Ini Adalah Lanjutan Dari Novel Tujuh Pedang Pelindung Sebelumnya 🙏🏻
Di Harapkan Untuk Membaca Novel Sebelumnya Terlebih Dahulu Agar Tidak Bingung Dengan Ceritanya 👍🏻
Dahulu Kala Sebuah Kerajaan Hebat Bernama Cahaya, Di Serang Oleh Raja Kegelapan Yang Bersekutu Dengan Iblis. Para Ksatria Cahaya Turun Atas Perintah Raja Cahaya Pertama, Namun Saat Mereka Terdesak Tiba Tiba Sebuah Cahaya Muncul Di Hadapan Mereka Dan Berubah Menjadi Sebuah Pedang Yang Kuat. Pedang Itu Di Namai Sebagai Pedang Pelindung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XenoNovel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balas Dendam?
Disisi lain, Valiant sedang berada di dermaga kerajaan jingga, karena dia ingin mengantarkan Raja Daun dan Putri Zara ke kapal kerajaan daun yang ada di dermaga.
"Sepertinya, kita akan berpisah lagi ya." ucap Raja Daun sambil tersenyum.
Valiant tersenyum. "Senang rasanya bisa mengawalmu sampai akhir, Yang Mulia."
Raja Daun tertawa kecil. "Jaga dirimu baik-baik ya," kata Raja Daun.
Raja Daun mulai berjalan menaiki kapal, sedangkan Putri Zara masih menatap ke arah Valiant sambil berusaha untuk tidak menangis.
"Lian... Apa kau tidak ingin ikut dengan kami?" tanya Zara.
Valiant terdiam sejenak dan dengan perlahan dia mulai menggelengkan kepalanya. "Kami masih harus menyelesaikan semua hal terlebih dahulu,"
Zara yang mendengar itu pun mulai memasang wajah kecewanya. "Apa itu berarti kau tidak akan kembali ke kerajaan daun lagi?"
Zara mulai menatap ke arah bawah karena dia mulai merasa ingin menangis. Namun tiba-tiba, Valiant mengelus kepala Zara yang membuat Zara sangat terkejut.
"Aku berjanji, jika kami telah menyelesaikan semuanya, maka aku akan segera pulang ke kerajaan daun." ujar Valiant.
"Kau benar-benar berjanji bukan?" balas Zara.
Valiant tersenyum. "Tentu saja, Tuan Putriku..." jawab Valiant.
Raja Daun dan Putri Zara pun mulai berpamitan kepada Valiant dan kapal pun mulai berangkat menuju ke kerajaan daun dengan target 3 hari mereka telah sampai di kerajaan daun.
Valiant pun melambaikan tangannya ke arah Raja Daun dan Putri Zara dengan wajah yang tersenyum. Mereka berdua pun mulai membalas lambaian dari Valiant itu.
"Tuhan... berikan mereka keselamatan dan kebahagiaan, sepanjang hidup..." gumam Valiant
Valiant mengambil sebuah arloji perak dari saku celananya. Dia pun mulai memandangi arloji tersebut sambil tersenyum.
"Jimat keberuntungan ya?" ujarnya.
Disisi lain, Lawkei sedang berbaring di sofa kamar hotelnya. Dia menatap ke arah atap sambil memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika para anggota Velari balas dendam.
"Mereka pasti tidak akan tinggal diam..." gumam Lawkei.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Lawkei. Tanpa curiga sedikitpun, Lawkei menyuruh orang tersebut untuk masuk.
"Masuk saja, pintunya tidak di kunci." ujar Lawkei sambil berbaring.
Pintu pun terbuka dan terlihat Sano yang masuk sambil membawa pedang pelindung miliknya yang tersangkut di pinggangnya.
"Ternyata kau, apa yang kau inginkan?" tanya Lawkei.
"Kau ini sedang bersantai ya?" balas Sano.
Lawkei bangun dari sofanya. "Kenapa kau malah bertanya balik?"
"Siapa yang bertanya balik?" ujar Sano yang kebingungan.
"Baiklah-baiklah, lupakan saja." balas Lawkei.
Lawkei pun berjalan ke arah gelas miliknya dan mulai menuangkan air putih untuk dia minum. Sano yang melihat tingkah laku Lawkei itu pun langsung mengerti kalau Lawkei baru saja berpikir dengan sangat keras.
"Apa kau memikirkan tentang organisasi itu?" tanya Sano dengan serius.
Lawkei menaruh kembali gelas minumnya di atas meja. "Apa kau merasa kalau kita telah melakukan kesalahan?"
Sano yang mendengar itu pun mulai kebingungan. "Hmm? Apa maksudmu?"
Lawkei mengambil pedang pelindung miliknya yang ada di dekatnya. "Ziaz tadi malam berbicara kepadaku, dia bilang besok adalah final pertandingan anggar yang ada di GOR Olahraga kerajaan jingga."
"Lalu kenapa?" tanya Sano.
Lawkei menghela nafas. "Ziaz juga mengatakan kalau sepertinya para anak-anak nakal itu pasti akan balas dendam kepada kita, karena kita sudah mengacak-acak beberapa markas mereka."
Sano yang mendengar itu pun langsung terdiam sejenak dan mulai berpikir. Namun di karenakan mereka belum berhasil menangkap Sailor, Sano pun mulai merasa kalau perkataan Ziaz itu ada benarnya juga.
"Sepertinya mereka akan balas dendam kepada kita, tapi kita tidak tau kapan mereka akan melakukannya." ujar Sano.
Lawkei tersenyum sinis. "Insting kapten kita tidak pernah meleset. Kemungkinan besar mereka akan balas dendam besok siang, pada saat final pertandingan anggar di mulai."
Sano yang mendengar perkataan Lawkei itu pun langsung terkejut, matanya membelalak seketika. "Gawat, mereka pasti mengincar tempat itu karena besok siang disana pasti akan sangat ramai."
"Oleh karena itu, kita harus membahas rencana ini bersama." ujar Lawkei sambil memegang pedang pelindung miliknya.
Karena merasa situasi tidak aman, mereka berdua memutuskan untuk pergi menemui Ziaz dan kawan-kawan untuk membahas hal ini.
Sementara itu, Valiant masih berada di dermaga sambil melihat kapal milik kerajaan daun yang terus menerus menjauh. Melihat kapal berlayar dengan aman, Valiant pun mulai tersenyum.
"Sepertinya, tugasku sebagai pengawal sudah selesai ya..." ucap Valiant.
Saat ingin pergi dari sana, tiba-tiba seorang Nelayan yang sedang berada di kapal kecil memanggil Valiant.
"Hey nak! Apa kau sedang bersantai?" ujar Nelayan tersebut.
Valiant yang melihat itu pun langsung kebingungan, dia mulai melihat sekelilingnya karena dia mengira kalau Nelayan tersebut memanggil orang lain.
"Kau nak! Apa kau sedang tidak sibuk?" tanya Nelayan tersebut.
Valiant pun mulai berjalan mendekat ke arah kapal milik Nelayan tersebut. "Ada apa Paman? Apa kau memanggilku?"
Nelayan itu tersenyum. "Apa kau ingin menolongku untuk menangkap ikan?"
Valiant terkejut, namun dia tidak bisa menolaknya. "Boleh juga," jawabnya.
Nelayan tersebut pun menyuruh Valiant untuk naik ke kapal miliknya. Valiant yang mendengar itu pun langsung mengiyakannya dan dia pun naik ke kapal milik Nelayan tersebut.
"Seharusnya hari ini ada seseorang yang menemani Paman untuk menangkap ikan... Tapi dia tiba-tiba demam tadi pagi," ujar Nelayan itu.
"Heee... Begitu ya?" ucap Valiant sambil duduk di atas kapal.
Nelayan itu melihat ke arah simbol kerajaan daun yang ada di dada baju milik Valiant. "Hmm? Hey nak... apa kau berasal dari kerajaan daun?"
Valiant mengangguk. "Benar, apa Paman pernah ke kerajaan daun?" tanya Valiant.
Nelayan itu mulai tersenyum. "Dulu, Paman pernah berhadapan dengan sebuah badai yang dahsyat yang membuat kapal paman hancur total."
"Heh? Benarkah?" ucap Valiant yang terkejut.
"Itu benar, Paman terombang-ambing di lautan selama 2 minggu hanya dengan sebuah rakit kecil." jawab Nelayan itu.
"Lalu, apa yang terjadi? Bagaimana Paman bisa selamat?" tanya Valiant sambil menyetir kapal.
Nelayan itu mulai melihat ke arah lautan yang sangat luas yang ada di hadapan mereka saat ini. "Paman terombang-ambing hingga sampai di sebuah daratan yang di kelilingi oleh hutan yang menjulang tinggi,"
Valiant yang mendengar itu pun langsung terkejut. "Jangan-jangan..."
"Ya, Paman sampai di sebuah dataran yang bernama Indonesia. Paman masuk ke dalam hutan tersebut hingga Paman menemukan keajaiban dunia, yaitu sebuah kerajaan megah dengan arsitektur yang sangat bagus." cerita Paman Nelayan itu.
Valiant terdiam sejenak saat mendengar cerita tersebut. Dia tidak menyangka kalau seorang Nelayan yang ada di hadapannya saat ini, dahulu pernah terombang-ambing sendirian di lautan hingga sampai di kerajaan daun.
( END CHAPTER 32 )