NOTE: SEDANG TAHAP REVISI! (Sudah tersedia versi buku cetak)
Bagaimana rasanya, saat harus menikahi seorang gadis yang tak pernah kita inginkan? Jangankan menginginkannya, memikirkannya saja tidak pernah terlintas.
Randy Sebastian, Siswa SMA berusia 18 tahun yang terkenal nakal di Sekolahnya. Memiliki wajah tampan, dan berlesung pipi, yang membuatnya terlihat semakin manis. Harus dihadapkan dengan kenyataan yang tak pernah dia harapkan, dimana dia harus menikahi Dania Hamish, seorang Siswi yang memiliki wajah jauh dari kata cantik. Berusia 17 tahun, berkulit putih, berkaca mata tebal, memiliki tompel di pipi kanannya, dan rambutnya selalu diikat dua, karena sebuah insiden.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahdania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Dania melangkahkan kaki dengan perasaan kesal menuju lobi, dia berjalan keluar mencari taksi yang sebelumnya sudah dia pesan.
Setelah taksi datang, Dania bergegas masuk ke dalam taksi. Dania masih tak terima dengan apa yang dia lihat belum lama tadi.
Dania mengambil ponselnya dan mengecek saldo rekeningnya, Dania mengerutkan dahinya saat melihat saldo rekeningnya tidak juga bertambah.
Itu artinya, papanya belum mengirimkan uang bulanan untuknya. Dia menghubungi nomor papanya. Namun, tak tersambung. Dania mencoba untuk kedua kalinya tetapi lagi-lagi telponnya tak tersambung. Akhirnya Dania menghubungi sekretaris Papanya.
"Halo, Nona Dania.Bapak sudah pulang lebih awal, dikarenakan beliau sedang tidak sehat," ucap Riri, sekretaris sang papa.
Dania terkejut dan bergegas meminta supir taksi untuk melaju ke Rumah orang tuanya.
Sesampainya di Kediaman Hamish.
dania bergegas masuk ke dalam Rumah.
"Loh, Non Dania, selamat datang," ucap bibi.
"Di mana papa?" tanya Dania.
"Tuan ada di kamarnya, Non."
Dania pun bergegas menuju kamar papanya di lantai dua.
"Papa..."
Dania berhambur memeluk papanya. Papa dan mamanya saling tatap, mereka bingung karena tiba-tiba anaknya itu memeluk sang papa.
Dania melepaskan pelukannya dan menatap papanya.
"Kata Mbak Riri, Papa sakit," ucap Dania.
Tuan Hamish tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Enggak, kok, cuma pusing sedikit, mungkin efek kangen anak gadis Papa, udah lama ga nemuin Papa," ucap sang papa.
Dania tersenyum dan kembali memeluk sang papa.
"Ehem! Kok, papa doang yang dipeluk, Mama enggak, nih?" ucap sang mama sambil mengerucutkan bibirnya. Dania pun terkekeh melihat tingkah sang mama. Dania mengecup pipi mamanya dan memeluknya.
"Kangen juga sama Mama, cuma lagi sibuk Sekolah aja," ucap Dania sambil tersenyum.
"Iya, deh. Jadi, Randy udah tahu kamu yang sebenarnya?" tanya mama.
Dania mengangguk.
"Apa dia marah sama kamu? Atau jahatin kamu? Bilang aja sama Papa, biar Papa kasih pelajaran," ucap sang papa.
Dania tersenyum, dia menggelengkan kepalanya.
"Justru Randy baik banget sama aku, Pa," ucap Dania.
Tuan Hamish pun mengangguk.
"Jadi, kenapa Randy ga ikut kesini juga?" tanya mama.
"Dia lagi sibuk sama tugas Sekolahnya, Mama 'kan tahu sendiri, tiga bulan lagi dia mau ujian," ucap Dania.
"Randy menafkahimu dengan baik 'kan, sayang?" tanya Papa.
Mendengar ucapan papanya, Dania pun jadi ingat akan uang bulanannya yang belum juga ditransfer.
"Oh ya, Pa. Kok, uang bulanan aku belum ditransfer? Ga biasanya telat, Papa ga mungkin bangkrut 'kan?" tanya Dania asal.
Papa dan mama saling tatap, mereka pun tertawa.
Dania menatap mereka dengan bingung.
"Kok, malah ketawa?" tanya Dania.
Tuan Hamish menghelan napas panjang.
"Sayang, kamu itu 'kan sudah punya suami, jadi kamu itu tanggung jawab suami kamu, bukan tanggung jawab kami lagi," ucap sang papa.
"Maksudnya?" tanya Dania bingung.
"Ya, jadi kami tidak akan memberimu uang bulanan lagi, jadi kalau kamu memiliki kebutuhan apapun mintalah pada suami kamu, karena itu sudah menjadi kewajiban suami kamu untuk memenuhi kebutuhan kamu," ucap sang mama.
Dania terkejut mendengar ucapan mamanya.
"Tapi, Pa. Ma..." ucap Dania.
Dania tak menyangka, dia akan mengalami hal yang sama dengan apa yang Randy alami.
"Sayang, dulu kami pun begitu. Papa memulai usahanya dari nol tanpa bantuan opa, dan kami dulu hidup tanpa bantuan dari orangtua kami," ucap sang mama.
Tubuh Dania melemas mendengar ucapan orangtuanya. Yang benar saja, saat ini Randy memang bekerja tapi Dania sendiri bahkan belum tahu berapa gaji Randy? Dan bisa cukup atau tidak untuk mereka berdua. Dania mengembuskan napas agak kasar, dia menatap papa dan mamanya sesaat.
Dania pun menghentakkan kakinya dan bergegas keluar dari rumah orangtuanya.
Papa dan mama Dania hanya bisa menghela napas melihat tingkah anak mereka.
"Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja. Jika memang mendesak sekali, Papa akan turun tangan," ucap tuan Hamish dan diangguki oleh Rania.
Dia mengerti, saat ini Dania tak bisa menerima keadaan karena dia terbiasa mendapatkan segalanya dengan mudah.
***
Dania pergi dari rumah orangtuanya dengan perasaan kesal. Dia kesal karena di usianya yang masih sangat muda, dia harus mengalami masalah seperti ini. Dia bahkan sudah berjanji akan membantu keuangan rumah tangganya dengan uang bulanan yang papanya berikan. Namun kenyataannya, sekarang papanya justru menghentikan keuangannya.
Sesampainya di apartemen.
Dania melemparkan tasnya ke atas tempat tidur dan disusul dengannya yang juga mengempaskan tubuhnya di tempat tidur.
Dania teringat kembali dengan kejadian di Restauran tadi, di mana dia melihat seorang pelayan Restauran yang sedang dimarahi oleh salah satu pengunjung restauran. Pelayan itu yang tak lain dan tak bukan adalah Randy, suaminya sendiri.
'Kok, dia jadi pelayan, sih? Apa gaji pelayan besar?' gumam Dania. Tak lama Dania pun terlelap dalam tidurnya.
***
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam makan malam, Dania terbangun dari tidurnya dan pergi membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Dania pergi menuju dapur untuk membuat makan malam. Dania mencari bahan makanan yang bisa di masak, dia mengerutkan dahinya melihat hanya ada satu butir telur di dapur, dia berpikir keras tentang telur itu. Dia sangat lapar karena tadi siang dia tak makan siang dan hanya jajan di kantin saja.
"
'Kalau gue makan telur ini, nanti Randy makan apa?' gumam Dania.
Dania duduk di kursi dan tak terasa dia meneteskan air mata.
"Kenapa hidup aku jadi kayak gini?"
Dania terisak dalam tangisnya, dia tak menyangka kehidupannya kini akan berbanding terbalik dengan kehidupan mewahnya dulu. Dia pun membuka rice cooker.
'Huh, syukurlah, masih ada nasi,' gumam Dania.
Dia mengambil sepiring nasi dan mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan teman lauknya. Dania melihat kecap manis di rak bumbu.
'Pakai kecap aja, ga apa-apa,' gumam Dania sambil tersenyum kecil.
Dania mulai menuangkan sedikit kecap manis ke dalam nasinya, saat suapan pertama lagi-lagi Dania meneteskan air matanya.
'Ga apa-apa sekarang kayak gini, kalau Randy udah banyak uang, gue bisa makan apapun yang gue mau,' gumam Dania sambil mengusap air matanya.
Setelah selesai makan malam dan mencuci piring, Dania pun pergi menuju ruang tamu untuk menonton tv. Tak terasa waktu pun berlalu, dan sudah memasuki jam pulang kerja Randy. Dania sengaja tak tidur cepat karena menunggu Randy pulang kerja.
Pintu apartemen terbuka dan ternyata Randy sudah pulang, dengan sigap Dania menghampiri Randy.
"Kamu pasti capek, apa kamu udah makan?" tanya Dania.
"Aku belum makan, tadi soalnya--" ucapan Randy terhenti saat Dania memotong ucapannya.
"Oke, tunggu di sini, biar aku bikinin kamu nasi goreng kesukaan kamu," ucap Dania tersenyum dan mengajak Randy duduk di kursi makan.
Selang beberapa menit, nasi goreng pun siap.
"Ini, ayo dimakan," ucap Dania sambil meletakan satu piring nasi goreng kecap, tak ada telur ceplok di sana. Randy pun mengerutkan dahinya melihat nasi goreng itu. Dania memperhatikan ekspresi wajah Randy.
"Aku lupa beli telur tadi, terus di dapur cuma sisa satu telur, jadi ga pake telur ceplok kayak biasanya," ucap Dania.
Randy mengangguk dan mulai melahap nasi gorengnya, di tengah kegiatan makannya, Randy menghentikannya.
"Aaaa..." Randy menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Dania.
"Aku udah makan, kok," ucap Dania sambil tersenyum.
Randy pun menggelengkan kepalanya.
"Aku mau suapin kamu, biar romantis," ucap Randy sambil tersenyum. Dania pun tersenyum dan melahap nasi goreng itu.
Randy menatap wajah cantik Dania dan tersenyum.
'Aku tau, tadi pagi telur di kulkas cuman sisa satu, berarti makan malam, kamu makan apa?' batin Randy.
Randy terkekeh melihat Dania kekenyangan sampai sendawa.
"Duh, maaf. Ga sengaja," ucap Dania tersipu malu.
"It's oke, Sayang. Kamu gemesin," ucap Randy sambil mengelus pipi Dania.
Dania pun tersenyum mendengar ucap Randy.
"Ayo, ke kamar. Aku capek banget," ucap Randy.
Dania pun mengangguk.
Saat sampai di depan kamar Dania,
Randy pun menyuruh Dania masuk ke dalam kamarnya. Randy pun mengecup puncuk kepala Dania.
SaatRandy akan melangkahkan kaki menuju kamarnya, Dania langsung memeluknya dari belakang.
"Aku mau tidur sama kamu," ucap Dania.
Randy tersenyum dan berbalik.
"Oke, ayok!" Randy menuntun Dania masuk ke kamar Dania.
Randy merebahkan tubuhnya setelah sebelumnya membersihkan tubuhnya. Randy pun mulai memejamkan matanya, tetapi Dania terus memperhatikan Randy dan perlahan mendekati Randy, dia pun memeluk erat tubuh Randy.
"Erat banget peluknya, aku ga akan kabur, kok," ucap Randy sambil tersenyum.
Dania pun tersentak dan langsung melepaskan pelukannya, tapi dengan cepat Randy menarik Dania ke pelukannya.
"Tetap kayak gini, aku kangen kamu," ucap Randy sambil memeluk Dania. Dania pun membalas pelukan Randy.
"Kenapa pas di restauran tadi kamu melengos pas lihat aku? Apa kamu malu, punya suami yang hanya jadi pelayan?" tanya Randy.
Dania pun melepaskan pelukannya dan menatap Randy.
"Aku ga malu, aku kesel lihat kamu dimarahi sama pengunjung Restauran itu. Harusnya juga kamu lawan dong, jangan diem aja!" kesal Dania.
Randy pun tersenyum dan kembali memeluk Dania.
"Aku ga bisa lakuin itu," ucap Randy.
"Kenapa?" tanya Dania.
"Kamu pernah dengar istilah tamu adalah raja?" tanya Randy. Dania pun mengangguk.
"Ya itu, mereka 'kan pengunjung di sana, jadi udah kewajiban aku melayani mereka dengan baik. Kalau masalah dimarahi tadi, itu memang salah aku, kok, dan aku udah minta maaf," ucap Randy.
"Tetap aja aku ga terima suami aku dimarahi kayak tadi!" kesal Dania.
Randy pun melepaskan pelukannya dan menatap Dania. Randy mengecup bibir Dania sekilas.
"Jangan kesal-kesal dong, nanti cantiknya hilang, lho," ucap Randy sambil tersenyum.
"Kalau emang hilang, kenapa? Kamu mau cari cewek lain, gitu?" tanya Dania.
Randy tersenyum dan memeluk Dania kembali.
"Buat apa nyari cewek lain kalau udah ada yang sesempurna ini. Mau kamu tetap cantik, kek, mau kamu jadi jelek kayak dulu lagi nyamar, kek, aku tetep cinta kamu," ucap Randy.
Dania pun tersenyum dan menempelkan wajahnya di leher Randy.
"Aku juga cinta kamu, aku sayang banget sama kamu. Kalau gitu, besok-besok kerjanya hati-hati, ya. Biar ga dimarahi lagi, jadi 'kan aku ga kesal-kesal lagi, terus cantikku tetap awet nanti," ucap Dania sambil tersenyum.
Randy mengangguk dan tersenyum.
"Iya, ayok kita tidur. selamat tidur istriku," ucap Randy.
"Selamat tidur, suamiku," ucap Dania.
Mereka berdua pun terlelap dalam mimpi indah.