NovelToon NovelToon
I Love You My Sugar Daddy

I Love You My Sugar Daddy

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Ia berjuang sendirian demi menebus kesalahan di masa lalu, hingga takdir mengantarkannya bertemu dengan lelaki yang mengangkatnya dari dunia malam.
Hingga ia disadarkan oleh realita bahwa laki laki yang ia cintai adalah suami dari sahabatnya sendiri.
Saat ia tahu kebenaran ia dilematis antara melepaskan atau justru bertahan atas nama cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Tiba-tiba rasanya seperti… ini panggilan.

Tanpa banyak berpikir, Alma langsung menghubungi kontak panitia yang tertera di spanduk.

“Saya ingin menjadi sponsor,” ucapnya mantap.

Suasana di seberang telepon terdengar antusias, bahkan sedikit terkejut karena calon sponsor ini datang tanpa diminta.

Panitia mengirim detail acara, proposal, dan daftar sponsor lainnya… lalu nama seorang muncul.

Pembina yayasan Nadine Anggraini.

Alma terdiam beberapa detik.

Ada rasa penasaran rasa aneh… dan mungkin sedikit firasat yang belum bisa dijelaskan.

Dari katalog acara, Nadine digambarkan sebagai sosok filantropis muda, sering tampil di media, dekat dengan banyak kalangan. Foto-fotonya flawless publik figur, tipe “sempurna” yang gampang dicintai banyak orang.

Alma menarik napas panjang.

“Aku datang untuk tujuan baik,” gumamnya. Ada rasa bahwa keputusan menjadi sponsor ini akan menariknya ke bab baru dalam hidup sesuatu yang besar, mungkin indah, mungkin berbahaya tapi ia siap.

Namun, jauh di lubuk hati, Alma merasakan bahwa keputusannya menjadi sponsor akan menariknya memasuki sebuah bab baru dalam hidupnya sesuatu yang besar, mungkin indah, mungkin rumit… tetapi ia siap.

Karena Alma hari ini bukan lagi perempuan yang membiarkan orang memperlakukannya semena-mena.

Di dalam mobil yang melaju pelan di tengah lalu lintas pagi, Alma membuka kembali email dari panitia. Ia men-scroll informasi acara, daftar sponsor, rundown… sampai matanya terhenti pada satu nama.

Pembina Yayasan Nadine Anggraini

Alma mengerutkan dahi. Ada sensasi seperti memori lama mengetuk pintu.

“Nadine Anggraini… seperti tidak asing,” gumamnya.

Ia memaksa otaknya mengingat sekilas bayangan masa lalu muncul lorong sekolah putih krem, seragam abu-abu, suara bel istirahat, dan seorang gadis berambut panjang dengan tahi lalat diujung mata.

Seseorang yang dulu selalu dikelilingi teman, selalu menjadi pusat sorotan.

Masa SMA.

Namun ingatan itu hanya sekilas.

Seperti foto buram yang tak bisa ia fokuskan.

Alma menggeleng pelan dan tersenyum tipis pada dirinya sendiri.

“Ah… naif sekali aku Nadine Anggraini di dunia ini tentu banyak,” ujarnya seolah menertawakan pikirannya sendiri.

Ia menutup email dan fokus kembali pada kemudi.

Ia tidak punya waktu untuk membongkar masa lalu. Sudah cukup banyak luka yang ia kubur saat dulu ia hamil di luar nikah saat semua teman menjauh, saat semua pintu menutup, saat dunia seakan meludahinya.

Ia sudah bukan Alma yang dulu.

Sekarang ia memiliki butik, pekerja, dan kehidupan yang meski ia tidak bangun dari nol.masa lalu seharusnya tidak punya tempat lagi di hidupnya.

Alma melanjutkan perjalanan menuju butik sama sekali tidak mengetahui bahwa pertemuan itu nanti bukan sekadar kebetulan.

Pintu kaca butik membuka saat Alma masuk dengan langkah mantap. Aroma ruangan — wangi floral lembut dan parfum khas butik — seketika menenangkan suasananya. Ia merasakan semangat baru, seolah hari ini dunia sedang berpihak padanya.

“Selamat pagi semuanya,” sapa Alma ceria sambil menepuk kedua tangannya.

“Selamat pagi, Bu Alma!” sahut para karyawan hampir bersamaan, ekspresi mereka terlihat begitu ceria.

Ayo, kita semangat ya kita bisa,” ucap Alma, kali ini lebih lantang dan penuh percaya diri.

Para karyawannya tertawa kecil, tertular semangat yang Alma pancarkan. Salah satu dari mereka berkata bercanda,

“Kalau Bu Alma semangat seperti ini, kami ikut terpacu nih Bu.”

Alma tersenyum lebar.

“Bagus. Hari ini kita targetkan penjualan naik 20%. Tapi lebih dari itu… kita tetap harus punya hati. Ingat ya,kita tidak sekedar berjualan.”

Mereka mengangguk. Mereka menyukai Alma karena ia bukan hanya pimpinan, tapi pemimpin baik, tegas, namun tidak terkesan bossy.

Hari berjalan sibuk, tapi menyenangkan. Pelanggan datang silih berganti, beberapa mulai menjadi pelanggan loyal. Alma terus membantu memilihkan ukuran, memberi saran styling, sampai tertawa setiap kali ada pelanggan yang memuji desain butik yang “cantik dan classy”.

Menjelang sore, butik ditutup lebih cepat dari biasanya.

Alma berdiri di depan cermin besar di ruang belakang butik. Ia mengenakan dress hitam elegan dengan potongan klasik dan kalung mutiara kecil cukup formal untuk acara amal, cukup sederhana untuk tidak terkesan pamer.

Perfect.” ujar Alma pada diri sendiri sambil merapikan rambut.

Wulan staffnya muncul dan tersenyum kagum.

“Ibu cantik sekali, cocok jadi istri pejabat.”

Alma tertawa kecil.

“Makasih.. Dan Aamiin untuk doanya”

Ballroom hotel mewah itu dipenuhi tamu dengan busana glamor cahaya lampu kristal berkilauan, denting gelas terdengar bersahut sahutan, dan musik klasik mengalun pelan menciptakan atmosfer formal namun hangat.

Nama butik Asha Atelier terpampang jelas di deretan sponsor di posisi cukup besar untuk disadari.

Beberapa tamu menoleh ke arah Alma, sebagian mengenal wajahnya dari sosial media beberapa bahkan langsung menghampiri.

“Bu Alma dari Asha Atelier, ya? Saya suka koleksi terbaru yang bertema ‘Emerald Blossom’. Indah sekali.”

“Terima kasih, senang sekali mendengarnya,” jawab Alma dengan sopan namun percaya diri.

Ia mulai menyadari bahwa butik kecilnya sedang tumbuh, dan itu memberi kebanggaan tersendiri.

Acara terus berlangsung sambutan, penampilan musik, sesi lelang. Alma duduk di meja sponsor, menikmati acaranya

Hingga panitia naik kepanggung.

“Selanjutnya, kami persilakan Ketua Yayasan Ibu Nadine Anggraini untuk menyampaikan sambutan.”

Alma refleks menoleh ke panggung.

Dan saat perempuan bergaun putih berjalan menuju podium, sorotan lampu memantul di wajahnya.

Untuk sepersekian detik Alma membeku.

Ia mengenali garis wajah itu…sorot mata itu…senyuman itu…Tidak mungkin salah.

Bukan sekadar nama yang sama.Itu Nadine . Nadine yang dulu satu sekolah dengannya.

Nadine memulai pidatonya dengan suara tenang dan anggun, memancarkan karisma yang sama seperti masa sekolah dulu. Semua mata tertuju padanya.

Dan entah karena firasat atau sekadar refleks, Nadine tiba-tiba menatap ke arah Alma.

Mata mereka bertemu.Sekilas.Lalu berhenti lama.

Ada keterkejutan di mata Nadine tidak bisa disembunyikan.

Akhirnya tiba di penghujung acara,ballroom mulai sepi.Para tamu beranjak pulang. Alma baru saja hendak bangkit dari posisinya ketika panitia menghampirinya.

“Bu Alma, terima kasih banyak ya atas kontribusinya ketua Yayasan ingin menyapa langsung.”

Alma tersenyum sopan.

“Tentu dengan senang hati.”

Dari kejauhan Langkah Nadine terdengar mendekat heels-nya memantul pelan di lantai marmer. Aura percaya dirinya sangat terasa bahkan sebelum ia sampai di hadapan Alma.

“Bu Alma pemilik Asha atelier ya?” Nadine menyodorkan tangan dengan senyum elegan.

“Betul Senang bertemu,” jawab Alma sambil membalas uluran tangan itu.

“Saya pribadi ingin mengucapkan terima kasih, karena Ibu sudah enjadi sponsor dalam acara ini.”

Alma mengangguk, nada suaranya profesional.

“Senang bisa mendukung acara ini Pendidikan gratis untuk anak yang kurang mampu itu tujuan yang mulia.”

Percakapan mereka sopan. Formal.

Sejenak, Nadine memandang Alma lebih lama dari seharusnya seakan ada sesuatu di wajah Alma yang familiar, tapi tak cukup kuat untuk memicu ingatan.

“Maaf kalau terdengar lancang,” kata Nadine, “Tapi… apa kita pernah bertemu sebelumnya?.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!