Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelakuan Bapake Nisa
Benar saja, pagi ini pak Sabar sudah sampai pasar. Dia langsung mendatangi kerumunan di salah satu pojok pasar tersebut.
"Mana!, katanya mau bayar hutangmu Bar!" Suara keras dari seorang lelaki berusia sekitar tiga puluhan. Siapa lagi kalau bukan Wondo.
Ia menagih hutang kepada pak Sabar, ayah Nisa.
"Bentar to!" Sahutnya.
Ia kemudian mengambil uang dua juta rupiah dari kantong celananya.
"Nah ngene Iki yang aku minta!!" Teriak Wondo kepada pak Sabar.
Wondo menghitung uang yang di ambil dari tangan pak Sabar.
"Kurang Bar!!" Ketusnya ketika selesai menghitung uang dari Pak Sabar.
"Adanya itu Den!" Sahut Pak Sabar.
Banyak orang memang, memanggil Wondo Den. Padahal bukan keturunan ningrat maupun darah biru. Hanya karena ia merupakan orang terkaya di kampung tersebut.
"Halah!, paling lebih dari ini. Din!, cari di baju sama celananya!" Ucap Wondo memerintah anak buahnya yang bernama Sudin.
Sudin pun langsung mencengkeram kedua tangan Pak Sabar. Dan tangan lainnya menggeledah celana dan saku milik pak sabar.
Memang tidak menemukan kembali uang yang lainnya. Sehingga melepas tangan pak sabar yang di cengkeram.
"Utangmu itu lima juta!, yang kemarin. Yang Minggu lalu sepuluh juta!, Ini kurang banyak Bar Sabar!"
"Adanya itu Den!" Sahutnya lagi.
"Ck!, salahnya sendiri!, suruh bawa Nisa ke aku kamu engga mau. Kan bisa buat rame-rame disini. Langsung lunas malah Bar!" Ucapnya tanpa dosa Wondo.
Lhah buat rame-rame itu maksudnya olapa coba?
"Kalau dulu cepet-cepet bawa ke aku malah tak jadiin istri keduaku!" lanjutnya.
Oh jadi maksudnya Wondo, jika Nisa diserahkan ke dirinya dulu sebelum nikah sama Devan mau di jadiin istri kedua gitu!
Nisa mana mau!, malah Wondo di tendang pancalan kuda dulu lah.
"Maaf Den!" Sahut pak Sabar.
"Udah aku incar dari dulu!, malah kamu serahin sama Sugondo!"
Lho bagaimana sih?
Ceritanya dulu pak Sabar itu punya hutang banyak ke pak Sugondo. Terutama ketika musim tembakau dan sayur-sayuran.
Tapi ga ada hasilnya ketika itu, atau mengalami kerugian yang banyak. Sehingga utang pak Sabar menumpuk di tempat pak Sugondo, ayah dari Suwondo.
Yang akhirnya, Nisa sebagai penebus hutang kepada bapaknya Suwondo itu dan di jadikan istri ke tiganya. Apalagi pak Sugondo menagihnya dengan paksa kala itu. Dan mengancam membunuh pak Sabar, jika Nisa tidak mau.
Akhirnya Nisa pun menurutinya, meski mas Hasan tidak menyetujuinya kala itu.
Disisi lain, pak Sabar punya utang juga kepada Wondo. Untuk judi di tempat ini, dan sering kalah. Menang pun hanya beberapa kali, tapi tidak menutup hutangnya juga.
Sehingga Wondo ingin menikahi Nisa, ketika tahu Nisa menjadi janda ayahnya. Tapi kali ini Nisa menolak mentah-mentah. Bahkan jika ayahnya di bunuh pun, Nisa ikhlas.
Tapi sekarang sudah berbeda, karena Nisa pasti sudah tidak perawan seperti keinginannya dulu. Sebab sudah bersuami orang lain, yaitu Devan.
Maka keinginan Wondo pun berbeda. Tetap meminta Nisa tapi untuk rame-rame.
"Kalau sekarang bawa kesini juga lunas wes lah. Tapi buat rame-rame bagaimana?"
"Hah..!" Kagetnya pak Sabar yang baru menyadari, jika Nisa mau buat rame-rame. Maksudnya apalagi coba.
Otak mesum Wondo pun keluar, memang terkenalnya begitu sih. suka main celup sana, celup sini. Tidak pandang bulu mau muda atau tua. Yang penting dapat pelampiasan. Meski di rumah ada istrinya yang cantik sebenarnya. Karena makeup nya tebal. Aslinya mah biasa saja, menang di makeup.
"Nisa sudah di bawa suaminya!" sahut pak Sabar setelah menyadari ucapan Wondo.
"Ya elah!, kan kamu bapaknya. Seret kesini!" Ucap Wondo dengan santainya.
"Maaf Den!"
Bugghh....!!!
Tiba-tiba Wondo memukul pak Sabar. Pak Sabar menahan sakit di perutnya tanpa mengaduh.
"Dah nih uangnya!, aku balikin. Tapi sekarang kiu-kiu dulu!" Ucap Wondo kemudian menyeret pak Sabar ke sebuah meja.
Lho duitnya di balikin bagaimana?, terus di ajak judi. Walah!
Inimah pak Sabar banyak di bohongi sama si Wondo.
Pak Sabar pun menurut. Sebab ia tidak bisa melawan Wondo dan teman-temannya.
.
Di sisi lain, tepatnya di rumah pak Sabar. Istri mudanya yang bernama Juanti.
Pak Sabar menikahi Juanti yang seorang janda tanpa anak. Sehingga saat ini tidak ada satupun orang di rumah selain dirinya dan Pak Sabar.
Sawah sudah banyak terjual, karena banyak hutang. Bahkan sertifikat tanah rumah yang di tempati pun sudah di gadaikan ke bank.
Tadi suaminya menitipkan uang untuk membayar cicilan yang nunggak di bank selama beberapa bulan. Bahkan seringkali penagih datang ke rumahnya. Namun tiada hasil, karena pak Sabar hidupnya tergantung dari Hasan dan Nisa.
Hasan dan Nisa hanya memberikan uang untuk sekedar hidup selama satu bulan untuk berdua.
Kurang baik bagaimana Nisa dan Hasan. Meski memberinya lewat Juanti. Walau kadang Juanti memakainya tidak tepat sasaran.
Hasan sebenarnya tahu. Tapi ya biarin aja, yang penting sudah memberi meski tidak akan cukup untuk kebutuhan lainnya.
Juanti sendiri kerja jadi buruh tani. Kadang hasilnya pun tidak seberapa.
Tadi pagi ia di titip Juanti memegang uang sebanyak lima juta, kemudian ia simpan, kalau-kalau penagih datang.
Tapi sebelum penagih dari bank datang, tukang kredit panci datang untuk menagih hutang kepada Juanti sebanyak lima ratus ribu. Akhirnya Juanti mengambil uangnya untuk membayar kredit pancinya.
"Tumben yu, banyak duit!, biasanya entarsok, entarsok!" Ucap tukang kredit panci ketika menerima uang dari Juanti.
"Mumpung ada, dari mantunya!" Sahut Juanti.
"Ohh!, suaminya Nisa ya Yu?" Kata tukang kredit panci.
"Ho'oh!"
"Ini mau ngambil lagi engga?, ada open murah nih. Cicil seminggu dua lima ribu aja wes!" Ucap tukang kredit panci.
Lha wong open yang pakai kompor masih saja di kreditin seminggu dua lima ribu. Selama sepuluh minggu. Ada aja emang tukang panci ini.
"Ora wes Mas, sudah punya!" Sahut Juanti kepada tukang kredit panci itu.
"Kalau engga ini ada wajan Gedhe. Siapa tahu mau adain resepsi Nisa nanti gedean. Kan lumayan buat masak daging!" Ucapnya lagi.
"Engga mas!" Sahutnya lagi. Tapi mata Juanti melirik ke arah soblok yang menyantel di keranjang milik tukang panci.
"Soblok berapa itu mas?"
"Nah kalau itu seminggu sepuluh ribu wes Karo sampeyan. Nek sama lainnya duabelas lima ratus seminggu." Kata si tukang kredit panci.
"Ya sudah itu saja. Tapi bener ya?, seminggu sepuluh ribu!"
"Iya Yu!, tapi lima belas minggu ya?"
"Lhah, suwe timen!" Sahut Juanti karena waktunya nambah lima Minggu. Artinya ya sama saja lah.
"Seminggu itu enggak terasa Yu. Sekarang saja udah minggu. Padahal kemarin kayaknya aku baru kesini lho!" Kata tukang kredit panci kepada Juanti.
Memang dia datang tiap minggu ke tempat Juanti. Tapi beda kalau sama pelanggan yang lainnya.
Akhirnya Juanti pun mengambil alat masak bernama soblok itu. Dengan kesepakatan sesuai kata tukang panci.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅