan tak ada akhlak itu. Minggir!" usir papa yang kini sudah berjalan keluar ingin pergi dari kamar Karin.

Bhugh, suara tubuh mama tiba-tiba tergolek lemas tak sadarkan diri dilantai.

"Mama, tidaaak?" teriakku kaget saat tahu beliau sudah pingsan.

Papa yang maksud hati ingin meninggalkan kami, sekarang berbalik arah menghampiri mama yang tengah pingsan. Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan saat orang-orang terdekat telah kecewa.

1
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
mau lanjut baca lagi di sini semoga bisa namatin aku ya🤲
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
tuan Chris baik betul ini orang mau dong kalo ada orang kek tuan Chris sudah ganteng baik kaya lagi🤭🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
✿⃟‌⃟ᶜᶠᶻˢKтяι'𝐆🤎ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf 💋
ladalah mau bundir ini anak 😱☹️
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
ya ampun sombong sekali mamanya Chris padahal kan Karin sudah minta maaf masih saja mengeluarkan kata kata kasar kek gitu merendahkan Karin ck ck ck...
❤️⃟Wᵃf🍁🍾⃝ͩ ᷞᴛͧʀᷡɪͣ𝗚ˢ⍣⃟ₛ❣️🤎
waduh Karin 🤰🤰 kira kira apa Chris bisa diandalkan bantuannya nanti ya 🤔
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
wa itu ulah siapa lagi ya
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
alhamdulilah ya nga kepanjangan marah nya🤭
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
geregetan Ama Adit de nga nyadar kelakuan mu bikin istrimu berulah diluar nalar
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
puas de rasanya 😅
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
dasar Adit iya iya aja diajak pergi tu istrimu kelimpungang cari cara supaya kamu gagal pergi
●⑅⃝ᷟ◌ͩNasira✰͜͡ᴠ᭄
Nola memang harus dikasih pelajaran 🤣
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
eh, aku sudah mengira yang nolong itu mamas² heheh
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
tarik terus kak, rayu pakek permen/Sweat/
🍒⃞⃟🦅HubabahLilit2🥰𝐀⃝🥀
keputusan yang salah. tubuhmu adalah titipan tuhan, kamu tidak ada hak untuk menyakitinya.
🏘⃝Aⁿᵘղíαᴳᴿ🐅𝐀⃝🥀💋👻ᴸᴷ
Mampiirr
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angel𝐀⃝🥀❣️
assalamualaikum
🐈𝐀⃝🥀Alfa Miauwzᴳ𝐑᭄
anggap aja yg dbawah itu kolam renang yaaak bukan sungai😂😂😂😂😂
Ney Maniez
aku hadir,, nyimak ceritanya thor
ͩAlsheiraz⁹⁹HeartNet🔰π¹¹
keren 👍
🍁🥑⃟𝙉AƁίĻԼል❣️ˢ⍣⃟ₛ❤️⃟Wᵃf
mampir kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!