Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membujuk Mama Tara
Tara
Sejak kemarin, Zaky tak sekalipun keluar kamar. Ia menutup jendela dan pintu kamar, dan tak membiarkan siapapun mengganggunya.
"Sayang! Buka pintunya dong, Mama mau masuk!" ujarku. Kuketuk pintu kamar dan menunggu dengan sabar sampai Zaky membukakan pintunya untukku.
Aku terkejut melihat wajah Zaky yang semakin bengkak karena semalam tidak mau aku obati lagi Aku masuk ke dalam kamarnya dan menaruh obat dan baskom berisi air hangat beserta handuk untuk kompres di atas nakas.
Zaky kembali tiduran di tempat tidurnya. Aku membuka gorden dan jendela kamarnya agar udara segar masuk. Kumatikan AC dalam ruangan kemudian aku keluar sebentar dan kembali membawa makanan dan minuman untuk Zaky. Aku menyuruhnya makan dahulu, "Makan dulu, Sayang!"
Zaky menggelengkan kepalanya.
Aku tak memaksa Zaky makan. Aku tahu ia pasti tak enak mau makan karena banyak masalah. "Nanti saja kamu makannya kalau kamu lapar. Mama obati dulu luka kamu."
Zaky pasrah saja saat lukanya aku olesin Betadine. Sesekali ia meringis saat rasa perih mulai ia rasakan. "Sakit bukan? Seharusnya diobati lagi semalam. Hati sudah luka, eh ditambah tubuh juga luka."
Zaky tak menjawab omelanku. Ia pasrah saja. Pandangannya kosong. Aku sedih melihat anakku seperti ini. Baru kali ini aku melihat anakku sesedih ini.
Saat dulu ia bertengkar dengan Wira dan wajahnya luka-luka, ia tak sesedih ini. Dari cerita yang aku dengar, penyebab rumah tangganya hancur karena Zaky mencintai Dewi. Wira marah. Carmen sakit hati. Namun aku melihatnya berbeda.
"Mama suapi kamu makan ya? Habis ini Mama panggilkan dokter untuk memeriksa kamu," kataku dengan lembut.
Zaky menggelengkan kepalanya. "Enggak usah," tolaknya.
"Jangan begitu dong! Makan ya walau sedikit," bujukku.
"Enggak mau," tolak Zaky.
Tak kehabisan akal, aku pun membujuknya dengan caraku. "Nanti Mama akan ke rumah Tante Tari."
Zaky duduk dengan tegak mendengar aku akan ke rumah Tari. Matanya berbinar dan ada secercah harapan dalam dirinya. "Beneran? Mama mau ke rumah Mommy?"
Aku mengangguk. "Asal kamu makan dulu!"
"Iya. Aku mau makan!"
Aku tersenyum. Sudah dewasa namun harus dibujuk dulu. Aku pun menyuapi Zaky makan sedikit demi sedikit, sesekali ia meringis kesakitan karena sudut bibirnya robek.
"Kenapa kamu sampai sehancur ini? Dari cerita yang Mama dengar, kamu tak pernah mencintai Baby. Seharusnya kamu senang dong, Baby menuntut kamu cerai?" tanyaku.
"Karena aku sayang sama Baby, Ma. Mama tau bagaimana Baby selama ini ke keluarga kita," jawab Zaky.
"Hanya karena itu? Yakin?" Aku menyangsikan jawaban Zaky.
Zaky terdiam sejenak. Tak lama ia berkata, "Aku juga tak tahu kenapa aku begini, Ma."
"Apa mungkin karena kamu sebenarnya mencintai Baby?" tanyaku dengan hati-hati.
Zaky kini menatapku, seakan aku baru mengatakan hal yang aneh sekali. "Cinta?" tanyanya.
"I ... ya. Cinta. Memang ada yang aneh? Kalian itu udah setahun berumah tangga. Pernah ... 'kayak gituan' 'kan? Adik kakak mana ada yang melakukan hal itu loh!"
Zaky terdiam. Tak perlu ia jawab aku sudah tau kalau dirinya dan Carmen pasti sudah melakukan hubungan suami istri.
"Apa yang kamu pikirkan saat melakukan hal itu?" tanyaku lagi.
"Ya ... begitu, Ma. Udah ah Mama ngapain sih nanya aku kayak begitu? Aw ... jadi sakit lagi nih gara-gara Mama!" omel Zaky.
"Loh kok Mama lagi yang diomelin? Mama tuh nanya pasti ada tujuannya. Mama tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu menikahi Baby karena tidak mau menghancurkan harapannya bukan?" tanyaku.
Zaky mengangguk dan menjawab dengan malas, "Iya."
"Karena kamu sayang sama Baby bukan? Maksud Mama karena kamu tak mau menyakitinya bukan?" tanyaku.
"Iya," jawab Zaky lagi.
"Nah balik lagi ke pertanyaan sebelumnya. Saat kamu sedang melakukan 'itu' sama Baby, apa kamu pikir dia adalah adik kamu? Atau kamu melihatnya berbeda?"
Zaky tak langsung menjawab, berpikir sebentar lalu menjawab. "Ya ... awalnya takut karena Baby aku anggap adik, tapi saat 'begitu' ya enggak. Kayak sama lawan jenis aja. Baby tuh seksi dan cantik, Ma. Siapa juga yang akan nolak melihat tu- ups ... udah ah aku enggak mau cerita!"
Aku tersenyum senang mendengarnya. Aku pun menasehatinya, "Berarti kamu memang tidak memandang Baby cuma sebatas adik. Ada ketertarikan sebagai seorang pria, namun kamu saja yang malu mengakuinya. Buktinya kamu bisa melakukan hal 'itu'. Mama tak akan bahas hal itu lagi, jawaban kamu sudah menjawab pertanyaan besar yang sejak kemarin Mama pikirkan. Oke, kita mulai bedah masalah rumah tangga kalian satu persatu."
Aku menaruh obat yang sudah selesai aku pakaikan pada Zaky. Makanan sudah selesai ia makan, meski hanya setengahnya saja sudah cukup.
"Kita sekarang bahas tentang pertengkaran semalam. Mereka marah karena kamu masih menyukai Dewi. Apa benar begitu?" tanyaku.
Zaky mengakuinya tanpa malu. "Iya, Ma."
"Sampai sekarang?"
"Ya ... iya," jawab Zaky mulai ragu.
"Kalau sekarang kamu disuruh memilih, kamu bisa memiliki Dewi atau kamu dan Baby kembali berbaikan. Kamu pilih yang mana?" tanyaku.
"Hmm ... aku pilih Baby kayaknya, Ma. Dewi tak mungkin bisa aku dapatkan. Dia sangat mencintai Wira. Percuma aku mendapatkan dia kalau pada akhirnya hatinya hanya untuk Wira. Sedangkan kalau Baby, dia kan memang mencintaiku. Setidaknya aku hidup bersama orang yang mencintaiku," jawab Zaky dengan polosnya.
Zaky terlalu banyak belajar karena sejak muda sudah Damar latih untuk memimpin perusahaannya yang semakin besar. Kemampuan Zaky bersosialisasi ataupun berhubungan dengan lawan jenis tak sebanyak Wira. Wajar kalau menanyakan pendapatnya aku suka kesal sendiri.
"Egois ya kamu! Maunya dicintai tapi enggak mau mencintai balik. Pantas saja Baby tinggalin kamu. Mana ada wanita yang betah hidup dengan lelaki egois yang hanya mementingkan kebahagiaannya sendiri?" sindirku.
"Mama kok ngomong kayak gitu sih?" protes Zaky.
"Iyalah. Karena kamu terlalu bodoh! Masalah memimpin perusahaan kamu memang pintar, tapi kalau sudah menyangkut sosialisasi dengan orang lain kamu nihil," ujarku. Kuteruskan lagi ucapanku sebelum anak itu mengomel tak terima dengan apa yang kukatakan.
"Kalau kamu ada di posisi Baby. Apa kamu mau pasangan yang sangat kamu cintai namun malah mencintai orang lain?" tanyaku.
Zaky menjawabnya dengan menggelengkan kepala.
"Itu yang Baby rasakan saat ini. Sakit bukan rasanya? Baby yang Mama kenal adalah anak periang yang bijak namun mau memaafkan. Karena Baby lebih mirip dengan Tari dibanding Agas. Mama tak bisa bayangkan kalau Baby mirip Agas ... sudah dibanting kamu, kayak yang sedang ramai di berita."
"Ma, serius dong! Aku tau Baby sakit hati. Karena itu aku mau mengobati sakit hatinya. Bantu aku dong, Ma. Mama bujuk ya!" rengek Zaky.
"Oh ... tidak semudah itu Ki Sanak! Hati yang luka tak mudah disembuhkan. Sekali tergores, maka bekasnya akan selalu ada. Apalagi kalau sering membuatnya tergores. Banyak yang harus disembuhkan. Mampu enggak kamu?" tantangku.
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣