Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa kini sudah seminggu lebih Aiman dirawat dirumah sakit dan dia sudah diperbolehkan pulang, rumah Aiman yang ditempati Aira sudah Aiman sewakan, dia sudah mengambil semua barang-barangnya yang ada disana, dia juga sudah menjual semua perhiasan Aira yang dia beli. Dia akan mengelola usaha yang kini dia tekuni.
"Terima kasih kalian semua mau memaafkanmu". Ucap Aiman menunduk.
Mereka semua menjemput Aiman dan membawanya pulang kerumah Ayu, karena Ayu memang tidak mau pindah ke mana pun karena itu rumah orangtuanya dan segala kenangannya berada disana.
"Sudah lah tidak usah dipikirkan, asal jangan ulangi saja, jika kau sampai mengulangi kesalahan yang sama maka tak akan ada lagi yang menolongmu". Ucap Sufyan dengan dingin.
"Itu benar, kami akan melarang dan membawa Ayu pergi dari hidupmu jika kau mengulanginya". Sultan kini menyampaikannya dengan tenang tapi sarat dengan ancaman.
"Iya kak, silahkan lakukan apapun yang kalian inginkan, aku tidak akan melawan apalagi membela diri".
"Kami pegang kata-kata mu". Ucap Sufyan dan Sultan bersamaan.
"Sudah yah, tidak usah bahas itu lagi, lebih baik kita semua makan soalnya bunda masak banyak". Ajak Shofiyah kepada semua anak dan menantunya.
Shofiyah memang tidak ikut menjemput Aiman karena dia sedang berada di rumah Ayu untuk menyambut mereka, dia dibantu pembantu Ayu menyiapkan makanan penyambutan sekaligus makan besar serta syukuran atas kehamilan Ayu.
Mereka semua mengangguk kemudian makan bersama dengan lesehan karena meja makan tidak cukup menampung keluarga mereka semua.
"Aw, aku rindu masakan bunda". Ayu mengunyah makanannya dengan sangat lahap.
"Benar, makanan bunda lah yang terbaik". Kini Sintia mengomentari masakan Mertuanya.
"Benar dek, sebaik apapun masakan kita akan selalu dengan masalah bunda yang punya ciri khasnya dan bumbu super melimpah, enak banget". Almira melahap makanannya dengan senang.
Para laki-laki sebenarnya ingin mengomentari makanan itu tapi mereka menjaga perasaan para istri mereka, karena setelah mereka menikah para istri lah yang menyiapkan makanan mereka.
"Masakan ibuku tidak kalah kok sama masakan nenek, iyakan ayah". Rayhan kini bersuara membela sang ibu.
"Iya nak, masakan nenek memang sangat enak, tapi masakan ibu juga tidak kalah enaknya". Sufyan mengelus kepala sang anak dengan senyuman sayang.
"Iya benar masakan mommy juga enak kok, tidak kalah sama masakan nenek, apalagi mommy selalu memasak kan kami makanan enak tiap hari". Fatur tersenyum sambil melahap makanannya".
Para Ibu mereka terharu mendengar anaknya memuji masakan mereka, mereka sangat senang karena seenak apapun masakan nenek mereka tetap mereka sangat menyukai yang ibu mereka masak.
"Betul cucu-cucunya nenek, kalian memang pintar, harus bisa bersyukur dan makan dengan lahap masakan ibu kalian masing-masing, karena mereka memasaknya dengan cinta dan kasih sayang, kalian mengerti?? Ucap Shofiyah dengan senyuman manis.
Dia memandang kelima cucunya yang tengah makan dengan lahap sambil sesekali bergoyang karena enaknya makanan itu
"Mengerti nenek". Teriak mereka dengan girang.
Mereka semua tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkah kelima anak itu, mereka berharap ketika mereka nanti dewasa mereka akan tetap saling menyayangi seperti ini.
Mereka melanjutkan acara makan bersama keluarga mereka, dengan senyum bahagia. Setelah makan selesai mereka saling bahu membahu membersihkan bekas makan mereka. Stelah itu mereka berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang.
"Oh iya nak Sintia, bagaimana keadaan kedua orang tuamu?? Tanya Shofiyah kepada menantu keduanya ini.
"Mereka sudah sembuh bunda, walau mereka memang tidak bisa telalu banyak beraktivitas seperti dulu tapi mereka sudah bisa kok menjalaninya pelan-pelan".
"Terus bagaimana dnegan keluarga mu yang lain nak, aku yakin mereka pasti berusaha mencari cara mengusik kalian berdua".
"Ya seperti itu lah bunda, untung para security menjaga mereka dengan baik dan tak mengizinkan mereka masuk, dan orangtua ku juga tak mau menemui mereka jika mereka datang". Sintia menatap sang mertua dengan senyum menenangkan.
Dia tahu mertuanya itu sangat khawatir padanya, karena keluarganya selalu membaut masalah.
"Bagaimana dengan keluargamu nak Mira, bunda ingin memenjarakan mereka karena telah mengambil hak mu". Shofiyah memandang menantu tertuanya itu dengan serius.
"Tidak perlu bunda, seperti nya mereka ketakutan karena ancaman bunda waktu itu, bahkan ayahku sudah tak pernah menelpon ku hanya sekedar meminta uang, menurut tetangga, ayahku bekerja kembali dengan membuka usaha".
"Baguslah jika dia tahu diri, jika dia berani mengganggu mu beritahu bunda, bunda akn menyeret mereka semua ke penjara supaya mereka jerah".
"Iya bundaku sayang, mereka memang takut sama bunda kayaknya"? Almira tertawa kecil mengingat bagaimana keluarga ayahnya ketakutan menghadapi mertuanya ini.
"Bunda kita mau dilawan, mereka tidak akan bisa". Ayu tertawa mengingat bagaimana ibunya mati kutu dibuat ibu mertuanya.
Saat mereka berada dirumah sakit menginap beberapa hari ibunya beserta ayah tirinya datang menghampirinya, mereka langsung dihadang oleh Shofiyah, bahkan Ayah tirinya itu ketakutan setengah mati.
"Berhenti menggantikan anak dan menantuku, kalian ini ebbal sekali diberi tahu". Shofiyah menatap mereka dengan tatapan membunuh.
"Kau tidak berhak melarang kami, kami orangtua Ayu, kau yang bukan siapa-siapa". Hardik Ayah tirinya Ayu itu dengan kasar.
Dia berusaha mendorong Shofiyah agar berhenti ikut campur urusan mereka dengan Ayu.
Shofiyah mengambil tangan itu dan memelintir kemudian membanting ayah tirinya Shofiyah itu ke lantai.
Mata mereka semua membela kak, kecuali Aiman, dia tahu bundanya dulu mantan Atlet bela diri saat masih gadis, jadi jangan coba-coba mengasari dirinya.
"Pergi atau ku patahkan seluruh tubuh kalian sekarang, dan jangan lupa jika aku punya bukti kalau kalian mencuri harta Ayu dan menjualnya".
"Apa maksudmu Shofiyah, mana mungkin kami melakukannya". Ucap Ramlah terkejut.
"Bagaimana Shofiyah bisa tahu". pikirnya dengan wajah pucat.
"Aku tahu kalian memalsukan tanda tangan Ayu untuk menjual tanah luas itu, dan kalian pikir, aku akan diam saja kalian melakukannya pada menantuku, lihat saja jika kalian tidak berhenti mengganggu nya, kalian akan masuk penjara".
"Kau berbicara omong kosong". Ucap Ramlah tidak terima.
"Tentu saja aku tahu, karena akulah yang membeli tanah itu melalui teman pengacara, kau tidak lupa bukan jika yang membeli tanah itu adalah tuan Edwin", Shofiyah menyeringai melihat wajah pucat dan ketakutan mereka.
"Ini peringatan keras untuk kalian, bersiap saja jika kalian mencari gara-gara".
Ayu tersenyum membayangkan bagaimana ibunya dan suaminya itu tidak berkutik menghadapi Shofiyah.
"Itu benar dek, jangan pernah macam-macam dengan kita semua karena bunda akan menerjang dan menghajar mereka tanpa Ampun". Shifa tertawa mengingat bagaimana bundanya membela mereka semua.