Akhir Dari Sebuah Pernikahan

Malam ini, Santi bertemu dan makan malam dengan Julia karena besok Julia memiliki agenda pergi ke Bandung untuk bertemu dengan pria tampan yang dikenalnya lewat aplikasi kencan.

"Apa itu berarti kau akan meninggalkanku sendirian besok di pesta Sarah?" Tanya Santi memperlihatkan wajah cemberutnya.

"Ya, aku minta maaf, tapi aku tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. Dia hanya akan berada di Bandung selama beberapa hari, lalu dia akan kembali ke Papua," jelas Julia.

"Memangnya apa yang dia lakukan di Papua?" Tanya Santi penasaran.

"Mengabdi pada negara, dia seorang prajurit TNI," kata Julia sambil mengangkat sebelah alisnya sambil menyeruput minumannya.

"Kalau begitu, suatu saat nanti aku pun akan meninggalkan teman baikku ini demi pria idamanku, karena teman baikku ini rela meninggalkan aku sendirian demi seorang prajurit berusia dua puluh delapan tahun," ucap Santi dengan nada mengejek.

Julia tertawa terbahak-bahak.

"Ayolah, aku tahu dirimu. Kau tidak akan melakukan hal seperti itu, karena kau adalah Santi yang baik," kata Julia.

"Aku cuma bercanda. Mari habiskan semua makan malam ini agar besok kau punya tenaga yang kuat untuk bertemu dengan prajurit mu yang tampan dan berusia dua puluh delapan tahun itu." Kata Santi, sambil tersenyum pada Julia.

"Santi Amalia, terimakasih untuk jamuan makan malam ini. Semua menu yang kau masak ini tentunya akan menambah energi yang ku perlukan untuk bertemu pujaan hatiku." Kata Julia tertawa.

Keduanya terus mengobrol setelah selesai makan malam.

...****************...

Di sisi lain...

Clara tampak begitu gembira, mengagumi pemandangan kota Singapura dari hotel tempatnya bermalam bersama Dani.

Dani tiba-tiba datang mendekat dan langsung memeluk Clara dari belakang.

"Apa kau bahagia?" Tanya Dani.

"Sangat," jawab Clara tersenyum bahagia.

"Aku punya sesuatu untukmu," kata Dani sambil menyerahkan amplop kecil berisi beberapa kartu kredit. "Sekarang kau bisa membeli apa pun yang kau mau," sambung Dani.

"Oh, Mas Dani ku sayang, aku sangat mencintai dirimu," kata Clara. "Bisakah kita pergi berbelanja sekarang?" Lanjutnya.

"Kau bisa pergi sendiri sayang, ada hal penting yang harus aku urus," jawab Dani.

"Apakah kau tidak apa-apa kalau aku pergi sendiri?" Tanya Clara.

"Tentu saja, pergilah dan manjakan dirimu," kata Dani sambil menciumnya. "Belilah pakaian yang indah malam ini, kita akan pergi makan malam." Ucap Dani.

Clara lalu pergi berbelanja, menuju ke toko-toko terbaik yang ada di Singapura. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya dia bisa berbelanja tanpa khawatir kekurangan uang.

Selama ini Dani memang selalu memberinya uang untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi nominalnya masih terbatas. Kali ini dia benar-benar bebas menggunakan kartu kredit yang diberikan Dani untuk membeli apapun yang dia inginkan.

Setelah Clara pergi, Dani juga meninggalkan hotel. Dia melihat ke jendela toko untuk mencari barang yang dicarinya. Entah mengapa, dia tak bisa melupakan pernikahannya dengan Santi.

...****************...

Keesokan harinya...

Santi tengah mengobrak-abrik lemarinya. Dia menyadari bahwa Aleya telah mengosongkan isi lemarinya sepenuhnya. Dari barang-barang terakhir yang dibelinya, hanya pakaian formal yang tersisa, dan itu bukan yang diinginkannya untuk bisa dia kenakan pergi ke pesta di rumah Sarah. Jadi, dia memutuskan untuk keluar rumah. Dia lantas mengambil tas, kunci mobil, dan pergi berbelanja.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk bisa menemukan apa yang dicarinya. Dia memutuskan untuk membeli sebuah celana hitam, blus sutra dengan sulaman batu permata, dan hijab baru.

Lalu dia menuju ke salon kecantikan untuk melakukan manikur.

Sekali lagi, dia bertemu dengan wanita yang bergosip tentang dirinya waktu itu di salon kecantikan.

"Santi, kau tampak hebat," kata wanita yang bernama Diana Putri itu.

Santi menatap pantulan dirinya di cermin. Dia tidak pernah menyombongkan diri akan kecantikannya, apalagi bersikap narsis dihadapan orang lain untuk memuji kecantikannya sendiri. Tapi kali ini, dia melakukan pengecualian dihadapan Diana.

"Wah, aku memang merasa lebih baik saat ini. Pasti aku memang terlihat begitu cantik," ucap Santi menyombongkan diri.

Sekilas Santi melirik ke arah Diana yang tampak menggerakkan bibirnya.

'Sekali-kali boleh kan sombong pada orang yang sombong. Karena sombong pada orang yang sombong itu sedekah.' ucap Santi dalam hati.

"Apakah kau akan menghadiri pesta ulang tahun Tomi malam ini?" Tanya Diana.

"Aku memang berencana pergi kesana. Oh ya bagaimana kabar anak-anakmu?" Tanya Santi.

"Mereka baik-baik saja, yang sulung sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka, dan yang bungsu sedang menjalani kejar profesi di Bandung." Ujar Dina berkomentar dengan bangga. "Bagaimana dengan putri-putrimu?" Tanya Diana.

"Amanda masih kuliah dan Aleya bekerja di Jakarta, mereka berdua baik-baik saja. Oh ya, aku sudah selesai. Sampai jumpa nanti," kata Santi.

Santi tak ingin berlama-lama bicara dengan Diana karena hanya akan menguras energinya saja.

Ketika dia kembali ke rumah, dia langsung mandi dan bersiap untuk pergi ke pesta ulang tahun suami Sarah.

Setibanya di sana, dia bertemu Marina dan Satria.

"Santi, lama tak berjumpa," kata Satria.

Santi langsung menyapa mereka berdua.

"Aku suka blus itu," kata Marina.

"Terima kasih," ucap Santi.

"Apakah kau sudah menghubungi Julia?" Tanya Marina.

"Tidak, dan aku tidak berencana meneleponnya. Bayangkan apa yang akan terjadi jika aku mengganggu pertemuannya dengan prajuritnya itu." Ucap Santi.

Mereka berdua mulai tertawa, sementara Satria memperhatikan mereka dari kejauhan. Dia sedang berbicara dengan Tom, suami Sarah.

Sarah mendekati Santi dan Marina.

"Santi, lihat kesana, dia adalah Edwin Bagaskara," kata Sarah sambil menunjuk ke arah seorang pria.

Santi memandang laki-laki yang dimaksud. Pria itu tingginya sekitar 170 sedikit botak, meskipun tidak terlihat terlalu botak karena dia memotong rambutnya sangat pendek.

"Dia memiliki banyak restoran di pusat kota, dia telah bercerai dua tahun lalu dan tidak pernah terlihat bersama wanita lain sejak saat itu. Dia sedikit lebih tua darimu. Usianya 58 tahun." Ujar Sarah.

"Dia tampak baik," kata Santi.

Edwin Bagaskara tampak menyapa tamu lainnya sambil tersenyum ramah. Sebelum akhirnya, Edwin pergi ke tempat Santi berada.

"Hai Sarah, terimakasih sudah mengundangku," kata Edwin

"Selamat datang, Edwin. Perkenalkan, ini temanku, Santi Amalia." Ucap Sarah.

Edwin mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Santi.

"Senang bertemu denganmu, Santi," kata Edwin

"Senang bertemu denganmu juga, Edwin," jawab Santi.

...****************...

Di Singapura...

Dani sedang makan malam diterangi cahaya lilin bersama Clara.

"Kau terlihat lebih cantik dari biasanya. Aku sudah menunggu momen ini sepanjang hari. Clara, maukah kau menikah denganku?" Tanya Dani sambil membuka sebuah kotak dan menunjukkan cincin yang dipilihnya hari itu.

Clara tersenyum, "ya, tentu saja aku mau!" seru Clara.

Bersambung...