Karya pertama.
Bukan Sekedar Murid Biasa.
***
Bagaimana rasanya dicintai, dan mencintai murid sendiri? Geli-geli gimanaa gitu?
"Yessss! Ayo jadi pacarku!"
"Ethannn!!!"
***
Makasih udah sempet mampir ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfathania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu, Bundamu versi muda (32)
"Dokter.. Bunda beneran udah sehat? Hiks.."
"Coba ajak bicara Bunda nak." Ucap Gio tersenyum.
"𝘣–𝘣𝘶𝘯𝘥𝘢.." Sangat pelan Indah mengucapkan itu. Hendak di raihnya jemari Ibunda. Tapi kalah cepat sama Bunda yang langsung menarik tangan Indah agar jatuh ke pelukannya.
Bug..
"Indah.. Sayang.. Ini kamu kan? Apa yang terjadi? Seingat Bunda kamu masih kecil nak. Tapi kenapa kamu sudah besar? Sebenarnya apa yang terjadi? Apa Bunda koma?" Ami memeluk Indah dengan erat. Sampai Indah sesak rasanya. Indah heran, Bundanya baru sadar koma saja sudah sekuat ini. Bagaimana kalau sudah sehat? Apakah Bundanya mantan ketua mafia?
Indah berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Bundanya. Rindu sih rindu, tapi nyawa cuman satu beb. Indah menatap Dokter Gio untuk meminta penjelasan. Dan untungnya Gio paham itu.
"Ekhm. Baik, izinkan saya menjelaskan."
***
"Bunda.." Panggil Indah dengan terharu. Tak menyangka kecelakaan sehebat itu, Bundanya masih bertahan.
"Gapapa sayang, sekarang Bunda udah di sisi kamu lagi ya. Eh maaf, kamu.." Dari tadi, Ami melihat Ethan hanya diam menyimak. Entah bingung atau kenapa. Ami tidak di sapanya sama sekali.
"Saya Ethan Bun. Kalau boleh, saya mau menikahi Indah di hadapan Ayah dan Bunda. Saya minta restunya, Ayah, Bunda." Ethan langsung to the point saja. Sebenarnya Indah sudah cerita pada Ayah, bahwa dirinya dan Ethan hendak menikah. Tapi, soal kedatangannya ke Singapura, itu adalah kejutan untuk Tuan Sam. Apalagi sang Bunda.
"Indahhh! Hiks.. Terakhir kali Bunda melihatmu masih SD, tapi sekarang.. Huaaaa anakku sudah besarrr.." Ami merentangkan tangannya, meski masih berbaring di ranjang rumah sakit. Indah pun menghampiri Ami dan mereka berpelukan bersama untuk sesaat.
"Bunda.. Indah minta restunya ya Bunda? Ethan baik kok sama Indah. Ethan membuat Indah nyaman, dan aman. Sama seperti kehadiran Ayah dulu. Selama Ayah disini, Ethan yang memberi itu semua untuk Indah." Indah belum melepaskan pelukannya. Bahunya terasa basah, agaknya, Bunda sedang menangis.
"Syukurlah kalau kamu bahagia sayang.. Maaf ya, Bunda selama ini tidak melihat tumbuh kembang kamu. Jadi sekarang kita di rumah sakit di rumah sakit di Singapura? Terus Indah pas umur 20 ke Indonesia lagi buat ambil tawaran dosen itu?" Tanya Ami.
"Iya Bunda."
"Sayang, Indah benar–benar dirimu versi muda.." Ucap Sam pada Ami. Ya, Ami juga mantan dosen. Dia di longsorkan jabatannya karna 3 bulan tak kunjung sadarkan diri.
"Aku?" Ami sepertinya masih belum sadar sepenuhnya. Dia agak perlu mengingat sejenak setiap kejadian yang pernah di alaminya.
"Iya sayang, kamu kan pernah jadi dosen. Terus jabatanmu di gantikan oleh guru muda baru. Karna kamu tak kunjung sadar. Sayang gak ingat kah..?" Tanya Sam. Dia tak heran, istrinya baru sadar dari koma selama 12 tahun. Itu bukan perjalanan yang sebentar.
"Eng.." Ami memegangi kepalanya. Mencoba mengingat perlahan.
"Tidak usah di paksakan kalau memang belum ingat, Nyonya. Tuan Sam, istri anda belum sepenuhnya pulih. Saya perkirakan, akan pulih setelah perawatan intens selama 3 minggu saja. Dalam kasus rata–rata, butuh 2 bulan untuk pulih. Namun karna Nyonya Ami berusaha maksimal untuk sembuh, alhasil semuanya menjadi mudah. Hanya ada cedera ringan saja di otak. Itu memang menyebabkan hilang ingatan sementara. Hanya sementara, tidak lama. Nyonya Ami harus beristirahat selama 3 hari ini. Baru akan kami ajak keluar rumah sakit untuk terapi di luar." Terang Dokter Gio.
"Dokter. Terimakasih!"
"Kembali kasih. Memang tugas saya."
***
kirain dah pacaran pas saling twmbak di bab 5