Menceritakan anak remaja bernama Fei Chen yang menjadi korban pembantaian keji dan bertahan hidup di kerasnya dunia persilatan. Disepenggal nafas terakhirnya Fei Chen diselamatkan oleh seekor kucing yang merupakan jelmaan Dewa Naga dan sebuah pedang yang merupakan jelmaan Raja Neraka. Berkat pertemuan itu Fei Chen terjebak dalam takdir yang lebih besar, dia terkena Kutukan Raja Neraka yang dapat dipatahkan dengan menikahi sebelas wanita yang tulus mencintainya. Dari sinilah perjuangan Fei Chen untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya dan mematahkan kutukan itu dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Ilfar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPFC 32 - Feng Lao, Patriark Lembah Pedang.
PPFC 32 - Feng Lao, Patriark Lembah Pedang.
Opening Arc 2 - Sisi Hitam Putih
____
Beberapa hari telah berlalu, Fei Chen dan Jia Li terus melanjutkan perjalanan mereka berdua menuju Lembah Pedang. Butuh waktu sekitar dua minggu bagi mereka berdua untuk kembali ke Kekaisaran Yin.
“Chenchen! Kau sungguh tega karena terus melanjutkan perjalan tanpa henti menuju Kekaisaran Yin!” Jia Li dengan nafas terengah-engah mencoba mengimbangi laju lari Fei Chen.
“Istirahat juga penting dan kau perlu mengingat satu hal jika perempuan itu menyukai laki-laki yang hangat dan pengertian,” sambung Jia Li.
Fei Chen sudah mendengar Jia Lu mengeluh berulang kali, namun dia tidak terlalu banyak menggubris keluhan Jia Li setelah mengetahui rute menuju Lembah Pedang setelah bertanya pada pedagang di jalan.
“Lili, berhenti mengeluh. Kita sudah dekat dengan Lembah Pedang bukan?” Fei Chen berhenti berlari setelah dirinya berada diatas bukit.
Jia Li mengejar Fei Chen dan menggerutu kesal setelah berdiri disamping Fei Chen yang terlihat sedang memperhatikan sesuatu dari atas bukit.
“Mungkin sore hari kita akan sampai jika tidak ada halangan.” Jia Li tersenyum cerah karena akhirnya dia bisa kembali ke Lembah Pedang. Namun senyuman itu menghilang saat Jia Li mengingat rekannya telah tiada.
Fei Chen menyadari perubahan raut wajah Jia Li dan menyadari sesuatu.
“Lili, ada apa?” Fei Chen bertanya. Kepala Jia Li menggeleng pelan.
“Tidak, Chenchen.” Jia Li menyembunyikan wajahnya dan selangkah maju kedepan.
Fei Chen menghela nafas panjang dan menajamkan matanya menatap jauh kedepan. Sekilas dia melihat bayangan seseorang yang sedang duduk bersemedi diatas pohon.
“Apa yang dilakukan orang itu?” Fei Chen bergumam penuh pertanyaan.
“Kau melihat apa Chenchen?” Jia Li menoleh kebelakang saat mendengar Fei Chen bergumam.
Fei Chen menunjuk bayangan seseorang yang sedang duduk diatas pohon. Jia Li memperhatikan arah yang ditunjuk Fei Chen namun dia tidak melihatnya.
“Apa kau tidak melihatnya?” Fei Chen bertanya saat melihat Jia Li mengerutkan keningnya.
Tentu saja Jia Li tidak melihat bayangan seseorang yang duduk diatas pohon. Indera penglihatan Fei Chen lebih tajam dari Jia Li karena kondisi tubuhnya.
“Aku tidak melihat apapun.” Jia Li menggelengkan kepalanya pelan karena dirinya tidak melihat sesuatu yang dimaksud Fei Chen.
“Lebih baik kita kesana.” Fei Chen mengajak Jia Li untuk menuruni bukit, keduanya mempercepat langkah mereka karena jarak menuju Lembah Pedang semakin singkat.
Apa yang Fei Chen dan Jia Li temukan ada sosok kakek tua berambut putih yang sedang bersemedi diatas pohon. Jenggot putih kakek tua itu bergoyang pelan karena tipuan sang angin.
Jia Li mengenal sosok kakek tua tersebut. Kakek tua itu tidak lain adalah Patriark Lembah Pedang yang bernama yang bernama Feng Lao.
“Kebiasaan Patriark Feng sama sekali tidak berubah...” Jia Li menghela nafas ringan lalu tersenyum tipis karena melihat sosok Patriark Lembah Pedang.
Feng Lao membuka matanya dan turun dari atas pohon setelah melihat sosok Jia Li dibawah sana.
“Li‘er, apa benar ini dirimu? Rou‘er mencarimu dan dia terlihat sangat terpukul setelah kabar kematian kelompokmu menyebar. Apa yang terjadi padamu?” Feng Lao memperhatikan Jia Li dengan seksama dan melempar sejumlah pertanyaan.
“Kakek Feng, banyak hal yang terjadi...” Jia Li terlihat bersedih saat Feng Lao membahas tentang misi yang dia ambil bersama rekannya dan berakhir pada malapetaka.
Butuh waktu lama bagi Jia Li untuk bercerita kepada Feng Lao. Alangkah terkejutnya Feng Lao saat mendengar cerita Jia Li. Tatapan mata Feng Lao langsung tertuju pada Fei Chen yang berdiri dibelakang Jia Li dan sedang memegang seekor kucing.
‘Bocah ini membunuh Tan Yun yang merupakan anak dari Tan Wuyun...’ Feng Lao mendekati Fei Chen dan menyapa bocah itu.
“Apa yang dikatakan Li‘er itu benar?” Feng Lao bertanya dan Fei Chen menatap Feng Lao lama sebelum akhirnya dia memberi hormat dan menjelaskan kepada Feng Lao jika yang dikatakan Jia Li benar apa adanya.
“Salam hormat senior, namaku Fei Chen. Sebuah kebetulan diriku ini bertemu Lili saat dalam perjalanan menuju Kekaisaran Ma.” Fei Chen menatap Jia Li yang tidak setuju dengannya setelah dirinya memberi hormat pada Feng Lao.
“Chenchen, apa kau mengatakan pertemuan kita adalah sebuah kebetulan? Jika tidak ada dirimu aku telah mati. Aku sangat bersyukur bertemu denganmu dan pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan.” Jia Li menyambar perkataan Fei Chen.
“Hah? Kenapa kau protes?” Fei Chen langsung menanggapi ucapan Jia Li.
“Jelas aku protes karena kau terlihat seperti ingin pergi setelah mengetahui identitas Kakek Feng. Chenchen, maukah kau tinggal di Lembah Pedang bersamaku?” Jia Li memegang lengan pakaian Fei Chen dan menundukkan kepalanya.
Melihat hal ini Feng Lao mengelus jenggot putihnya dan bisa melihat jelas jika hubungan Fei Chen dan Jia Li sangat dekat setelah keduanya melakukan perjalanan bersama.
Seingat Feng Lao, Jia Li tidak pernah menunjukkan sikap manjanya kepada orang lain selain dirinya dan Feng Xinrui. Dihadapannya sekarang Jia Li dan Fei Chen menyebut nama mereka masing-masing dengan sebutan yang sangatlah manis.
‘Bocah ini misterius, selain itu dia membuat Li‘er tertarik.’ Feng Lao tertarik pada Fei Chen setelah mengetahui jika bocah itu memiliki kemampuan yang bisa dibilang jenius.
“Chen‘er, bagaiamana jika kau mampir ke Lembah Pedang? Sepertinya Li‘er belum ingin berpisah denganmu.” Feng Lao menawarkan pada Fei Chen untuk singgah dan menginap di Lembah Pedang.
Fei Chen berpikir sejenak. Sebenarnya dia ingin pergi ke Lembah Persik dan berniat menemui Fang Huo.
“Sebenarnya Junior ingin melanjutkan perjalanan ke Lembah Persik...” Sebelum Fei Chen menyelesaikan perkataannya, Feng Lao memegang kedua pundak Fei Chen erat.
“Lembah Persik katamu? Apakah kau murid dari sekte itu Chen‘er?” Feng Lao berniat menjadikan Fei Chen sebagai muridnya namun dia tidak menyangka Fei Chen berhubungan dengan Lembah Persik sehingga Feng Lao mengira Fei Chen merupakan murid dari Lembah Persik.
Fei Chen terlihat kebingungan, ‘Kenapa Kakeknya Lili menjadi sangat serius?’
“Maaf Senior, Junior bukanlah murid dari Lembah Persik.” Fei Chen menambahkan jika dirinya ingin ke Lembah Persik karena ingin menemui Fang Huo.
“Fang Huo? Kau tidak berbohong padaku bukan?” Feng Lao terkejut saat Fei Chen menyinggung nama Fang Huo.
“Tidak ada alasan Junior membohongi Senior...” Fei Chen mengeluarkan sebuah lencana milik Fang Huo dan menunjukkannya pada Feng Lao.
“Ini...” Feng Lao kembali dibuat terkejut oleh Fei Chen.
“Rupanya kau sepemikiran denganku, Harimau Langit.” Mengetahui Fang Huo berniat menjadikan Fei Chen sebagai muridnya, Feng Lao tertawa.
“Ada apa Senior?” Justru Fei Chen heran dengan sikap Feng Lao, begitu juga dengan Jia Li.
“Tidak apa, Chen‘er. Mari kita pergi ke Lembah Pedang.” Feng Lao mengajak Fei Chen ke Lembah Pedang.
Fei Chen hanya menganggukkan kepalanya pelan dan mendekati Jia Li lalu berbisik lirih.
“Lili, ada apa dengan kakekmu itu?” Fei Chen mengatakan itu dengan sangat lirih.
“Aku tidak mengetahuinya secara pasti, tapi sepertinya dia ingin menjadikanmu murid Chenchen.” Jia Li menebak.
“Murid?” Fei Chen sendiri belum tertarik memiliki seorang Guru manusia. Namun setelah dia mempertimbangkan rencananya saat berbincang dengan Liu Xianlin, Fei Chen memiliki niat untuk menerima tawaran Fang Huo.
Namun Fei Chen tidak pernah menyangka jika kakek tua didepannya juga tertarik padanya.
ceritanya gak logis.. masih berada tingkatan dasar sudah mau balas sendam
dasar murid tidak tau diuntung